Kata -kata yang selalu aku ingat selama ini adalah 'Menjadi seorang alpha itu mudah, kau tak perlu pusing tentang jodoh. Tunggu saja nanti juga akan ada seorang omega yang menghampirimu dan mengklaim dirimu sebagai soulmate-nya' terdengar gampang dan tak merepotkan. Tapi bagiku pribadi, seorang alpha harusnya bisa menentukan sendiri pilihannya. Kau akan hidup dengan seseorang untuk waktu yang tak terbatas. Dan perihal pasangan bukanlah hal yang bisa digampangkan begitu saja. Dan aku menolak keras mengenai filosofi aneh itu. Tak berpendirian dan tak ada usaha sama sekali, bukankah itu terlihat sangat pengecut? Jika kau menyukai seseorang harusnya kau berjuang kan? Bukan menerima beres saja.
Jika pun nanti tidak bersama dengan pasangan soulmate, aku ingin hidup bersama seseorang yang begitu aku cintai. Sesederhana itu, dan jika bisa egois aku ingin menyalahi takdir jika soulmateku bukanlah orang yang kucintai.
Katakanlah itu egois dan menyalahi aturan hukum alam yang ada. Tapi bisakah seseorang mengelak dari masalah hati? Perasaan seseorang mana ada yang tahu? Perasaan seseorang tak bisa diatur begitu saja akan berlabuh dimana. Kurasa nanti siapapun takdirku nanti, semoga ia bisa memahami pola pikirku ini.
___
Hari itu musim panas yang begitu terik. Entah kenapa hawanya tak menyenangkan sekali untuk bersantai diluar. Ayah dan ibu terlihat sibuk sekali menerima panggilan dengan ekspresi wajah yang gusarnya. Dan tak lama keduanya telah berganti dengan pakaian berkabung, siapa yang meninggal? -pikirku saat itu.
"Jae, segera ganti pakaianmu dengan setelan yang sudah ibu siapkan."
"Kita akan kemana,bu?" Tanyaku sambil mengekori ibu yang menuju kamar atas. Terlihat masih sibuk menyiapkan beberapa hal.
"Ada salah satu kolega ibu dan ayah, istrinya meninggal. Dan kita akan datang pda penghormatan terakhirnya itu." Jelas ibu yang masih sibuk menyiapkan pakaianku.
"Oh baiklah, aku akan segera bersiap bu"
"Jika sudah selesai nanti langsung saja masuk kemobil ya, sayang" setelahnya ibu berlalu begitu saja. Kenapa sibuk sekali mereka? Apakah ini salah satu kolega penting ayah?
Suasana pada penghormatan terakhir di ruangan yang sangat megah itu terlihat sangat kelabu dan berkabung. Beberapa tamu yang datang menguatkan seorang pria paruh baya yang terlihat begitu sedih. Dan disana terdapat dua pria manis yang tengah sesegukan menatap pigura yang terbingkai apik wajah sang ibu. Namun, salah satu dari pria manis itu terlihat begitu sedih sekali dan sesekali memanggil ibunya seolah tak rela ditinggalkan.
"Eomma, hiks kenapa pergi. Kenapa meninggalkan Yongie, disini Yongie juga membutuhkan eomma hikss"
"Appa, kumohon kembalikan eomma! Hiks"
"Aku ingin eomma ku! APPA KEMBALIKAN EOMMA. BAWA EOMMA PADA YONGIE. YONGIE INGIN EOMMA HUWAAA EOMMAA" pekik pria manis yang menyebut dirinya sebagai Yongie itu. Terlihat menyedihkan dan rasanya pasti sangat buruk sekali ditinggalkan orang terkasih. Apalagi itu eomma'kan?
Setelah memberikan penghormatan terakhir untuk nyonya Kim. Aku memutuskan untuk berkeliling ketempat lain. Rasanya nuansa ruangan disana sangat pengap dan menyesakkan. Aku memerlukan udara segar untuk menjernihkan isi kepala ini.
Pekarangan belakang rumah keluarga Kim cukup luas atau mungkin sangat luas. Jika teledor bisa saja aku tersesat karena ini memang sangat luas dan sepertinya sengaja di design seperti labirin.
"Hiks, hiks"
Ada suara isakan?
Aku tak salah mendengar,kan? Tidak mungkin disiang bolong seperti ini ada suara-suara aneh seperti itu. Karena rasa penasaran yang begitu membuncah. Perlahan kuikuti arah suara tersebut. Semakin dekat, suara isakan itu terdengar semakin jelas dan entah mengapa terdengar memilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Happy Ending [Jaegyu]
Fantasy[Mini Series] Apa salah nya menjadi seorang omega? Apakah menjadi omega suatu kesalahan yang sangat besar? Dan hanya karena aku adalah omega yang sedikit berbeda aku tak berhak mendapat cinta yang sama? Warn: BxB! Yaoi in your area! CRACKPAIR! DLDR...