Prolog

9.3K 521 34
                                    

Omega.
Mendengar kata itu pasti yang pertama terlintas dalam benak ini adalah kaum dari strata lemah dan harus tunduk pada Alpha. Sekiranya begitu.

Dan kehidupan para omega telah diatur serta banyak hal yang harus dilakukan sesuai dengan ketentuan norma dasar kehidupan yang ada sejak turun temurun. Agaknya, omega tak benar-benar memiliki hak penuh atas hidupnya. Segalanya telah diatur dan hanya berujung dengan akhir yang pilu. Melahirkan penerus berkualitas untuk para alpha terpandang. Ujungnya begitu, terkekang dan hak untuk dirinya sendiri terbatas.

Sekiranya demikian propaganda yang ada. Namun, untuk diriku kasusnya sedikit berbeda. Aku berbeda dengan omega lainnya, tubuhku yang jauh dari kata proporsi pada umumnya untuk hitungan omega normal. Memiliki aura omega yang lemah dan malah lebih terlihat seperti beta atau alpha kelas biasa. Padahal, aku termasuk pada jajaran omega bangsawan. Tapi kerena perbedaan ini, juga membuatku merasa sulit. Sulit untuk meraih alpha impianku.

Karena perbedaanku ini, ia tak pernah melihatku seperti omega lainnya yang perlu dilindungi dan diperlakukan dengan lembut. Karena dipikirannya aku mampu untuk menjaga diriku sendiri. Padahal nyatanya aku tak sekuat itu, aku begitu lemah dan juga butuh perlindungan. Tapi karena aku berbeda dia dan mereka juga berbeda dalam memperlakukanku.

"Jae, aku juga omega jika kau tak lupa"

"Iya, tau kok. Lalu apa? Walau kau omega sekalipun kau tetap saja berbeda dari mereka' kan?"

"Tapi, aku juga bisa terluka Jae..."

"Terluka juga tak masalahkan? Kau kan kuat tidak seperti omega lainnya yang memang kodratnya lemah

Jadi terluka sedikit tak akan masalah kan?" Sahutnya enteng tanpa memperhatikan ekspresi sang lawan bicara yang begitu terluka.











Cinta ini mustahil tergapai.
Tapi, aku keukeuh ingin meraihnya. Cinta ini hanya ilusi yang menusuk sanubari tapi aku tetap keras kepala ingin merengkuhnya.














Kupikir karena perbedaan tak akan masalah.
Dulu seseorang berkata padaku, perbedaan itu tak masalah, berbeda itu indah. Dan perbedaan bukan hal yang buruk. Karena perkataan itu aku memiliki pemikiran perbedaan ini bukan masalah asalkan dia meyakinkan aku seperti demikian.











Tapi, kata-kata hanya berakhir pada ucapan saja. Aku terbawa arus kata-kata semu yang membuat diri ini menjadi konyol dan bodoh. Aku seperti ditertawakan oleh kenyataan karena masih memegang kata-kata semu yang bahkan aku sendiri sanksi orang itu masih mengingat ucapannya ini atau tidak.












Kim Mingyu,
Perbedaan itu buruk, suatu kesenjangan itu buruk dan lihat mereka memperlakukanmu dengan berbeda bukan? Dibedakan bukankah terasa menyakitkan dan terasingkan? Seolah tak ada yang ingin mendengar keluhanmu. Terjebak dalam pesakitan tanpa ada yang peduli.














Dan sejauh mana kau mampu bertahan? Saat tak ada yang ingin meraih uluran tanganmu, mereka semua mengabaikanmu, tak benar- benar ingin hadirmu?
Dan hanya berujung sebagai pilihan terburuk.
Apakah perbedaan ini memang seburuk itu?















Tak ingin semua ini, tak ingin berbeda, ini semua bukan inginku!
Lalu kenapa semua harus aku yang merasakan semua ini sendiri? Bukankah itu buruk?













"Aku ingin menukar setengah jiwaku untuk bisa bersama dengannya dalam hidup yang penuh kebahagiaan










Jika memang perlu, akan aku tukar seluruh jiwa ini entah itu pada dewa langit, atau iblis penjaga dunia fana sekalipun












Ku mohon biarkan aku bersamanya walau itu artinya jiwaku adalah jaminannya"


















Prolog ended
Dateng, bawa utang baru.
Hobby baruku :)
Tenang ini ngga bakal banyak chapternya kok
Mungkin bisa berakhir 2-3 shoot aja. Langsung to the point gtu. Tapi ngga tau dah gimna respon pembacanya.
Sadar utang story masih banyak ehe

Voment juseyonggg











Salam manis
Degem kak wonu💙

[✔️] Happy Ending [Jaegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang