Sebelum cerita ini dilanjutkan, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca dan mengomentari cerita saya. Namun yang membuat saya kehilangan motivasi dan bersedih akhir-akhir ini adalah karena melihat terlalu banyak pembaca bisu yang jangankan memberi komentar, memberi bintang pada karya saya saja ogah.
Saya sempat meninggalkan cerita ini menggantung atau membiarkannya selesai lebih cepat (dalam artian hal ini melenceng dari penyusunan alur yang sudah dirancang) perihal hal tersebut. Saya tidak meminta banyak, saya hanya menginginkan para pembaca sekalian turut mengapresiasi tulisan sayaㅡbukan hanya sekadar dibaca saja. Jangan menjadi pembaca bisu, ya? Karena saya yakin, bukan hanya saya, penulis diluar sana juga menginginkan hal yang serupa.
Kalau begitu, terima kasih karena sudah menyimak. Kritik/saran yang membangun akan saya hargai demi membangun bagian cerita dan karya tulis baru yang lebih berkualitas. Selamat membaca!
***
Sebuah kebetulan bagi Brian mendapati pesan bahwa Sungjin mengundangnya ke rumah lelaki tersebut. Tentu saja Ia sangat senang. Brian bahkan sudah bangun di pagi butaㅡlebih tepatnya terbangun karena notifikasi pesan masuk dan bersiap. Padahal Sungjin memberi tahunya untuk datang pada pukul 11 nanti.
Hari ini adalah akhir pekan, Brian mempersiapkan makanan yang hendak Ia santap sendiri. Bukan sesuatu yang mewah. Hanya mi instan, kimchi dan acar lobak yang jadi pendamping makannya. Tak lupa Brian juga menambahkan semangkuk nasi untuk dicampurkan pada kuah mi instan nanti dengan alasan agar lebih kenyang.
Brian menyantap makanannya sembari memperhatikan setiap pesan masuk di ponselnya. Kegiatannya memang terkesan monoton, namun yang membuat semuanya berbeda kali ini adalah Sungjin yang mengundang Brian datang ke rumahnya. Bukankah itu menyenangkan?
Brian bahkan mempersiapkan pakaian terbaik yang akan dikenakannya untuk bertemu Sungjin. Mengulur waktu dengan makan, menonton TV dan membersihkan rumah, akhirnya pukul 11 hampir tiba. Brian langsung bergegas untuk bersiap-siap dan pergi ke rumah Sungjin dengan mengayuh sepeda setelah memastikan rumahnya sudah dalam keadaan aman.
Sementara Sungjin? Ah, dia sedang repot membereskan dapur dengan terburu-buru bersama Dowoon. Sungjin sengaja membuatkan kue dan makanan untuk Brian, beruntung saja dibantu oleh Dowoon. Pukul 11 hampir tiba, mereka harus segera bersiap.
"Ya sudah, mandi saja duluan!" pinta Dowoon kepada Sungjin. Sungjin menganggukkan kepalanya cepat dan menepuk pundak Dowoon setelah itu berlari menuju kamar mandi. Kini tugas membereskan kekacauan dipegang oleh Dowoon.
Seolah seperti sedang kejar-kejaran oleh waktu, Brian dan Sungjin mencoba keras agar semuanya sempurna pada pukul 11.
Tok tok tok!
Ya Tuhan, cepat sekali, batin Sungjin yang baru saja duduk karena bingung ingin memakai baju yang mana. Sungjin langsung mengambil baju dengan sembarang dan buru-buru merapikan penampilannya yang baru selesai mandi itu.
Pintu dibukakan oleh Dowoon. "Silakan masuk, Brian. Sungjinnya sedang ada di kamar, biar aku panggilkan dulu, ya?" ucap Dowoon kikuk. Brian menganggukkan kepalanya dan duduk setelah dipersilakan. Baru saja Dowoon hendak berjalan menuju kamar, Sungjin keluar dari kamar dengan penampilan yang menurut Dowoon apa adanya sekali, seperti penampilan biasanya di rumah. Tapi bagus, setidaknya Brian tidak merasa janggal atau aneh kalau Sungjin berpakaian terlalu rapi hanya untuk menjamu tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNGBRI: What If
Fanfiction"Say something!" "Uh?" "Say something, you're standing in front of us like a fool for 15 minutes!" "Park Sungjin, I like you..." ㅡ ☆☆ ㅡ top!Sungjin bot!Brian YAOI || Lemon? || Bahasa Don't be a ghost reader, please! ♡