Evan menggoyangkan gelas kristal berisi cairan berwarna merah pekat. Sembari menikmati hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Memandangi ribuan lampu yang menyebar dibawah sana. Diselimuti langit mendung disertai hujan dan kilat.
Selalu seperti ini. Sepi dan sendiri merupakan kawan terbaik untuknya. Bisa saja dia pergi keluar dan bertemu teman-temannya. Hanya saja malas rasanya harus menembus hujan sendirian. Udara dingin akan memeluknya erat ketika dia menginjak tanah luar.
Jemari sebelah kiri menggeser layar ponselnya. Menampilkan foto Ara yang tengah tertidur lelap disampingnya. Wajah wanita itu tertutup rambut. Membuatnya tak bisa dilihat secara jelas.
Foto itu diambil beberapa waktu lalu. Lebih tepatnya saat Ara menginap di Apartemennya. Kekasih Ara sedang lomba di China saat itu. Merupakan kesempatan untuk Evan memboyong Ara ke Apartemennya. Tidur bersama wanita itu selama dua hari sudah sangat cukup untuknya.
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama. Bahkan Evan lupa jika Ara bukan miliknya. Waktu itu rasanya seperti Ara hanya tercipta untuk dirinya saja. Kemudian, kembali tersadar saat ponsel Ara bergetar. Dengan segera diangkat ponsel itu.
Evan mendengar jelas bagaimana Ara merengek merindukan kekasihnya. Meminta agar kekasihnya segera pulang. Ara nyaris menangis karena merindukan Aldric, kekasihnya. Tak perduli bahwa dibelakangnya ada Evan yang tengah mengamatinya diam-diam.
Evan merupakan anak tunggal dari pengusaha kaya. Hanya saja, pernikahan kedua orang tuanya merupakan hasil perjodohan. Memang banyak perjodohan yang berakhir dengan saling mencintai. Tapi, tidak dengan orang tua Evan. Perasaan mereka tetap saja seperti dulu walaupun dirinya hadir sekalipun diantara keduanya.
Bahkan sebuah rahasia yang beberapa waktu ini baru saja diketahuinya. Papa dan Mama nya memiliki kekasih. Bersama dalam waktu lama tak membuat mereka serta merta saling mencintai. Hingga Evan yang menjadi korbannya.
Dia bukan lelaki yang mudah jatuh cinta pada seseorang. Bahkan cinta pertamanya merupakan sahabatnya sendiri, Helena Berliana. Wanita itu terpaksa harus pindah ke Amerika mengikuti kedua orang tuanya. Awalnya dia sangat terpukul. Tidak rela melepaskan Helen. Tapi apa boleh buat.
Kemudian sekarang cintanya jatuh untuk Ara. Wanita cantik yang berhasil membuat Evan tergila-gila. Satu-satunya perempuan yang hampir setiap ada waktu tepat berbagi ranjang dengannya. Saling sahut menyahut desahan dengan memanggil nama bergantian.
Evan ingin sekali menghubungi Ara. Hanya saja, dia takut jika wanita itu sedang bersama kekasihnya. Karena Ara bilang untuk jangan menghubunginya dulu sampai wanita itu sendiri yang menghubunginya. Baiklah, Evan menurut saja.
Evan membuka galeri ponselnya. Melihat banyak sekali foto Ara yang disimpannya disalah satu folder yang disembunyikan. Lelaki itu kerap sekali mengambil gambar Ara diam-diam. Tak hanya ketika wanita itu berada di Apartemennya saja. Tetapi, saat wanita itu berada di Kampus.
Evan merupakan mahasiswa semester akhir. Tapi, karena beberapa alasan dirinya masih harus menyelesaikan beberapa kelas yang sebelumnya belum terselesaikan. Dengan alasan itu pula dia bisa melihat Ara.
Lelaki itu butuh tidur. Kepalanya menjadi pening karena terlalu banyak minum. Beberapa waktu lalu tidurnya ditemani oleh Ara. Ah, lagi-lagi teringat saat Ara menginap di Apartemennya. Sialan sekali wanita itu.
Evan memejamkan matanya. Berharap saat pagi menjelang, Ara miliknya. Bukan milik Aldrico Mikail. Berharap saja sepuasnya. Tidak ada salahnya, kan?
***
Ara menghujani wajah Aldric dengan ciuman. Pertama, dipipi kanan lalu berlanjut ke pipi kiri. Kedua, beralih menuju dahi. Dikecupnya hingga tiga kali banyaknya. Setelahnya lanjut mencium bibir. Dikecupnya ringan dan lembut. Takut jika lelaki itu akan bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
RomanceAmara Violeta mencintai kekasihnya, Aldrico Mikail. Sangat mencintai lelaki itu. Hingga berpikir untuk meninggalkan saja tidak pernah. Lelaki itu terlampau baik untuk ditinggalkan. Membayangkan berpisah saja sudah membuat Ara bergidik ngeri. Hanya s...