Unrequited Love

25 12 0
                                    


Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip memamerkan keindahannya. Aku terbaring diatas kasur yang nyaman dan sangat aku rindukan setiap aku pergi keluar. Mengingat malam ini, aku baru sadar bahwa ini sudah larut malam pantas saja aku rindu Dia.
Alarm membangunkanku seperti biasa pada jam 04.00 WIB untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Setelah menyelesaikan kewajibanku, aku mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah. Aku menuruni tangga karena kamarku berada diatas.
  "Selamat pagi sayang.. Ayo sarapan dulu"  kata mamaku
  "Pagi juga maa, Iya.." kataku sambil berjalan menuju ruang makan dan mencium pipi mama.
Setelah sarapan, aku berpamitan pada mama dan menyalaminya. Hari ini aku harus berjalan kaki menuju sekolah karena tidak terlalu jauh jarak rumahku dengan sekolah.
"Pagi pak satpam" kebiasaanku menyapa orang yang aku kenal.
"Pagi neng, tumben jalan kaki biasanya dianter sama bapa"
"Iya pak, ayah lagi kerja ke luar kota. Lumayan olahraga pagi" jawabku sambil nyengir pada pak satpam.
Aku berjalan menuju koridor sekolah, aku melihat seseorang sedang berdiri di depan ruang kepala sekolah yang masih belum dibuka karena ini masih sangat pagi. Aku mencoba mengingat seseorang itu seperti tidak asing bagiku.
"Gaga?" refleks aku mengucapkannya.
Orang itu menoleh dan membulatkan matanya.
"Naura?" sambil menghampiriku. "Lo sekolah disini?" lanjutnya.
"I.. Iyaa, lo ngapain disini?" tidak tau kenapa aku merasa gugup dengan dia, padahal dia adalah sosok yang aku rindukan selama ini.
"Ya ampun raa, gue juga sekarang mau sekolah disini. Ayah gue sekarang kerja di indonesia"
"Ohh oke, gue ke kelas dulu Ga" ucapku sambil berlari kecil.
"Eh Raa temenin gue dong ke ruang kepsek" dia menarik tanganku.
"Males gue" ucapku
"Loh, kok lo gitu? Lo gak kangen apa sama gue? Rangga saputra yang ganteng and cool anak orang kaya sejagat raya ini?" ucap Rangga dengan percaya diri.
"Apaan sih lo, emang yaa haluan lo itu ketinggian pantes aja sekarang lo pindah ke indonesia. Gak laku kan lo di eropa? Haha" ucapku dengan sinis, entah kenapa rasa gugupku hilang.
"Jangan banyak omong cepet temenin gue" dia menarik tanganku masuk ke ruang kepsek. Kebetulan ini sudah jam 7 lewat gak kerasa obrolan ku dengan gaga begitu lama.
Setelah keluar dari ruang kepsek aku dan Gaga satu kelas di XI IPA 3. Semua guru sedang rapat dan murid dibebaskan untuk pulang atau mengikuti ekstra. Aku memilih pulang setelah mengobrol dengan Lola teman sebangku ku dan Gaga juga ikut mengobrol menceritakan masa kecilku dulu dengan dia, betapa bahagianya aku hari ini setelah beberapa tahun tidak bertemu dengannya, akhirnya Rindu ini terobati.
"Maa Rara pulang"
"Makan dulu sayang"
"Iya maa, ma? Inget gak si Gaga?"
"Gaga?" mama sedikit berpikir "Ohh mama inget Gaga yang anaknya om Putra sama tante Zizi?"
"Nah iya maa sekarang dia pindah sekolah kesini, terus Rara sekelas sama si Gaga"
"Bagus dong, nanti kamu bawa bekal terus kasih ke Gaga yah, suruh dia sama orangtuanya kesini mama udah lama gak ketemu"
"Hm iya ma. Rara ke kamar dulu"
Mama hanya tersenyum.
Sudah larut malam, aku masih rindu dia 'Rangga Saputra' aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri mengapa aku suka dengan teman masa kecilku. Kenapa aku tidak suka saja dengan Vino? Dia juga baik, nyaman jika aku mengobrol dengannya tapi kenapa aku tidak ada perasaan yang sama? Semuanya biasa saja. Berbeda jika dekat dengan Rangga. -batin Naura-
Pagi ini seperti biasa aku berjalan menuju sekolah dengan membawa bekal untuk Rangga. Aku bersemangat memasuki ruang kelas, sesampainya di meja Rangga aku melihat dia sedang tertawa ria bersama Mona.
"Sorry ganggu!" aku menaruh bekal diatas meja Rangga, lalu aku berlari menuju taman belakang sekolah yang selalu sepi.
"Eh Ra, Naura" teriak Rangga "Sorry ya Mon gue nyusul dulu Naura" dia berlari sambil membawa bekal yang disimpan Naura.
Naura duduk di kursi taman, dia menangis. Menangis? Why? Kenapa dia menangis? yoh dia bukan siapa siapanya Naura ngapain nangis?
"Naura?!" sapa seseorang dari belakang, jelas dia tau suara itu yaa siapa lagi jika bukan Rangga. Naura langsung menghapus air matanya.
"Lo kenapa Ra?"
"Ha? Gu.. Gue.. Gak papa"
"Terus? Kenapa lo lari liat gue sama Mona?"
"Apaan sih,gue lari karena gue kebelet"
"Bohong! Lo cemburu kan?"
"Ha? Ngapain gue cemburu sama lo? Ogah!"
"Lo suka kan sama gue?" Rangga menatap mata hazel Naura
Pipi naura bersemu merah seperti tomat karena dia malu dan dia mulai gugup ditatap oleh Rangga. "Enggak deng bercanda Ra, lo serius amat dengerin gue. Pipi lo kenapa merah Ra?"
"Hm? Me.. Merah?" ucap Naura sambil meraba raba pipinya. "E.. Enggak.. Ini pake blush on Ga, gue kan cewek udah pinter dandan gak kaya dulu kan gue gayanya laki banget hehe" ucap Naura lagi gugup.
"Iyaa percaya gue, Lo bawa bekal apa? Gue buka ya" ucap Rangga sambil membuka bekal. "Wah red velvet" ucapnya kaget. "Lo bikinin ini buat gue Ra?"
"Dibikinin mama" ucap naura cuek
"Uuu bilang makasih sama mama Retta tercintaaa" ucap Rangga genit.
Naura kembali ke kelas, dia sedang mengobrol dengan Lola.
"Eh Ra? Lo lama banget temenan sama Rangga. Emang lo gak ada rasa gitu sama Rangga? Gue liat sikap lo beda banget sama Rangga" tanya lola
"Beda gimana? Udah biasa kali gue sama dia. Soal rasa? Gimana ya"
"Ya beda aja. Lo ada rasa?" ucap Lola kaget.
"Hm. Lo bisa bayangin gak Lol? Dari kecil gue terus bareng sama dia sampe dia gamau pisah sama gue. Waktu itu kita masuk smp juga barengan orang orang kira gue itu pacaran sama rangga terus Rangga bilang kalo ada yang nanyain kita pacaran, bilang aja iya katanya dan disitu gue baper. Lo tau kan masa smp itu cuma cinta monyet tapi gue rasa aman aman aja kalo emang gue pengen pacaran beneran sama Rangga. Dan 3 tahun pisah kayak ada yang kurang dari gue, gue terus kepikiran Rangga sampe sekarang juga gue gak bisa lupa moment moment smp gue sama rangga serasa dunia cuma milik kita berdua"
"Jadi lo gimana sekarang sama Rangga?"
"Untuk kali ini gue cuma bisa nunggu kepastian dari rangga la, itu juga kalo dia punya perasaan yang sama kayak gue" ucap naura pasrah
Seseorang menguping percakapam Naura dan Lola dari awal sampai akhir.
"Naura?! Ikut gue" ucap seseorang
"Kemana?" ucap naura bingung
Dia tidak menjawab, dia hanya menarik tangan naura ke taman belakang sekolah.
"Ra? Sekarang lo jujur sama gue!"
"Jujur apaan sih Ga?" ucapku bingung
"Kenapa lo ada perasaan sama gue? Gue udah anggep lo sodara gue Ra, ngapain lo ambil hati perhatian gue ke lo? Itu kewajiban gue Ra, gue udah janji sama diri gue sendiri buat jagain lo seperti sodara gue dan kenapa lo kayak gini Ra?"
"Maaf Ga" ucap Naura sambil meneteskan bulir air matanya
"Gini ya Ra, gue anggap lo seperti sodara gue sendiri. Gue seorang kakak dan lo sebagai adek gue! Kalo lo emang ada perasaan sama gue, lebih baik kita ngejauh Ra gue gak bisa naruh hati buat lo karena bagi gue, lo adalah adek gue" jelas Rangga
"Iya ga gue minta maaf. dari awal emang gue salah, gue egois bisa suka sama lo temen kecil gue tapi apa pernah lo ngerasain ada di posisi gue? Gue berjuang buat lo ga gue nunggu lo, gue nolak semua cowok demi lo, gue percaya lo bakal kembali dan ya lo kembali, lo kembali buat gue kan ga?" Ucap Naura berkaca kaca
"Iya gue kembali buat liat adek gue Ra" ucap rangga sambil mengelus rambut naura. "Tapi tujuan lain gue kesini, gue mau ketemu Violet. gue udah janji sepulang ke indonesia, gue mau nembak Violet. Doain gue!"
"Lalu gue?"
"Lo tetep gue anggap sebagai adek gue gak lebih. Kalo lo gamau, kita hanya sebatas TEMAN aja Ra"
"Oke gue terima apa mau lo" ucap Naura dengan senyum terpaksa.
"Makasih Naura Algaretta! Gue akan jemput Violet nanti sore, lo dateng di acara makan malam dirumah gue sekalian ajak orangtua lo"
"Akan gue usahain"
"Anak pintar" Rangga mengelus lembut kepala naura lalu meninggalkannya.
Esok harinya Naura datang ke sebuah cafe dipusat kota untuk bertemu Lola.
"Hai La! Udah nunggu lama?"sapa Naura.
"Nggak kok, baru 30 menit"ucap Lola dengan nada menyindir.
"Hehe maaf Lola sayang tadi ayah gue ada urusan bentar, jadi nunggu ayah pulang dulu".
"Kali ini gue maafin".
"Lah lo gak mesen apa apa Lol?"tanya Naura.
"Ya nggak lah kan nungguin lo, mau pesen?".
"Ohhh, Enggak deh".
Naura melihat kesekililingnya, dia cukup takjub dengan cafe yang baru baru ini dibuka interor-interiornya sungguh menarik dan
tempat yang mereka duduki juga memang strategis. Berada paling pojok namun dapat melihat seluruh pengunjung yang berada di cafe tersebut.
Matanya terus menjelajahi setiap sudut cafe dan tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang membuat hatinya terluka. Ya, dia melihat Rangga sedang bersama seorang wanita seumurannya yang sudah pasti dia Violet, wanita yang Rangga cintai dan harapkan.
Air mata itu lolos dari pelupuk matanya tanpa ia minta.Namun sesegera mungkin ia hapus agar Lola tidak melihatnya. Dan siapa sangka Lola pun tau dan melihatnya namun ia pura-pura tidak tau.
"Hmm Ra!"
"Ya Lol" ucap Naura dengan nada sesantai mungkin.
"Kita ke mall aja yuk, gue mau shoping nih". Naura hanya mengangguk.
Mereka berjalan keluar cafe dan tentu saja melewati meja Rangga. Ketika tatapan mata Rangga bertemu dengan mata hazel Naura, ada ekspresi terkejut namun sesegera mungkin Rangga menormalkan kembali ekspresinya dan Naura hanya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.Rangga melihat tatapan mata Naura yang menyiratkan kekecewaan padanya.
_i'm sorry Naura, you will know the reason_ batin Rangga

Akan aku tunggu sampai kamu tau bahwa yang benar benar menunggu kamu dengan setia adalah aku.
-Naura Algaretta-

_Rindu dan menunggu itu sama sama curang. Hanya bisa menambah tanpa berkurang_

        Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang