Epilog

98 18 1
                                    

Ada yang aneh saat Oky memasuki ruang latihan band sore itu. Jika biasanya ada Yovie yang menyanyi sebagai pemanasan sebelum latihan resmi dimulai ataupun Dani yang iseng mencoba-coba instrumen drum, maka kali itu tidak. Ketiga teman satu band-nya itu justru duduk selonjoran di lantai dengan masing-masing sibuk bermain ponsel.

Meskipun merasa aneh dengan sikap ketiga temannya, tapi ia memutuskan untuk tidak bertanya sedikitpun. Mungkin mereka memang sedang tidak mood melakukannya, pikirnya. Setelah menaruh tas di dekat teman-temannya duduk, Oky bergegas menghampiri gitarnya yang diletakkan di sudut ruangan. Apalagi yang akan dilakukannya kalau bukan untuk pemanasan agar jari-jarinya tidak kaku.

"Oky, kita perlu bicara!"

Suara Yanuar yang tegas dan lantang sukses membuat Oky terkejut hingga menghentikan pergerakannya untuk mengambil gitar.

"Sini!" titah Yanuar setelah dirinya dan Oky bertemu pandang.

Baik Yovie maupun Dani sama sekali tidak bertanya ataupun protes saat Oky diperintah. Ya, seperti sudah direncakanan sebelumnya.

Dengan benak penuh tanda tanya, Oky berjalan menghampiri ketiganya temannya.

"Duduk sini!" Yanuar menyuruh Oky untuk duduk di hadapannya.

Sementara, Yovie serta Dani langsung bersingut pindah ke sisi kanan dan kiri Yanuar.

Oky sudah duduk bersila. Ia langsung mengerjap beberapa kali saat menyadari sesuatu.

Kenapa dirinya mendadak seperti seorang kriminal yang hendak diinterogasi?

"Kita cuma mau tanya satu hal dan elo harus jawab dengan jujur," ujar Yanuar.

Oky mengangguk saja walau sebenarnya penasaran kenapa ketiganya mendadak jadi serius begitu.

"Lo suka Namira, ya?" Dani yang bertanya.

Kedua pupil mata Oky langsung melebar dengan sempurna. "Ha?"

"Jawab yang jujur. Iya ato enggak?" tanya Yovie.

"A-apaan, sih? Kok tiba-tiba kalian nanya gitu?"

"Oke kalo lo gak mau jawab langsung. Tapi kita punya bukti tak terbantahkan tentang hal itu,' ujar Yanuar sebelum menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Dan."

"Sebenarnya, kita percaya ini cuma kebetulan cocok sama tanda-tanda cowok lagi jatuh cinta yang pernah gue baca," ujar Dani. "Pertama, lo jadi lebih wangi. Dan ternyata lo emang mau nemui Namira di kelas."

"Apaan, sih? Orang waktu itu Namira belum dateng, kok," elak Oky.

"Kedua, berusaha terlihat keren di depan gebetan," ujar Yovie. "Kata Dani, lo berulang kali nanyain penampilan udah rapi ato belum pas pelajaran olahraga. Dan ternyata, anak kelas IPA 3 yang juga kelas Namira juga jam pelajaran olahraga waktu itu."

"Emang nanyain penampilan salah?" Oky masih mengelak.

"Gak salah, tapi lo itu udah nanyain sampe berulang kali," jawab Dani sembari menunjuk-nunjuk Oky.

"Yang ketiga," Yanuar terlebih dulu mencondongkan tubuh ke depan dan memicingkan kedua mata sebelum melanjutkan, "tiga hari lalu lo bohong, kan, soal perut yang tiba-tiba mules habis beli minuman? Lo sebenernya mau nemui Namira di UKS, kan?"

Kedua pupil mata Oky kembali melebar setelah mendengarnya.

"Darimana kita tau?" tanya Dani yang seolah bisa membaca ekspresi Oky. "Lo lupa kalo kelas Yanuar sama kelasnya Namira itu sebelahan? Jadi, ya, pastilah kabar pingsannya dia nyebar dengan cepet."

"Bener. Padahal sebenenya gue juga mau cerita soal itu," ujar Yanuat yang kemudian menarik condongan tubuhnya.

"Keempat, rela berkorban demi gebetan," ujar Yovie. "Sigit bilang, dua hari lalu dia liat elo jongkok berdua di tepi jalan bareng Namira sepulang latihan pramuka. Menurut asumsinya, elo nemenin Namira yang nunggu jemputan. Dia pengen nyapa, tapi elonya gak liat."

Oky jadi menelan saliva gugup.

"Gimana? Masih gak mau jujur?" tanya Yanuar.

Oky akhirnya mendesah pasrah sebelum membuang muka dan menjawab, "Iya iya gue suka Namira."

Menjawab demikian pun juga bukan asal-asalan. Setelah memikirkannya seharian, ia memang mempunyai rasa itu pada Namira yang entah sejak kapan mulai tumbuh. Tidak bertemu sehari saja rasanya rindu. Bahkan tidak saling chat satu hari saja ia merasa ada yang kosong dalam dirinya.

"Beneran?!" tanya ketiga temannya bersamaan.

"Lah, katanya suruh jawab jujur. Kok masih pada gak percaya, sih?"

"Sejak kapan?" Yovie tampak senang dan antusias

"Apa lo suka dari Namira?" Gantian Yanuar yang bertanya. Ia juga tampak senang seperti halnya Yovie

Sementara, Dani sudah bertepuk tangan heboh sembari menggoda.

"Rahasia," jawab Oky yang lalu beranjak.

"Ih, pelit!" cibir Dani.

"Kasih taulah. Gak bakal gue bocorin ke siapa-siapa ini," ujar Yovie.

Oky yang sudah berjalan menghampiri gitar pura-pura tidak mendengar cibiran Dani dan omongan Yovie. Ia lalu memainkan sebuah instrumen. Saat wajah Namira terbayang di benaknya, perlahan kedua pipinya bersemu merah.

End

Ya Allah gak jelas banget ini cerita 😭

Makasih buat yang udah baca dan ninggalin vote ato komentar. Maafkan juga ketidakjelasan cerita ini.

See you next time~

When a Man Fall in Love 🔹 Joo ChangukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang