03: Teror

2K 141 19
                                    





"Ya! Kim Jiwoo!"

Jiwoo yang masih berada di kamar itu, ia terkejut sebab teriakan sang Ayah. Entah ada apa Ayahnya memanggil sekeras itu, tapi sepertinya ini serius. Akhirnya Jiwoo memutuskan untuk keluar, dan menemui sang Ayah.

Tiba di depan, ia melihat kedua orang tuanya itu berkumpul. Tapi, wajah Ayahnya itu terlihat dingin dan tegas sekali. Mulai khawatir, Jiwoo menebak semua yang ada di dalam otak Ayahnya. Ia sempat melirik Ibunya, dan ia pun hanya membalas dengan tatapan penuh harap—agar suaminya itu tidak terlalu marah.

"Kemarin kau membolos?"

Jiwoo langsung menoleh. Dari mana Ayahnya tahu tentang hal ini?

"Jawab!"

Ya Tuhan, Ayahnya Jiwoo sangat menakutkan. Ia tak sanggup untuk membuka suara. Atau jika ia hanya diam, maka Ayahnya akan semakin marah.

"Kim Jiwoo, jawab!"

"Iya, Ayah!"

Sorot matanya merendah. Kemudian ia mengulum senyum, teramat marah dan luar biasa kecewa dengan apa yang putranya lakukan. Namun, ketika melihat Jiwoo hanya diam dengan wajah takut dan menyesal itu—sedikit membuatnya iba dan merasa enggan untuk murka lebih lama.

"Jiwoo-ya, kau tahu Ayah tidak pernah mengajarimu untuk membolos. Lalu, dengan alasan apa kau seperti ini, huh?!"

Jujur saja, Ibu Jiwoo merasa was-was. Dia bisa melihat raut wajah Jiwoo yang memang takut, karena Ayahnya itu—sangat menyeramkan ketika marah. Jangankan marah, sedang serius saja ia tampak menakutkan. Apa lagi, Ayahnya itu punya mata tajam walau ia memandang dengan datar.

"Ayah, aku membolos karena Aira mengajakku. Awalnya aku menolak, tapi dia memaksa!" sahut Jiwoo sebagai jawaban. Ayahnya menoleh, pun dengan tatapannya yang masih sama.

"Jadi maksudmu, kau menyalahkan Aira?" tanyanya. Jiwoo segera menggeleng dan membalas, "Temanku sedang kecelakaan. Aira memohon agar aku mau mengantarnya. Ayah juga pernah bilang 'kan, kalau aku harus melakukan apa pun untuk Aira. Tapi kenapa sekarang Ayah marah?"

Kim Taehyung, Ayah dari Kim Jiwoo. ia menatap, dan membawa Jiwoo agar duduk. Mendengar kalimat terakhir itu, memang benar. Tapi yang salah di sini adalah tindakannya.

"Kau benar. Tapi membolos untuk alasan tidak masuk akal, itu salah besar!" kata Taehyung dengan tegas. Kim Hana, selaku Ibu Jiwoo mendekat. Ia menyentuh lengan suaminya, dan akan berusaha untuk membela anaknya.

"Taehyung-ah, Jiwoo melakukan ini karena ingin membantu Aira. Mungkin Jiwoo berpikir, tindakannya hari itu bukanlah kesalahan. Lagi pula, apakah menurutmu itu baik saat anak kita—membiarkan Aira pergi sendirian? Aira perempuan, lalu bagaimana jika dia dalam bahaya dan Jiwoo yang disalahkan, karena mereka sangat dekat?"

Jiwoo mengangguk pelan. Sangat menyetujui ucapan Ibunya. Tapi Taehyung, tetap ingin marah padahal ia tahu yang dilakukan Jiwoo ada benarnya.

"Jungkook pasti sudah memberitahu Aira dan menghukumnya. Ayolah, ini bukan masalah besar yang perlu dilebih-lebihkan."

Untuk yang kesekian kalinya Taehyung bingung harus berkata apa lagi. Sedangkan ia sendiri yang berpesan agar Jiwoo selalu melindungi Aira. Tapi untuk hal yang seperti ini, tampaknya Taehyung sulit untuk menerima. Ya, karena ini adalah pertama kalinya Jiwoo membolos hanya untuk menemani Aira.

"Baiklah. Ayah tak akan marah lebih lama. Tapi ingat, Jiwoo-ya! Jika kau mengulangi hal ini lagi, jangan harap kau bisa masuk ke rumah ini lagi. Paham?!"

Sejujurnya Jiwoo tak ingin menyetujui ungkapan itu. Jika dirinya tidak boleh masuk ke rumahnya sendiri, lalu ia harus masuk ke rumah siapa?

Jungkook? Oh, itu sangat tidak mungkin. Lelaki itu sangat membatasi pertemanan Aira dengan laki-laki, tak peduli itu adalah sahabatnya sendiri.

Aira's And Her DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang