Chapter one

169 22 11
                                    

Happy Reading.

Dipagi hari yang cerah ini gadis cantik terbangun dari mimpi indahnya. Ingat, mimpi itu berbanding terbalik dengan real life. Maka dari itu, gadis tersebut lebih suka tertidur.

Gadis itu melirik jam. 06:45 .

1 detik
2 detik
3 detik
4 detik

"Aish, terlambat. "Ucapnya sambil berlarian ke kamar mandi.

Dukk

Ia mengelus-elus kepalanya. "Sabar, sabar ini ujian."

****

Hal ini terjadi lagi. Hal yang sangat tidak ingin gadis itu lihat . Keharmonisan keluarga tanpa ada dirinya.
Dia berusaha mengabaikannya.

Ia berjalan kearah pintu keluar tanpa menengok ke arah meja makan yang sedang digunakan oleh keluarganya itu.

Baru beberapa langkah dia berjalan, "Kamu punya sopan santun terhadap orang tua?. "Ucap wanita paruh baya itu. Gadis itu menoleh lalu menampilkan smirk nya.

Dia mendekati meja makan tanpa takut. "Jadi kau ini orang tua?, "

Wanita paruh baya itu mendekati ke gadis. "Jaga omonganmu, anak tak tahu diri. "Bentaknya.

"Anak anda yang tak-, "

Plakk

Plakk

Tamparan bolak-balik dari wanita paruh baya  membuat gadis itu tersungkur kelantai.

Yap, gadis itu adalah Nirasya nutha K.

Gadis itu meringis kesakitan. "Ini yang disebut orang tua? Yang melakukan kekerasan fisik pada anaknya?. "Bentaknya juga.

Terlihatlah pria yang mungkin seumuran dengan wanita tadi mendekat ke arahnya itu dengan rahang mengeras. Sudah dipastikan, marah.

Plakk

Satu tamparan lagi mendarat di pipinya .Sungguh, malang nasib rasya. Wanita paruh baya tadi hanya menonton tanpa ikut campur tangan lagi.

Pria itu menarik rasya. "Ikut saya. "

****

Rasya POV

Sakit.

Itulah perasaan yang kurasakan saat ini. Kenapa, mereka suka sekali menyakitiku ?

Wanita dan Pria paruh baya tadi adalah orang tuaku. Kandung.

Ingat, kandung. Tapi mereka malah memperlakukan ku layaknya anak tiri.

Ctarr

Suara dan rasa sakit ini kembali lagi. Semua badanku seperti mati rasa .

Papa menatapku dengan bengis. "Itu buat kamu yang gak tahu diri. "

Kejam, Papa ku sendiri melakukan hal ini padaku. Rasanya, jika bunuh diri tidak dosa. Ingin sekali aku lakukan sekarang juga.

Tapi, jika aku bunuh diri apa aku akan masuk surga? Belum tentu, kan?

Inilah jalan satu-satunya. Berdoa kepada yang maha kuasa.

Ya tuhan, biarkan aku hidup tenang, tentram, dengan penuh kasih sayang. Aku ingin seperti mereka yang dilindungi papa , bercerita kepada mama, bermain dengan kakak.

Papa mengambil ancang-ancang untuk memukulku dengan gesper kedua kalinya. Aku hanya pasrah dengan memejamkan mata.

Ctarr

Hancurlah badanku saat ini juga. Tamparan, cacian, pukulan hari ini aku dapatkan sekaligus.

"Itu buat kamu yang dulu mencelakakan anakku"

Aku terkulai lemas dilantai gudang. Punggungku sudah banyak luka, bibirku sudah mengalir darah dan seragam ku sudah robek. Apa masih kurang , ya tuhan?

Bukannya aku kurang bersyukur atau gimana, tapi memang inilah yang terjadi. Apa aku harus bersyukur diberi pukulan seperti ini? Tidak, bukan.

Papa menatapku tajam lalu pergi tanpa membantuku berdiri.

"Aku salah apa Pah, Mah? Kenapa kalian selalu menyiksaku. Kenapa kalian tidak pernah memperlakukan ku layaknya nesya. Soal kejadian itu, bukan aku yang lakukan. Percayalah itu. "

****

Pusing melanda kepalaku. Aku berjalan tertatih-tatih kekamar.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan akhirnya aku berhasil dan sudah sampai kamar.
Sesampai di dalam kamarku, aku mengobati lukanya sendiri dengan kotak P3K.

Aiish, hidupku ini terlalu berliku-liku.

****

Author POV

Matahari mulai tenggelam diufuk barat. Terlihatlah, kedua anak kecil sedang bermain kejar-kejaran.

"Ecaa, tunggu aku."Ucap salah satu dari gadis tersebut.

"Kejar aku, aca. "

Mereka terus berlarian sampai salah satu dari mereka tidak sadar bahwa dia sudah di tengah jalan.

Mobil dengan cepatnya melaju kearah anak kecil itu.

Bruugghh

Anak kecil yang dipanggil aca tadi mendekatinya. "Ecaaa, kamu kenapa?"

Wanita dan pria menghampiri anak-anaknya karna mendengar kegaduhan. Mereka terkejut, karna salah satu anaknya tertabrak.

Mereka salah sangka dengan anak itu.

Plakk

"Hiks, mama kok nampar aku sih? Aku salah apa. "Ucapnya polos.

"Kamu pasti sengaja kan dorong eca ketengah jalanan. Ngaku aja, "

Anak kecil itu terus menangis. "Aku gak dorong kak eca ma, "

Pria yang sedari tadi menepuk-nepuk pipi eca menghela napas. "Udah, mendingan kita bawa eca kerumah sakit. "

                      ****

Rasya membuka matanya dan langsung menatap langit langit kamar, tanpa disadari sebulir cairan bening pun turun dari matanya.

Mimpi itu ka

Setelah dia menyadari bahwa air mata nya jatuh rasya pun mengelap air mata nya dengan kasar.

Tanpa disadari sekarang sudah jam 11 siang . Ia pun bergegas pergi mandi walaupun keadaan badannya masih sakit.

TBC.

Saya menerima kritik dan saran.

Why Should I {Short Story}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang