c i n q u e

28 4 2
                                    

Weekend, sesuatu yang benar benar ditunggu oleh semua orang, tak terkecuali anak sekolah. Sebuah hari tanpa perlu bangun pagi pagi dan belajar, hanya rebahan dan nolep seharian di rumah merupakan kesukaan mereka.


Sayangnya, kesantuy-an weekend tidak bisa dirasakan kali ini. Karena walaupun tidak masuk sekolah, tugas tetap menumpuk. Apalagi tugas kelompok yang perlu dikerjakan bareng kelompok, alias kerkol membuat mereka perlu minggat dari kegiatan rebahan dan pergi ke tempat lain untuk nugas.




"Sori aku telat!"


Stella sampai ke rumah Venny dengan nafas yang tersenggal, ia kelelahan karena habis berlari dari rumahnya ke rumah Venny untuk kerja kelompok.

"Gapapa, santai aja. Aku juga baru nyampe kok." Yohana yang juga merupakan anggota kelompoknya berucap, meyakinkan Stella bahwa sebenarnya ia tidak telat.

"Lagian kita masih nunggu Theris sama Graciela dateng. Kalo gak lengkap kita nggak bisa mulai rekam, nih." kata Venny, diikuti dengan anggukan Yohana.

"Ealaaah, tau gitu aku santuuy aja jalan tadi. Capek kalipun lari lari, untung aja gak jatoh."

Mendengar ocehan Stella, Venny dan Yohana tertawa pelan. Kemudian mereka semua berjalan masuk ke rumah Venny.


"Adoh males kali aku la. Weekend kayak gini malah ada tugas, malah mesti syuting bikin ini itu lagi. Ngedit sana sini, kerjaan mulu! Pengen rebahan..."

Lagi, Stella mengoceh tentang tugas yang diberikan. Bagi jiwa santuy yang dimilikinya, hakikatnya weekend itu ya di rumah nolep.

"Entah, kita udah kelas 12 bukannya diringanin bebannya, malah tambah banyak tugas sama ujian. Belom lagi guru guru kayak ngejer materi gitu. Pusyingggg." tambah Venny. Yohana yang mendengar mereka berdua tertawa rendah kemudian ikut menambahkan, "Mau gimana lagi lah. Waktu belajar kita sikit, belum lagi event event sama kegiatan taun depan nanti. Makanya kita di gas supaya materi kelas 12 terkejar."

"Bener kau Yoh. Tapi kalo gini ya kepala juga pecah lama lama."

"Tahankan aja Stell, udah resiko kelas 12 itu."

Stella menghembuskan nafas berat. Kemudian ia rebahan di lantai rumah Venny. Ia terlentang, tangannya ia bentangkan, pandangannya lurus menuju langit langit.

Venny yang melihat aksi Stella lantas heran dengan tingkah sahabatnya itu, Stella kok gini? pikirnya. Dan ia memilih untuk menyuarakan hal itu, "Stell? Sadar?"

"Yap, aku sadar 101%."

"Ngapain kau?"

"Nggak, nggak ngapa ngapain kok."

Venny sebenarnya tidak puas dengan jawaban dari Stella. Tetapi ia membiarkannya, mungkin lagi ada pikiran atau masalah kali, pikirnya.

Lain halnya dengan Yohana, ia sadar ada sesuatu yang aneh dengan diri Stella. Tetapi kebalikan dari Venny, ia memilih untuk memendamnya sendiri.

"Sebenarnya, aku-"



"Veenn!"

Perkataan Stella terpotong oleh suara panggilan dari luar. Walau penasaran, Venny tetapi berjalan ke arah pintu untuk membiarkan Graciela masuk. Sayangnya, setelah itu Stella memilih untuk mengurungkan niatnya dan menutup mulut.

Who?Where stories live. Discover now