Bagian 3

359K 3.9K 48
                                    

Tara sedang menikmati makan malam bersama keluarga kheno. hanya tante vania, kheno, dan jika nenek saat tadi ia telah makan terlebih dahulu karena salah satu maid yang telah menyuapin makanan untuk nenek. terasa sepi bukan rumah sebesar ini hanya mereka saja yang tinggal disini.

Kini Tara masih menatap mata itu, serta mulutnya yang masih mengunyah makanan sangat lucu tapi tetap saja terlihat tampan.
Tara menatapnya sambil tersenyum geer berharap dia juga membalas senyumannya, Tapi nol persen semua tak sesuai harapan. Pria tampan itu memancarkan tatapan tidak sukanya kepada dirinya. "Baiklah tak apa pasti lama-lama juga kamu akan menyukai ku." Ucap Tara dalam hati.

"Oh yah Tara, kamu di sini tinggal di mana dan di mana orang tua mu?''

Satu pertanyaan yang berhasil membuat hati Tara kembali pilu dan membuat Tara seketika berhentih menatap kheno lalu menjawaban pertanyaan itu jujur apa adanya.

"Aku tinggal di salah satu rusun  tante''

"Loh bukankah rusun itu tempat yang sangat kecil dan kumuh yah, lalu untuk orang tua mu?"

"Aku adalah korban perceraian dari orang tua ku, saat usia ku menginjak 7 tahun hari itu ibu dan ayah ku bercerai ibu lalu mengajak ku tinggal di apartemen milik nya. pada saat usia ku 12 tahun ibu meninggalkan ku lalu pergi bersama laki-laki yang tak ku kenal kalau ayah dia telah meninggal dunia karena penyakit jantung kronisnya''

Tara merasa air matanya akan meledak keluar namun ia 
menahannya karena ia tak ingin masalahnya terpengaruh pada keluarga ini. Untuk memikirkan hidupnya di masa lalu saja sungguh membuat hati nya begitu sakit di tambah lagi ibu yang tega meninggalkan Tara bersama laki-laki lain.

"cchi wajar saja dia begitu liar"
Umpat kheno

"Kheno apa yang kamu katakan!'' ucap ibunya sedikit tidak terima.

"Gak kok bu, ibu salah dengar kali"

"Tante begitu prihatin dengan masa lalu kamu Tara. Dan bagaimana kamu bisa bertahan sejauh ini?''

''aku bisa bertahan karena aku masih memiliki cukup tabungan serta uang tambahan dari ibu untuk ku tabung kembali serta untuk memenuhi kebutuhan hidup ku tante''

"Tante jadi semakin yakin bahwa kamu adalah wanita yang teguh, mandiri, dan baik dan 1 poin plusnya kamu juga sangat cantik Tara, ia kan kheno?''tante Vania berusaha menggoda putranya hingga membuat Kheno ilfeel.

"Sudah lah ibu, apa yang ibu katakan''

Tara begitu senang di saat tante Vania memberinya komentar positif di depan Kheno pasalnya lelaki itu mengumpatnya tadi. Tapi tak apa yang terpenting membuat ibunya memuji nya itu sudah lebih dari cukup.

***********

''Tante berhubung ini sudah malam  aku ingin pamit pulang dulu''

"Kalau gitu tunggu sebentar yah tante akan panggilkan kheno untuk mengantar mu"

"Ah tidak perlu tante, aku bisa naik taxi ''

"Tara ini sudah malam, kamu seorang wanita bagaimana jika terjadi apa-apa pada mu, Biarlah kheno yang mengantar mu ok''

Bohong jika Tara berpura-pura jika menolak tawaran tante vania padahal hati nya sungguh menjerit senang bahwa ia bisa melempiasakan hasrat ku bersama Kheno.

"Khen kamu antar Tara pulang yah.,kasian dia harus pulang sendirian"

"Tapi bu aku tidak bisa''

"Kheno ayolah tolong turuti ibu, apa kamu tidak kasian pada seorang wanita yang pulang sendirian di malam hari hmm."

"Ha sudahlah ayo aku akan mengantarnya"

"Nah gitu dong, itu baru anak ibu"

"Kalau gitu aku pulang dulu tante"

"Iya kamu hati-hati yah semoga kamu gak pernah bosan kembali ini kerumah ini."

"iya tan__it"

"tidak perlu sepertinya wanita ini tidak akan pernah datang lagi ke rumah kita bu!" Ucap Kheno sinis setelah itu iya pun pergi meninggalkan Tara menuju mobil nya.

"Astaga anak itu, kenapa dia semakin hari semakin menjengkel kan. Ra tante harap kamu maklumin yah sikap anak tante."

"iya kok tan, aku paham."

"yaudah kalau gitu tunggu apa lagi cepat susul Kheno di depan."

"oh baiklah tan. Permisih."



Tara sudah masuk ke dalam mobil mewah milik kheno karena dia akan mengantarnya pulang.

"Apa yang kamu lakukan?''

"Emang nya apa yang telah aku lakukan?'' Tanya Tara polos.

''Maksud ku kenapa kamu duduk di belakang apa kamu pikir aku ini sopir mu. Enak saja cepat duduk di depan!''

"ah rupa nya kamu ingin lebih dekat duduk dengan ku yah, Baik lah aku akan duduk di dekat mu"

"tidak usah merasa geer jika saja ibuku tidak memintaku untuk mengantarkan mu pulang maka aku tidak akan sudih untuk menyuruh wanita rendahan seperti kamu duduk manis di mobilku.''

tidak ada pembicaraan kecuali tujuan Kheno adalah mengantarkan Tara ke rumah susun. Tara benar-benar gelisa lagi-lagi ia mempunyai pikiran untuk menggoda Dokter itu. tidak ada pilihan lain kecuali dia harus berpura-pura sakit

"Akggh...tolong!!,perutku sakit sekali.."

Sedari tadi Kheno hanya fokus pada jalanan, namun setelah ia mendengar rintihan Tara yang sedang kesakitan membuatnya langsung menepikan mobilnya kepinggiran jalan.

"Sepertinya sakit lambung mu kambuh, apakah kamu membawa obat anti sakit lambungnya?"

Tara menggeleng lemah.''Tidak, aku tidak membawanya, sebaiknya dokter cepat antarkan aku saja ke rusun ku saja agar aku bisa cepat meminum obat yang kamu berikan''

Kheno mengagguk paham, dan akhirnya Kheno melanjutkan perjalanannya menuju rusun yang Tara maksud.

"Bertahanlah, aku akan membawa mu pulang''

*******************************************

Kheno telah sampai di tempat area rumah rusun Tara. sungguh rusun yang sangat kumuh, ia berpikir bagaimana bisa Tara bertahan hidup di rusun yang seakan terbengkalai ini. Kheno melihat Tara yang keluar dari mobil, Tara berjalan lemah menuju tangga rusun sambil memegang perutnya yang kesakitan. namun hal itu cukup membuat rasa iba di hati Dokter Kheno, bagaimana pun ia adalah seorang dokter handal.

Kheno berjalan ke arah Tara, dan seketika ia membopong Tara menuju kamarnya yang ada di lantai dua dari ketiga lantai.

Tara merasa rencananya untuk menggoda Kheno rupanya berhasil. dan ia dengan senang hati jika Kheno mau membantunya. kemudian tibalah Kheno di depan kamar milik
Tara.

Setelah sudah mengantar Tara ke kamarnya Kheno memutuskan untuk pamit pulang namun sebuah tangan menarik tanganya agar tidak pergi. kini tangan itu beralih memeluk pinggangnya dari belakang agar tidak pergi.

"Tolong jangan pergi aku mohon dokter bisakah kamu menemani ku tidur malam ini."

Kheno pun menghempaskan tangan yang melingkar erat di pinggangya dengan perasaan marah. rupanya wanita ini hanya mempermainkannya.
                            
            

            
                        

Sentuh Aku DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang