Sinar mentari mulai memasuki celah gorden dan membuat gadis bermata coklat menggeliat di bawah selimutnya. Sedikit demi sedikit mata indahnya ia buka dan melihat alarm yang ada di atas meja sebelahnya.
Matanya terbuka dengan lebar karena sekarang sudah jam 9 pagi. Dengan segera ia mengambil ponsel yang ada di sebelahnya dan membuka pesan dari seseorang.Delfano
Aku udah di bandara nih
Ra?
Jangan bilang kamu lupa
Kamu masih tidur ya?
Ra bentar lagi take off nih, kok belum dateng jugaaa(
Raraa
Ini beneran kamu ga bakal dateng?
Yaudah gapapa, kamu jaga diri baik-baik ya selama aku ga ada
Kalo ada waktu luang, aku bakal ngabarin kamu kok
See you, Radella Arfina
Air mata Radella menetes ketika membaca pesan dari Fano. Ia sangat kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa ikut mengantar sahabatnya itu pergi ke luar negeri.
Fano adalah sahabat Radella dari kecil sekaligus tetangganya. Maka dari itu mereka sangat dekat bagai kakak-beradik.
“Kakakk!! Kok ga bangunin aku sih?! Kan aku jadi gabisa nganter Fano pergi” teriak Radella sambil menangis meraung-raung di atas tempat tidur. Dengan segera kakaknya menghampiri Radella yang sudah dalam keadaan kacau.
“Loh kok nangis? Kamu kenapa Ra?” Alvin menghampiri Radella dan memeluknya karena tangis Radella tidak juga berhenti.
“Fano udah pergi kak” ucap Radella dengan suara yang serak. Alvin berusaha menenangkan Radella dengan cara mengusap kepalanya dengan lembut.
“Iya kakak tau kok, nanti juga dia pulang lagi” Radella melepaskan pelukan Alvin dan menatapnya dengan marah.
“Tapi kapan?! Dia aja gatau bisa pulang lagi apa engga!” Radella kembali menangis di pelukan Alvin.
“Iya-iya maafin kakak ya. Kakak tadi lupa bangunin kamu. Udah dong nangisnya, Fano pasti juga sedih kalo liat kamu sedih kaya gini” Radella menghentikan tangisannya dan menyisakan isakan kecil. Alvin menghapus air mata yang masih tersisa di pipi Radella.
“Nah gitu dong. Sekarang kamu mandi dulu gih. Nanti coba hubungin Fano, siapa tau dia bales chat kamu” Radella hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
“Mungkin ini saatnya” ucap Alvin sambil tersenyum kecil melihat kepergian Radella.@@@
Radella memegang buku diarynya dan duduk di sebuah kursi taman yang tak jauh dari kompleks rumahnya.
Sedikit demi sedikit coretan kata telah terisi diatas kertas putih tersebut. Tokohnya selalu saja sama, siapa lagi kalau bukan Fano, sahabat Radella. Ia sangat senang sekali jika harus menulis segala sesuatu tentang Fano, entah kenapa ia juga tidak tau.
Tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu, karena yang terpenting adalah Fano tetap bersama dengan dirinya. Namun sekarang? Fano berada sangat jauh dari dirinya, bahkan dari kemarin dirinya tidak mendapat kabar apapun dari Fano.
Radella sedih tetapi ia dapat memakluminya, mungkin disana Fano sedang sibuk sehingga tidak bisa membalas pesan darinya.
Radella tersenyum membaca tulisan tanggannya yang ingin ia tunjukkan kepada Fano.To Ananta Delfano
Hei, apakah kamu telah melupakan sahabat kecilmu ini? Tidak satu pun pesanku yang kamu balas. Apakah sesibuk itu kah dirimu?
Tidak, aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja aku sedih karena tidak ada kamu di sampingku. Aku terlalu terbiasa dengan adanya kamu di hidupku. Jika kamu membaca surat ini, aku yakin kamu akan menertawakan dan mengejekku. Tenang saja, kali ini aku tidak akan memarahimu, aku akan membiarkanmu menertawakanku sepuasmu, karena saat-saat ini lah aku merindukan tawa mu.
Tidak hanya tawamu, tetapi aku merindukan semua tentang dirimu, mulai dari tingkah konyolmu dan juga lelucon recehmu yang selalu bisa membuatku tertawa. Aku selalu rindu dengan hari-hari yang selalu kita lewati dengan gurauan dan juga tawa.
Apakah egois jika aku menyuruhmu selalu di dekatku? Bukan tanpa alasan aku meminta hal tersebut darimu. Entah kenapa aku tak ingin kehilangan dirimu. Apakah ini adalah wajar? Aku takut jika ini adalah perasaan yang berbeda dari biasanya.
Ah aku tak ingin membahas itu lagi. Biarlah waktu yang menjawab semua pertanyaanku itu. Yang ingin ku tanyakan padamu sekarang adalah apakah kamu sudah makan? Aku khawatir dengan keadaanmu.
Kamu selalu saja tidak ingin makan kalau tidak ku paksa. Tetapi sekarang kamu jauh disana tanpa adanya aku, apakah kamu tetap akan makan tanpa adanya paksaan lagi dariku? Aku harap juga begitu. Kamu harus terbiasa tanpa adanya aku. Begitu juga dengan aku, aku harus bisa terbiasa tanpa adanya kamu.
Kamu selalu membangunkanku jika aku terlambat bangun, kamu yang selalu mengingatkanku untuk belajar dan mengerjakan tugas, kamu yang selalu mengobati luka ku disaat aku terjatuh karena kecerobohanku.
Tapi, sekarang tidak ada lagi Fano dan juga kebiasaannya itu. Aku tau kamu tidak ingin melihatku sedih. Maka dari itu aku minta, kamu harus mengabariku jika akan kembali. Aku akan bersiap untuk menyambut kedatanganmu. Mungkin itu saja yang bisa aku sampaikan hari ini untuk kamu yang jauh disana. Semoga kamu cepat pulang.