Seorang remaja duduk di mejanya, menatap layar yang berada di hadapannya. Pandangannya kosong, cahaya dari layar itu terpancar ke wajahnya di ruangan yang hampir tidak memiliki pencahayaan itu.
Beberapa saat berlalu, tapi ia sama sekali tidak bergerak dari posisi awalnya. Pipinya tertumpu di telapak tangannya, mulutnya tertutup rapat. Pergerakannya hanya bahu yang naik-turun akibat pernafasannya.
Layar itu tiba tiba berganti, menunjukkan sebuah kotak hitam yang hanya berisi berbagai angka dan huruf.
0201130113119
Tangannya bergerak lincah menekan tombol tombol angka itu di papan ketiknya. Hanya dalam hitungan detik, ia menekan tombol Enter. Kotak itu menghilang, layarnya menjadi gelap seperti mati. Membuat ruangan itu ikut gelap gulita juga.
Perlahan, layar itu kembali menyala dan menampilkan huruf per huruf yang membentuk sebuah frasa.
"Laporan."
".....tidak ada."
"Aku minta laporan!!"
Remaja itu menghembuskan nafasnya kasar. Nampaknya, jawabannya tadi terlalu pelan sampai sampai tak tertangkap oleh benda itu, mikrofon. Walau dibentak sekalipun, wajahnya masih sama, datar tak berekspresi.
"Apa kau mau-"
"ZERO-TWO menghadap ALPHA. Tidak ada perkembangan signifikan maupun gerak gerik mencurigakan. Laporan selesai."
"........"
Keheningan menyelimuti ruangan itu. Diantara dua sumber suara, tidak ada yang berniat menggemakan gelombang frekuensi.
"Cari yang lain."
Layar tersebut kembali mati. Selang beberapa detik, layar itu kembali hidup, normal seperti sebelumnya; ketika remaja itu termenung.
Dirinya menghela nafas kemudian menjatuhkan kepalanya ke meja, tepatnya ke papan ketiknya.
Ddak.
Suara tercipta ketika wajahnya berhantam kasar dengan tombol tombol hitam itu. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya.
Isakan kecil perlahan terdengar, namun segera ditepisnya dengan penghapusan cairan bening yang telah lolos dari matanya itu, merosot bebas menuju pipi.
Badannya kembali ia tegakkan, tangannya mulai berdansa di papan ketik. Terus-terusan ia menekan tombol tombol itu dengan membabi buta, matanya dengan lincah bergerak terus ke seluruh sudut layar.
Tombol terbesar bertuliskan Enter ia tekan, menunjukkan profil seorang remaja lainnya yang sedang tersenyum, lengkap dengan segala identitasnya.
Bibir bawahnya ia gigit kuat, tangannya ia kepalkan, berusaha menahan semua emosi yang meluap.
Tangannya bergerak akan menekan suatu tombol. Namun, ia ragu. Tangannya bergetar hebat dan tanpa dirinya sendiri sadari, ia telah mulai menangis.
"Maaf."
YOU ARE READING
Who?
Mystery / ThrillerDiantara 32 siswa yang merupakan teman sekelas; siapakah pelakunya? ketika satu per satu dari mereka mulai menghilang tanpa jejak, kecurigaan mulai timbul dan kepercayaan pun terputus. "Intinya satu, siapa pelakunya?"