Veneno

45 17 2
                                    

Ketika sebuah rasa cinta mulai tumbuh maka rasa rindu tak bertemu dengannya juga akan tumbuh. Berawal dari pertemanan hingga timbul rasa nyaman yang  berlebihan dan kini rindu datang tanpa permisi.

Laura adalah gadis yang berparaskan cantik serta mempunyai tubuh yang mungil ia bersekolah di salah satu SMA Favorit di Jakarta yaitu SMA Pelita. Kini ia duduk di bangku kelas XI-IPA 2, Laura mempunyai 2 orang sahabat selalu ada untuknya mereka adalah Valen dan Diana.

Laura tak habis fikir dengan Rizky yang selalu saja membuatnya baper padahal hanya dengan kata kata najis ala playboy. Laura mengingat perkataan Valen tempo hari bahwa Rizky nyaman bila ada di dekatnya. Perasaan tak bisa di bohongi kini Laura benar-benar sudah jatuh cinta dengan Rizky.

"Laura, lo gak usah senyum gitu deh," ucap Rizky tiba-tiba yang membuat seisi kelas menatap mereka berdua..

"Apa urusannya sama lo?" tanya Laura sinis.

Laura yang saat itu sedang tenang-tenangnya mengobrol bersama sahabatnya. Ketika Rizky bicara hal itu rasanya laura ingin mati saja.

"Lo tuh kalo senyum manis banget bikin hati gue bergetar gitu liatnya," lanjut Rizky dengan senyum manisnya andalannya.

Kini jantung Laura pun seperti lari maraton rasanya. Perkataan laknat dari bibir Rizky keluar dengan begitu saja, ia tak tahu setelah ini harus bagaimana.

"Ciee e"
Seperdetik kemudian Luara menatap Diana dengan intens yang membuat Diana nyengir seketika.

"Nihh si Rizky ngebaperin Laura mulu, kalo si Laura nya baper beneran gimana?"

"Jangan suka ngebaperin anak orang lo ky kalo gak bisa ngasih kepastian yang jelas,"

"Sadis anjirrr bisanya bikin baper doang ntar abis itu di tinggal, yhaha,"

Dan masih banyak lagi suara ricuh yang keluar dari mulut teman sekelas nya.

"Sekarang gue emang gak bisa kasih Laura kepastian tapi suatu saat dia langsung gue kenalin ke orangtua gue, yakan Laura?" Rizky menatap Laura dengan menaikkan satu alisnya.

Laura yang ditatap seperti itu hanya mengangkat bahu nya acuh akan perkataan Rizky, ia enggan menjawab karna ia sedang menjaga hati agar tidak terlalu baper yang berlebihan, Laura takut jika ia menaruh hati kepada Rizky dan Rizky bakal mengkhianati nya, ia tak mau patah hati hanya karna cinta monyet.

"Ehh Rizky lo ngomong kayak gitu tuh seakan-akan lo lagi buat janji sama Laura, gak demen deh gue ngeliat cowo yang asal ngomong tanpa mikir lagi buat kedepannya, lo sekarang ngomong gak bakal tinggalin Laura, lo bakal kasih Laura kejelasan suatu saat nanti, tapi kalo kenyataannya berbanding terbalik pasti Laura juga pihak yang tersakiti karna udah kemakan omongan gak guna lo!" tegas Bima yang sedari tadi sudah muak mendengar omongan Rizky yang gak berguna itu.

"Widihhh santai bro, Laura yang gue baperin aja dia biasa kok lah lo yang gak di sangkut pautin malah ngegas, emang lo siapa?!" Rizky seakan menantang dan Bima tersenyum miring melihat gaya Rizky yang menurutnya menjijikan dan gak pantas untuk disebut sebagai 'cowok'

"Kenapa gak suka ma omongan gua?"ucap Bima .

"Jadi cowok gak usah banyak bacot lo,"teriak Rizky.

"Semua yang gua omongin itu bener,"ucap Bima tenang seakan ia tak sadar bahwa ia sedang menyiram bensin di api yang sudah membara.

"Bacot anjing,"teriak Rizky lalu memukul Bima tepat di leher.

"Apaan si kok jadi ribut gini,"ucap Laura sambil menarik lengan Bima agar berhenti bertengkar.

Laura menunjuk Rizky dan berkata. "Dan lo jadi cowok gak usah sok sok an gombal, main jotos lah jijik tau gua lihat lo,"

"Gue dari tadi diem bukan karna gue suka di gombalin sama lo Ky,tapi karna gua terlalu males buat denger omong kosong lo!"lanjut Laura.

        Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang