Chapter four

88 17 0
                                    

Rasya pun langsung memasuki rumahnya.Saat Aca masuk dia langsung dikejutkan dengan pemandangan keluarganya yg sedang duduk di sofa sambil tertawa dan bersenda gurau.

Mood nya  yang bagus pun seketika berubah.Karena muak dengan pemandangan itu rasya langsung buru buru ke kamarnya.Tapi baru beberapa langkah

"Heh, Anak gak tau diri darimana saja kamu?" teriak berly

"Bukankah anda sudah tidak perduli lagi dengan saya" ucap rasya dengan santainya.

"Jaga omongan kamu, dasar anak pembawa sial.Oh ya..kamu sekarang juga jadi jalang ya.."Ucap Marcel dengan sinisnya.

"Hmm...Jalang?saya?saya jadi jalang?bukankah anak kesayangan anda yg  sering ke club untuk menggoda OM-OM.Bukankah itu disebut JALANG."

"Anak gak tau diri?bukankah itu anak kesayangan anda juga.Dan ada satu hal yang saya ingin bicarakan kepada Anda,Saya mohon jangan memfitnah saya karena kalian tidak tau apa-apa tentang saya" ucap rasya dengan emosi tetapi dia tetap menujukkan wajah datarnya.Mama nya pun lansung mendekat dan

Plakk

Plakk

Plakk

Tiga kali tamparan dari mama nya berhasil mendarat di pipi rasya yang mulus dan juga berhasil membuat ujung bibirnya sedikit berdarah mungkin karena tamparan yang sangat keras.

"Shhh" ucap rasya yang menahan sakit akibat tamparan itu.

"Makanya Lo itu kalau ngomong tuh dipikir dlu jangan asal fitnah aja" sekarang masha yg bicara.

"Iya...jangan sembarangan nuduh anak kesayangan saya ya.." ucap sandra

"Sekarang kamu saya hukum..Sekarang kamu kembalikan fasilitas yang saya kasih ke kamu"kata marcel.

"Ok...tidak masalah.." ucap rasya sambil menahan air mata.Rasya pun menyerahkan uang,jam,dll.Rasya juga langsung berlari ke kamar agar orang tua nya tidak melihat bahwa dia menangis.

Sesampai di kamarnya dia langsung menutup kamarnya dengan kencang.Rasya langsung merebahkan tubuhnya di kasur queensize nya tanpa menghiraukan darah segar yang terus mengalir di sudut bibirnya.

Rasya langsung memejamkan matanya agar tidak mengingat kejadian tadi.Tapi tidak terasa air mata nya pun menetes.

Rasya bergumam dalam hati

"Mah..Pah..Kak
Apa kalian lupa,Kewajiban kalian sebagai orang tua?Apa kalian tahu apa yang aku inginkan?Aku hanya ingin seperti Masha yang selalu dimanja, diberi kasih sayang, diberi perhatian.Mengapa diantara Miliaran orang di dunia ini seolah olah hanya aku yang tersakiti.Apakah aku tidak pantas bahagia?Mengapa takdir begitu tidak adil denganku.Aku rindu kalian" ucap rasya sambil menangis.

Dan rasya langsung ingat dengan Buku diary nya,buku yang selalu setia mendengarkan keluh kesahnya dan sekarang ini dia akan menumpahkan curhatannya kepada buku itu.Dia langsung menulis di meja belajarnya

Dear Papa and Mama

Apa kalian gak rindu aku?Apa kalian gak kangen sama aku?Apa kalian gak kangen dengan tawa ku?Apa kalian lupa kalau aku ada?Apa kalian lupa kewajiban kalian sebagai orang tua?Apa kalian tahu apa yang aku inginkan?Aku hanya ingin seperti mereka yang bisa menceritakan masalahnya kepada orang tua nya.Aku iri pada mereka yang bisa kumpul bersama sambil bersenda gurau dan tertawa bersama.Tapi aku sadar itu semua hanya harapan yang mungkin tidak akan pernah terwujud dalam hidupku.
        
Kira kira begitulah curhatan yang ditulis rasya.Karena lelah rasya pun langsung menaruh buku itu dan langsung terlelap di tempat tidurnya tanpa mengobati darah di sudut bibirnya.

Di tengah malam bi inem datang secara diam diam kekamar rasya.

"Non..Non..Non rasya..bibi boleh masuk gak?" ucap bi inem pelan agar tidak terdengar yg lain.Merasa tidak ada jawaban dari rasya bibi pun memasuki kamar rasya.

Bi inem pun melihat sudut bibir rasya yang berdarah.

"Yaampun non..hikss...tega banget ya..mama sama papa non lakuin ini ke non..coba aja mereka tau fakta yg sebenarnya tentang kejadian itu...mungkin mereka akan merasa bersalah seumur hidup" ucap bi inem sambil menangis karena bi inem merasakan sakit yg dirasakan oleh rasya selama ini.

Bi inem pun mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di sudut bibir rasya.Setelah selesai mengobati luka rasya bi inem pun penasaran dengan buku yang ada di atas meja belajar rasya dan langsung membacanya.

***Skip***

Setelah membaca buku diary itu bibi pun menangis karena membayangkan seberapa menderitanya rasya dan harusnya gadis seumuran rasya itu menikmati masa remajanya bukan malah menderita.Setelah puas menangis bibi pun keluar dari kamar rasya dan langsung tidur di kamarnya.

Dapat gak feel di bagian ini?

Jangan lupa vote and comment yaa..

Why Should I {Short Story}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang