08. - Tak Kasat Mata yang Penuh Cerita

1.4K 151 10
                                    

Wajib vote, comment dan share cerita Given ke teman-teman kamu. Wajib juga tambahkan ke reading list kalian. Happy reading!🖤

🌼🌼🌼

Saat Tita sampai di hotel, Brian sang suami mengkhawatirkannya. Brian menatapnya dengan tatapan penuh kebingungan, entah dari mana saja istrinya itu. Padahal ia sedang sakit.

"Kamu dari mana aja? Kan sakit," ujar Brian khawatir.

"Keluar sebentar. Kamu kenapa cepat sekali pulangnya?" tanya Tita lesu.

Brian menempelkan tangannya di dahi istrinya, tubuhnya masih panas. Ia langsung mengompres handuk kecil dengan air hangat dan meletakkan handuk tersebut di dahi Tita.

"Tidur!" Brian tak menjawab pertanyaan Tita.

"Beberapa jam lagi kita bakalan check out. Jadi kamu harus istirahat lalu kita berkemas dari sini."

Pekerjaan Brian adalah pengusaha yang harus berpindah kota setiap beberapa hari menetap di kota tersebut. Ia harus memantau tokonya setiap bulan agar pegawainya tidak memanfaatkan kepercayaan yang sudah diberikan.

Tita hanya menuruti kemauan Brian. Toga puluh menit sebelum berpindah hotel, ia dan sang suami makan malam sebelun pindah ke hotel lain.

Saat tiba di hotel yang menjadi tempat tidur mereka malam ini, Tita tak merasakan keberadaan 'mereka' yang tak kasat mata. Ia bersorak senang, akhirnya ia bisa tidur dengan tenang malam ini.

Hotel yang mereka tempati cukup populer dikota ini dan pengungjungnya tak pernah sepi.

"Mungkin di sini tidak ada mereka," gumam Tita dengan suara kecilnya.

"Kamu ngomong apa?" tanya Brian yang tadinya mengobrol oleh salah satu staff hotel.

Tita menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Mereka berdua pun di antar ke kamar oleh staff hotel. Saat sampai di kamar, Tita langsung disambut oleh sosok laki-laki berperawakan sedang. Ia sedang sibuk berjalan mondar-mandir di dalam kamar, masuk dan keluar dari dalam kamar mandi, kemudian berjalan disamping Tita. Seperti itu gambaran siluet yang Tita tangkap dalam benaknya.

Tita menghela napas kasar. Ia kira, ia akan tenang malam ini. Selama diberikan pemberian tak biasa oleh Tuhan, jam tidurnya dibuat berkurang. Bagaimana tidak? Ia sedikit was-was oleh 'mereka' dan sangat kesal jika waktu tidurnya harus dibuang hanya karena pengganggu seperti mereka.

Ia sering ditatap aneh oleh Brian yang tidak pernah percaya dengan apa yang Tita katakan perihal 'mereka'. Sampai-sampai suaminya pernah memberikan tatapan aneh karena mendengarkan Tita mengumpat tidak jelas, padahal tidak ada yang membuatnya kesal. Ya, itu salah satu ulah makhluk gaib.

Terkadang Tita merasa iba kepada dirinya sendiri, karena harus mendengar dan merasakan seorang diri. Sedangkan orang disekitarnya tampak biasa saja.

Kemarin gadis belia korban pemerkosaan itu diganggu saat jam tidur, tapi laki-laki ini sudah mengganggu lebih awal. Jarum pendek mengarah ke angka delapan, tapi sudah beraksi lebih dulu. Tita pun coba menenangkan diri, ia menarik napas perlahan lalu membuangnya.

Ia bergegas menyusun barang-barang yang ia perlukan di atas meja kamar, berpura-pura seakan tak merasakan lelaki itu berada dikamar mereka juga. Sedangkan hantu lelaki itu masih saja mondar-mandir tidak jelas.

"Apa beban pikirannya berat sekali sampai harus seperti itu? Mengganggu saja!" batin Tita risi.

Setelah membereskan barang-barang, Tita lebih dulu mandi daripada Brian yang sibuk menonton televisi. Tita tak melepaskan pakaiannya saat mandi, bagaimana pun hantu tersebut berjenis kelamin laki-laki. Tak seharusnya ia membuka baju. Saat mengganti pakaian pun, Tita memakai sarung untuk menutupi tubuhnya.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang