19. - Teror Penghuni Pohon Tua

1K 93 10
                                    

A/N : Budayakan vote sebelum membaca. Memberi support kepada sang Penulis adalah hal yang berarti. Sertakan comment dan share cerita ini juga ke teman-teman kalian. Happy reading! 🖤

🌼🌼🌼

TITA sekeluarga sedang berlibur di luar
kota. Mereka menggunakan waktu akhir pekan untuk bersenang-senang. Ditengah liburan, tentu saja Tita masih sibuk dengan sendirinya. Kini, wanita berambut sebahu itu sedang asyik selonjoran di sofa ruang tamu sambil menonton film yang di tayangkan oleh stasiun televisi, tak lupa secangkir kopi dan camilan yang menemaninya di kala bersantai.

Sang suami sengaja menyewa rumah kecil disekitar sana, walaupun liburan kali ini tanpa Brian karena harus tetap mengurus perusahaannya. Rumah sewa ini memang biasa digunakan para wisatawan dari luar kota bahkan luar negeri. Rumah kecil itu berisikan dua kamar, ruang tamu, kamar mandi, dapur, dan beberapa perabotan. Juga ada penjaga disekitar rumah sewa, bukan hanya satu rumah saja yang ada di sini, melainkan banyak.

Mata Tita tak lepas dari layar televisi, ia amat serius menonton film bergenre horor seorang diri.

"Horor dari mananya sih ini film? Judulnya saja yang seram, tapi filmnya biasa saja. Sound track-nya doang yang terdengar menyeramkan!" omel Tita tak jelas. Ditambah lampu yang ada di ruang tamu ia matikan dan volume televisi juga begitu besar.

Tita pun membalikkan badannya ke kanan dan ke kiri, mencoba menghilangkan kejenuhannya. Perlahan-lahan Tita memejamkan matanya saat kantuk menyerang, sesekali ia mengangkat kepalanya untuk kembali menonton film yang ada dihadapannya. Namun sayang, ia terlelap di depan televisi.

Selama sepuluh menit ia tertidur dengan lelap, namun menit berikutnya antara sadar dan tidak ia mendengar suara pecahan kaca. Sontak Tita terbangun dan segera menyalakan lampu ruang tamu, menoleh menatap jendela.

Tidak ada serpihan kaca, tidak ada kaca jendela yang pecah, sungguh tidak ada apa-apa yang terjadi.

"Kayaknya suara itu dari dalam film." gumam Tita acuh tak acuh.

Ia pun mengecilkan volume televisi dan tetap membiarkan lampu ruang tamu dalam keadaan menyala. Tita memejamkan matanya kembali, walaupun tak berhasil bisa tertidur kembali. Bingung harus melakukan apa agar kembali tertidur, alhasil ia berujung membuka matanya.

Tita sempat menoleh sekilas ke arah jendela, lalu memandang layar telvisi lagi. Tapi saat menyadari sesuatu yang mengganjal, ia kembali menoleh ke arah jendela. Matanya membulat, ada bekas telapak tangan yang berlumuran cairan berwarna merah, entah itu cat tembok atau mungkin darah.

Fajar yang kebetulan melewati ruang tamu langsung bertanya pada ibunya yang tampak terpaku pada kaca jendela.

"Kenapa, bu?" tanya Fajar.

Tita tak menyahut, masih fokus pada kaca jendela. Fajar berjalan mendekati sofa yang di isi oleh Tita.

"Bu?" Fajar menyentuh pundak sang ibu.

"Eh! Ya Fajar?" Tita menoleh sembari tersenyum.

"Kenapa, bu? Ada apa dengan jendela?" baru ingin berjalan menuju ke jendela, tangan Fajar segera ditarik oleh Tita.

"Kamu kenapa belum tidur? Besok kan kita mau jalan-jalan. Tamara sudah Tidur?" Tita mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau ke dapur, ambil minum. Tadi sih aku lihat Tamar sudah tidur." Fajar pun pergi ke dapur, kembali meninggalkan Tita seorang diri di ruang tamu.

Tita menoleh ke belakang, memastikan Fajar sudah tidak ada di sana. Setelah merasa aman, ia pun mendekati jendela ruang tamu. Ia terkejut, bekas telapak tangan itu berada dibagian dalam kaca jendela, bukan di luar jendela. Yang artinya ada seseorang di ruang tamu, selain dirinya. Namun ini makin aneh, sebab sejak tadi ia seorang diri di sini. Saat anak sulungnya ada pun, ia tak mendekati jendela. Untuk memastikan kejadian ini benar-benar nyata, Tita memberanikan diri untuk menyentuh bekas telapak tangan itu, lalu mencium bau dari cairan berwarna merah tersebut.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang