"Assalamualaikum"Amanda mengucapkan salam dengan suara pelan. Ia melangkah memasuki rumah setelah menutup pintu secara perlahan. Amanda berjalan sangat berhati-hati agar langkahnya tak terdengar. Hal itu dilakukan nya karena ayahnya tengah menonton TV di ruang tengah. Ia Takut ketahuan pulang malam.
Namun seringan apapun langkahnya, sehati-hatinya dia dalam melangkah, tetap saja naluri ayahnya sebagai seorang manusia yang sangat sangat sangat peka terhadap rangsangan langsung menoleh kearahnya. Amanda menahan napas.
Adoh tercyduck!
Ayah menatap Amanda dengan tatapan "yang sulit untuk diartikan". Dengan segera Amanda mengubah raut wajahnya agar tak terlalu kaku.
"Sini duduk dulu" ucap Ayah sambil menepuk-nepuk sofa yang ada disampingnya. Dengan perasaan ragu, akhirnya Amanda berjalan lalu duduk di samping ayahnya.
"Iya yah..kenapa?" Tanya Amanda sesantai mungkin. Ia tak ingin terlihat cemas ataupun gugup. Karena itu akan menggagalkan rencana yang telah ia susun.
"Dalam Peraturan sekolah kamu pulang jam berapa?" Tanya ayah. Ia menatap lekat bola mata Amanda.
"Jam 3 yah"
"Ini sekarang jam berapa?"
Amanda menatap jam tangannya.
"Jam 6 lewat yah"
"Darimana aja?"
Amanda sedikit tersentak. Dalam hati ia berdoa.
Ya allah,mudahkanlah lisan hamba ya allah... Hamba tidak ingin kena marah.. Ampuni dosa hamba ya Allah, hamba janji tidak mengulangi lagi..hanya untuk kali ini saja ya allah..
Amanda memantapkan hatinya.
"Habis dari toko buku yah, beli buku"
"Sekarang mana bukunya?"
"Ga ada"
"Kenapa ga ada?"
"Karena Amanda lupa bawa uang"
"Tapi kenapa lama?"
"Tadi Amanda keliling-keliling dulu..trus tadi juga hujan"
Ayah manggut-manggut paham. Dalam hati Amanda berteriak yes karena ia tak dimarahi oleh ayah.
"Sekarang kamu ganti baju dan sholat Maghrib..ini sudah telat" ujar Ayah. Amanda mengangguk paham.
Amanda menaiki sebelas anak tangga rumahnya lalu memasuki kamarnya. Bersiap- bersiap untuk melakukan apa yang diperintahkan ayahnya.
Setelah Shalat Maghrib dan makan malam bersama keluarganya, Amanda langsung bergerak cepat ke kamarnya. Ia mengambil laptop silver nya. Tidak lupa pula dengan beberapa cemilan dan sebotol soda dari laci meja belajarnya. Dan juga meraih headset yang tergantung. Lalu menancapkannya pada laptop.
Yosh! Mumpung Amanda tidak memiliki PR, ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menonton anime yang belum sempat ia tonton. Selama ini, jam anime nya selalu terganggu karena para kurcaci-kurcacinya terus mengajaknya bermain.
Ping!
Handphone Amanda bergetar diatas nakas. Ia hanya melirik sebentar,lalu kembali fokus pada layar laptopnya. Tak berminat untuk mengecek siapa yang mengirimi nya pesan. Barangkali hanya chat - chat yang tidak berfaedah baginya.
Ping!
Amanda memasukkan beberapa cemilan kedalam mulutnya. Sesekali ia meneguk soda ketika kerongkongannya sudah mulai kering. Matanya masih tak lepas dari layar laptop yang kini tengah terputar anime kesukaan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMITTEN
Teen Fiction(hayuk mampir,baca aja dulu siapa tau suka❤️)✔️ Entah dari permukaan mana, kakak kelasnya Riyand tiba-tiba muncul dalam kehidupannya. Pada awalnya Amanda risih, tapi siapa yang tidak jatuh hati ketika selalu diperlakukan dengan istimewa? Sementara...