Pagi hari itu sama seperti hari lain. Matahari bangkit dan menyinari kota dengan cahaya hangatnya. Mengayomi manusia yang membutuhkan kehadirannya.
Sebagai siswa, sudah menjadi haknya untuk mendapat ilmu dan pembelajaran di sekolah. Banyak murid sudah sampai di gedung sekolah dengan nuansa vintage itu, warna biru dan coklat kemerahan bata mendominasinya.
Ratusan siswa berbaris di lapangan. Dalam hitungan menit, semuanya sudah masuk ke kelas masing masing. Berawal dengan kegiatan membaca yang biasa disebut dengan literasi. Tepat pukul 7.40, pembelajaran dimulai.
Kelas yang berada di paling ujung lantai 4 itu sangat ribut; tidak ada guru di dalam sana. Dengan kata lain, jamkos a.k.a jam kosong.
Scienza Uno, nama kelas itu. Seluruh 32 murid dalam kelas yang sebenarnya bergelar XII MIA 1 itu bersenang senang. Lagipula, siapa juga yang tidak suka dengan adanya jam kosong?
Diantara mereka semua, tampak seorang yang kurang bersemangat. Wilianto -cowok itu- menenggelamkan wajahnya di meja. Ngantuk, dia benar benar mengantuk.
"Woi!" seru temannya, William. Walau diteriakipun, Wilianto tidak bergeming. William tidak menyerah dan beralih mengguncangkan bahu Wilianto terus menerus, berusaha mengganggu dan membangunkannya.
"Heh, hush sana! Lembur aku semalem, ngantok woi!" Wilianto mendorong William menjauh, menghentikan kegiatan lelaki itu yang terus mengganggu waktu molornya.
Kata 'lembur' yang diucapkan Wilianto membuat senyum misterius nan mesum William berkembang. Ia menaik-turunkan sebelah alisnya jahil. "Lembur ngapain, Wil? Berapa ronde?"
Wilianto yang tahu dan sadar kemana percakapan ini mengarah ikut ikutan tersenyum meshoom.
"Lima ronde, HAHAHAHAAH." tawanya mesum.
Ajaib, kantuknya seakan menghilang. Segala kemageran dan ngantuk yang tadi dirasakannya seketika terganti dengan kesenangan dan kelasakan mereka.
"Woi gendong!!"
"Cuk, pideo la pideo!!"
"Ngamen kuy!!!"
Berbagai suara nyaring menghiasi ruangan kelas itu. Entah tempat itu masih pantas disebut dengan 'kelas'.
Meja dan kursi sudah tidak sebaris, buku berserakan, dan murid yang bar bar.
Walau begitu, mereka semua bahagia.
Maafkan aku.
***
Kekacauan itu berakhir dengan keheningan.
Mereka tercyduck ribut oleh guru. Parahnya, wali kelas mereka pula. Alhasil, mereka diceramahi oleh Bu Fransiska.
"Entropi kalian sudah terlalu tinggi."
Semua yang awalnya acuh-tak acuh kini focus. Bingung tergambar jelas di wajah mereka.
"Entropi?" tanya Rian mewakili semuanya.
"Entropi atau delta s itu adalah derajat ketidak teraturan."
Kalimat penjelasan dari Bu Fransiska ajaibnya bisa membuat mereka terbahak. Padahal, keseriusan tersurat jelas disetiap kalimatnya.
"Entropi? WKWKWKWK BISAAAA!"
"Gini aja aku ngakak astagaaaa."
"IPA sekali yak."
"HAHAHAWAWKAWKAWK!"
"Hei.." suara pelan dari wanita paruh baya itu lembut, mencoba tenang dan menenangkan kelasnya itu.
YOU ARE READING
Who?
Mystery / ThrillerDiantara 32 siswa yang merupakan teman sekelas; siapakah pelakunya? ketika satu per satu dari mereka mulai menghilang tanpa jejak, kecurigaan mulai timbul dan kepercayaan pun terputus. "Intinya satu, siapa pelakunya?"