DRAMA

98 2 0
                                    

Dhuha adalah salah satu waktu terbaik untuk halakah. Mengapa? Karena di samping waktu halakah yang cukup panjang, hanya satu kelas saja yang terjadwalkan untuk ikut halakah. Jadi waktunya sangat cukup untuk menerima setoran keseluruhan santri.

Dhuha kali ini, giliran kelas 7 D yang halakah. Mereka bersembilan orang. Aku memulai halakah dengan salam lalu dilanjutkan mengabsen santri satu per satu dengan hitungan. Setelah hadir semua, aku menagih senyuman manis dari bibir mereka satu per satu juga. Kemudian aku mengintruksikan agar mereka melakukan teknik pernapasan yang sudah kami sepakati bersama ketika awal halakah dulu.

Begitulah setiap halakah, aku melakukan step by step, tentunya semua itu demi berlangsungnya halakah dengan lancar dan aman. Setelah melaksanakan langkah-langkah tersebut, aku mempersilahkan mereka untuk menyetorkan hafalan mereka.

Qonita Valya namanya, dia maju untuk menyetorkan 2 ayat dari halaman ke tiga surat Al-mujadalah,

"Zah, ana setor dua ayat aja dulu ya zah? Kata-katanya susah soalnya"
Dia memohon kepadaku sebelum memulai menyetor.

Melihat wajahnya yang memelas, aku tak tega untuk menolak permohonannya. Dengan senyum mengembang Qonita mulai ta'udz dan basmalah, dilanjutkan dengan ayat pertama yang dia setorkan.

Awalnya dia lancar-lancar saja, tapi ketika sudah masuk di baris ke tiga, dia mulai tersendat bahkan sempat terdiam untuk memikirkan kelanjutan dari ayat yang dia setorkan.

Tiba-tiba salah satu santri halakahku yang bernama Salma, berdiri di samping Qonita seraya memperhatikan Qonita yang sedang berpikir keras.

"Lama banget sih"
Celetuk Salma tanpa rasa bersalah ke Qonita yang masih kebingungan.

Mendengar hal itu, spontan aku menegur Salma,

"Kenapa anti marahin Qonita? Dia lagi mikir!"
Aku menegurnya dengan nada yang cukup tinggi.

"Bukan begitu zah! Ana cuma mau ngasih tau ke Qonita kalo lanjutannya itu ada kata 'Lamma' nya, makanya Ana bilang lama!"
Jelas Salma panjang kali lebar dengan nada tidak terima dimarahi olehku.

Aku pun dengan sigap meminta maaf karena tidak tahu akan niat baiknya untuk membantu Qonita. Salma membalikkan badannya dan segera bergegas ke tempat duduknya. Ia menutup wajahnya dengan jilbab lebarnya.

Sementara itu, aku masih fokus dengan Qonita yang masih menyetorkan hafalannya. Diam-diam, aku melirik ke arah Salma, dan Hei! Jilbabnya basah tepat di bagian wajahnya. Dia pasti sedang menangis, pikirku. Ah, padahal aku tak bermaksud menyakiti.

Usai Qonita setoran, aku mengambil selembar tissu kelas dan mulai menulis,

"FORGIVE ME! I BEG YOU! DO YOU KNOW? I LOVE YOU MORE THAN 3000! 💕"

Begitulah kalimat yang sengaja kuromantiskan agar Salma berhenti bersedih. Kebetulan juga saat itu aku sedang membawa cake choco pie.

Aku memanggil Salma untuk setoran, dan kebetulan dia sedang ingin setoran. Maka saat ia setoran, aku diam-diam memasukkan surat dan Chocopie itu ke Alqurannya.

Setelah itu, aku langsung shalat dhuha. Sengaja sih, biar aku tidak begitu malu saat Salma mulai membuka suratnya. Sesuai dugaanku, dia tertawa malu melihat isi Qurannya.

"Aaa Ustazah... 🤗, nanti deh aku kasi tau kakak Ana tentang ustazah" tak terduga, dia malah mau menjodoh-jodohkan aku dengan kakak laki-lakinya.

Memang sih, sebelumnya aku bilang ke Salma kalau kakaknya cakep 😅. Tapi I just kidding when I say about it 😅

Alhamdulillah drama kali ini berakhir dengan bahagia.

#30dwcjilid20
#day7

HALAKAH TAHFIDZ - LOVE 3000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang