Di kursi depan, aku duduk termangu.
Setiap malam, kulihat rembulan berjalan
menggandeng waktu. Telah lama aku
menunggu, sampai rembulan
menggodaku: “Mau sampai kapan terus
menunggu?” Aku tersenyum, rembulan
berlalu.Hingga di suatu ketika, hujan datang
mengetuk pintu. Ia hadir menggendong
anak rindu. Kulihat wajah anak rindu, ia
tersenyum malu-malu. Kuajak hujan
duduk di sebelahku. Kusajikan segelas air
mata dan sepotong luka di atas meja.
Kami nikmati bersama, dengan tawa
anak rindu di sela-sela waktu. Malam
mengingatkan, pagi segera datang. Hujan
berdiri, mengucapkan pamit.
Dititipkannya anak rindu kepadaku. Hujan
bilang, ia akan datang ketika anak rindu
mulai menangis.Salsa Nabila Ramadhani