"Ya ampun, ALPHA. Kenapa permintaanmu makin lama makin ekstrim, sih? Udah kayak peliharaan aja."
"Kau menyamakanku dengan setan setan rendahan itu?! Tidak sopan!!"
"Aku hanya bercanda, lho. Kau seharusnya sudah mempelajari kalau bercanda itu jangan dibawa serius. Eh tapi benar sih, tumbalmu makin hari-"
"Sekali lagi kau berkomentar, kau akan dihukum."
"Baiklah, aku akan berhenti."
"Bagus. Ada lagi?"
"Sebenarnya, kali ini aku tidak yakin bisa lancar."
"Kenapa?"
"...ya, targetnya seperti itu. Bagaimana bisa ku handle?"
"...."
Hening. Keduanya larut dalam pikiran masing masing.
"Itu bukan masalahku. Aku tidak peduli bagaimana caranya, yang penting kau membawakan apa yang ku mau."
"Tidak ada niat membantu, gitu?"
"Jangan banyak bacot, cukup lakukan saja perintahku."
Ketika layar berganti, remaja itu langsung menghembuskan nafas berat. Tak pernah disangkanya, bahwa bahunya yang tidak terlalu lebar itu harus memikul beban seberat ini.
"Haah... Tak kusangka secepat ini efek penyerapan nya."
Layar dihadapannya kembali berganti, kini menampilkan sebuah foto remaja yang ia kenal. Kepalanya yang tidak gatal ia garuk, sedikit kebingungan akan cara yang tepat untuk melakukannya kali ini.
"Ck, ALPHA sialan."
***
Jreng-
Suara petikan gitar yang lembut menghiasi suasana kelas yang saat itu tentram dan hening. Damai, alunan melodi yang diciptakan membuat mereka merasa nyaman dan damai.
Tangan milik Jonathan dengan lihai memetik senar gitar miliknya, diikuti dengan nyanyian setengah suara dari Arna dan Chequita.
"Berboncengan denganmu,
Mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang~"
Mereka asyik bernyanyi, hingga Reido datang menghampiri mereka. Jonathan sadar akan kehadiran Reido, lantas ia mendongak dan menatapnya. Walau fokusnya teralih, tangannya masih tetap memetik gitar.
"Apa?"
"Pinjam gitar lah."
Dengan pasrah, Jonathan menyerahkan gitarnya kepada Reido. Setelah mengucapkan 'terima kasih', Reido berjalan ke arah tempat duduknya —dimana sudah ada Frans, Samuel dan Rian menunggunya.
"Dah, bubar-bubar! Konser selese!" candanya setengah berseru sembari bangkit dari tempatnya.
"Eh, Jo."
Chequita bersuara, membuat lelaki yang lebih akrab disapa Jojo itu membatalkan niatnya untuk minggat dan kembali duduk manis.
"Napa?"
"Lengan, hehe." jawab Chequita polos.
Jonathan sempat memutar bola matanya kesal. Namun pada akhirnya menurut kepada Chequita dan menaikkan lengan bajunya. "Yeaay makasih."
Chequita langsung menyerang lengan Jonathan dengan cubitan pelan. Sejujurnya, tindakannya itu membuat Arna dan Jonathan heran, "Kenapa kau suka kali megang lengannya Jojo, Cheq?" tanya Arna.
"Kek squishy dia lembutnya. Jadi enak aja dipegang wkwkwk."
"Bilang aja kau sukak samaku, Cheq, makanya pengen kontak fisik terus. Eh tapi ada Arna, jangan cemburu ya, Na."
Perkataan Jonathan -yang terkadang mengaku dirinya adalah seorang fakboi- membuat Chequita dan Arna menatapnya jijik. Chequita langsung melepaskan lengannya Jonathan, sedangkan Arna menempeleng kepalanya.
"Aduh-"
"Mampus kau, tau rasa." cibir Arna.
Chequita yang melihat kejadian itu tertawa lepas, "Cocok kali lah kalian." ucapnya.
"Apasi, Cheq!"
"Ih, Checheq jangan cemburu dong!"
Keduanya -Arna dan Jonathan- menjawab bersamaan, membuat Chequita terkekeh pelan; gemas melihat keduanya.
"Dahlah, enceng beneran aku." Jonathan pun bangkit berdiri, membuat genggaman Chequita atas lengannya terlepas. Jonathan bergaya sebentar, ia melakukan kissbye sebelum akhirnya minggat beneran.
Arna yang melihat tingkah Jojo hanya bisa geleng geleng kepala. Sedangkan Chequita terkekeh pelan.
"Btw, Zefanya kemana sih? Udah berapa hari dia ga datang? Sampe tentor les nanyai dia."
Ucapan Arna membuat Chequita terfokus kearahnya. "Gatau. Biasa dia juga sering ga datang, sih."
"Tapi kali ini udah lama kali loh, Cheq. Emang kau ga heran?"
"Bener sih.. Tapi.."
"Tapi apa?"
"Au ah, pusing aku, na."
Melihat Chequita yang tidak ingin menjawab, Arna tidak mendesaknya. Chequita nampak tak nyaman, makanya dengan cepat ia mengalihkan pembicaraan.
"Eh kau tau nggak soal novel terbaru itu?"
Dan dengan begitulah, percakapan mereka berganti topik.
YOU ARE READING
Who?
Mystery / ThrillerDiantara 32 siswa yang merupakan teman sekelas; siapakah pelakunya? ketika satu per satu dari mereka mulai menghilang tanpa jejak, kecurigaan mulai timbul dan kepercayaan pun terputus. "Intinya satu, siapa pelakunya?"