"Hoaammmmmm..."
Suara menguap terdengar sangat jelas di kelas yang saat itu sedang hening. Ketegangan yang awalnya sangat terasa, perlahan luntur dan digantikan dengan gelak tawa.
Nguapan dari seorang Chandra membuat semua yang awalnya berkhayal ria langsung sadar. Nguapan cetar membahana itu membuat mereka semua tertawa terbahak bahak, bahkan guru yang saat itu sedang mengajar juga ikut menertawai tingkah Chandra itu.
"Ngantuk kali ya kalian nak?" Bu Fransiska, guru kimia -yang juga merupakan walikelas mereka- itu membuka percakapan setelah tawa para murid reda. Tidak ada banyak jawaban, hanya anggukan lemas dan beberapa 'ya' sudah cukup mewakili.
"Yasudah, pembelajaran kita cukup sampai disini. Tutup buku kalian, kita akan sharing."
"YEEEEEEEEEEEEESSSS!!!!!!!!!!"
"LOP YU IBU!!!!!!"
Teriakan kegembiraan menghiasi seluruh kelas itu. Tanpa pikir panjang, mereka semua meninggalkan tempat duduk mereka dan pergi mengambil posisi di depan -dekat meja guru- mengerubungi wali kelas mereka.
"Ayo, bu. Cerita tentang kisah ibu. Lanjutin yang kemaren." desak Zefanya yang sudah tidak sabar. Mereka mengangguk setuju, dan suara suara 'iya bu' 'ayo bu' dan semacamnya pun terdengar.
"Tapi tunggu dulu sebentar."
Kalimat sakti dari bu Fransiska seakan adalah sihir yang membuat waktu berhenti. Nggak, waktu tidak berhenti- karena detakan jam dinding masih terdengar. Tetapi semua kegiatan merekalah yang terhenti, dari obrolan gibahan hingga aksi seret seret kursi terhenti. Mereka terfokus kepada sosok ke-ibuan yang selama ini dengan sabar membimbing mereka itu.
"Kenapa, bu?"
Bu Fransiska menatap Samuel. Kemudian matanya bergerak menelusuri ruangan kelas, mencari sesuatu. Edward yang menyadari gerak gerik itu langsung menawarkan bantuan, "Cari apa bu? Mau kami bantu cariin?"
"Ah, enggak, nak. Itu.."
Perkataannya digantungkan, membuat seluruh jantung yang ada disana berdetak dengan abnormal -seperti ketika bertemu doi-. Lagi, mereka terdiam di tempat menunggu kelanjutan.
"Si Vincent nggak datang lagi, ya?" tanya wanita paruh baya itu, menyelesaikan ucapannya yang tadi tergantung.
"Iya, bu. Absen lagi dia." jawab Angeline Tan -yang akrab disapa Atan- selaku sekretaris yang meng-handle bagian absen.
Bu Fransiska mengangguk mendengar jawaban tersebut. Kemudian kembali berkata, "Dia dari beberapa hari yang lalu nggak datang 'kan, nak? Udah ada yang coba kontak dia? 'Kan kalian punya grup yang gak ada saya di dalamnya, jadi seharusnya bisalah kalian tanya disana."
Tidak ada yang langsung menjawab. Tidak terpikirkan oleh mereka untuk menanyakan keadaan Vincent. Yang mereka pikirkan adalah sudah biasa bagi seorang Vincent van Goch untuk tidak hadir ke sekolah, jadi mereka menganggapnya wajar. Dan tentu saja, statement 'halus' dari ibu tentang grup mereka.
YOU ARE READING
Who?
Mystery / ThrillerDiantara 32 siswa yang merupakan teman sekelas; siapakah pelakunya? ketika satu per satu dari mereka mulai menghilang tanpa jejak, kecurigaan mulai timbul dan kepercayaan pun terputus. "Intinya satu, siapa pelakunya?"