3. Lebih Perhatian

81 18 1
                                    

"Gue titip teh kotak aja, deh," ujar Dani saat Oky hendak berangkat membeli minuman.

"Gue cola kaleng." Yanuar berujar tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel di tangannya.

"Cola? Lo dah sarapan, kan?" tanya Dani.

"Udahlah. Stress gue gara-gara ulangan Fisika tadi." Yanuar merespons tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Ia sedang chatting dengan seseorang, ngomong-ngomong.

Lalu pandangan Oky teralih ke Yovie yang masih diam.

"Elo Yov?"

"Gimana kalo gue aja yang beliin? Masa' lo terus."

"Hah? Apaan? Udah biasa juga," jawab Oky. "Udah cepet mau titip apa?"

"Susu botol yang rasa cokelat."

Oky hanya mengacungkan ibu jari tangan kanannya sebelum beranjak pergi.

"Kaget gak, sih, lo tadi?"

Sayup-sayup, Oky mendengar obrolan dua gadis saat tiba di depan lemari pendingin minuman.

"Pas Namira pingsan di lab Biologi tadi? Bangetlah."

Pergerakan tangan yang hendak membuka pintu lemari pendingin seketika terhenti. Pemuda itu lalu melirik dua orang gadis yang berdiri tak jauh di sisi kirinya. Ternyata teman satu kelas Namira. Ia tahu karena pernah beberapa kali berjalan bersama Namira.

"Permisi."

Suara itu membuat Oky terhenyak. Ia lalu buru-buru menyingkir sembari membuka pintu lemari pendingin.

Setelah si pemilik suara--yang ternyata seorang gadis--pergi, barulah Oky mengambil minuman titipan temannya dan juga untuk dirinya. Sayang, ia tidak bisa mendengar lanjutan obrolan tadi karena dua gadis itu sudah beranjak pergi.

Dengan perasaan khawatir, Oky pun mengambil minuman titipan teman-temannya dan untuk dirinya. Untung sedang tidak ada antrian pembeli, jadi ia bisa kembali ke tempat teman-temannya duduk lebih cepat.

"Cola-nya Yanuar." Oky mulai mengeluarkan satu per satu minuman titipan dari dalam tas kresek yang dibawa. "Susu botolnya Yovie, terus teh kotaknya Dani."

"Thanks, bro," ujar Yanuar yang lalu meraih cola kaleng dan segera membukanya.

"Oh ya, lo gak pesen makan sekalian?" Yovie bertanya setelah mengucapkan terima kasih. "Kita udah pesen pas lo beli minuman tadi."

Oky menggeleng. "Perut gue mendadak mules. Pengen ke toilet."

"Sambil bawa tas kresek?" tanya Dani yang sudah membuka teh kotaknya.

Memang di tas kresek yang dibawa Oky masih ada satu minuman lagi.

"Emang salah?"

"Ya, gak sih. Cuma--"

"Udahlah gue ke toilet dulu," ujar Oky yang lalu buru-buru beranjak.

"Uangnya nanti di kelas, ya!" ujar Dani saat sosok sahabatnya semakin menjauh.

"Gue sama Yanuar nanti pas latihan!"

Oky hanya menjawab dengan mengacungkan jempol tangan kanannya.

---

Krieet.

Namira yang sudah terbangun beberapa menit lalu jadi mengangkat sedikit kepalanya saat mendengar suara pintu dibuka disusul suara langkah. Ia pikir itu penghuni UKS baru atau dokter jaga yang kembali setelah tadi sempat pamit padanya. Nyatanya, ia salah. Orang yang baru datang itu justru menyibak salah satu tirai yang mengelilingi ranjang tempatnya berbaring sebagai pembatas.

"Oky?!"

Oky justru tersenyum melihat keterkejutan Namira sembari melangkah mendekat.

"Kok di sini?" tanya Namira yang masih belum hilang keterkejutannya akan kehadiran sosok Oky.

"Jengukin lo," jawab Oky.

"Kok tau gue di sini?" Perlahan, Namira beranjak dari tidurnya.

"Gak sengaja denger obrolan temen-teman lo pas di kantin tadi," aku Oky jujur.

"Gimana? Udah mendingan?"

"Alhamdulillah udah."

"Lo belum sarapan, ya?"

"Bukan. Tamu bulanan dateng." Namira lalu meringis kecil.

"Oh ya, sampe lupa," Oky kemudian mengangsurkan tas kresek kecil yang sedari tadi dibawanya, "buat lo."

"Apa ini?" tanya Namira yang tetap menerima meski tidak tahu apa isinya.

"Susu botol. Gak dingin, kok."

Namira jadi membuka tas. "Makasih."

"Ekhem!"

Sontak keduanya menoleh bersamaan setelah mendengar suara deheman tersebut. Ternyata sang dokter jaga sudah kembali.

"Kalo gitu, gue balik ke kelas dulu," ujar Oky sembari mengembalikan pandangan ke Namira.

Namira hanya mengangguk kecil sebagai respons.

"Cepet sembuh, ya, Namira."

"Aamiin."

Oky pun bergegas pergi. Ia juga sempat berpamitan pada sang dokter jaga.

Namira terus memandangi hingga sosok pemuda menghilang di balik tembok. Ia sudah mau mengeluarkan susu botol dari dalam tas kalau mendadak tidak menyadari sesuatu hingga membuatnya mengerjap beberapa kali.

Kenapa dia jadi perhatian banget?

When a Man Fall in Love 🔹 Joo ChangukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang