15. - Tertangkap Kamera

1.3K 104 30
                                    

A/N : Vote dan comment jangan lupa, loh. Itu cara kalian menghargai karya penulis dan bacaan kalian. Ini 4k kata lebih, happy reading!

***

Karena masih ada yang mengganjal di hati Tita dengan kejadian kemarin, Tita pun menelepon Ikhsan untuk meluangkan waktunya datang ke kafe milik Tita.

"Assalamualaikum kak Ikhsan. Besok bisa ke kafeku nggak?" tanya Tita saat telepon sudah tersambung.

"Besok aku sibuk karena mau mengobati orang, dek. Lusa aku sudah harus ke Malang karena ada yang mau diobati juga. Memangnya ada apa? Keponakan Bayu kambuh lagi?" tanya balik suara diseberang sana.

"Oh gitu, nggak kok kak. Tadi Bayu bilang Febynya masih lemas dan istirahat di rumahnya untuk sementara waktu. Aku mau cerita sedikit. Kemarin sebelum kejadian Feby kerasukan, ada yang aneh. Malam itu aku sama Randa sibuk di dapur saat kafeku lagi ramai-ramainya, sejak di dapur aku merasa ada yang mengawasi aku terus. Tapi aku cuek saja karena itu bukan hal yang baru lagi bagi aku, dia perempuan. Waktu itu aku lagi buat kopi, susu dan kopinya sudah ku tuangkan ke dalam gelas tapi belum sempat ku aduk karena Randa panggil aku untuk melayani pelanggan yang ingin membayar. Setelah itu, aku kembali ke dapur. Aku kaget kak, kopi yang aku tuang digelas tadi teraduk sendiri. Sendoknya mutar-mutar sendiri, untungnya nggak ada Randa di situ. Aku senyum saja terus nyuruh dia sekalian antar pesanan itu keluar, sendoknya berhenti sendiri saat aku bilang kayak gitu. Terus aku tawarin dia jadi pelayanan, kali saja hantunya mau karena kebetulan kafeku carai pelayan. Tapi dia nggak bereaksi, cuman tunduk dan sebagian wajahnya ditutup dengan rambutnya. Mungkin dia lagi galau," ucap Tita yang diakhiri dengan nada jenaka.

"Ngawur kamu, setan kok galau!" balas Ikhsan, "Ya sudah, aku mengobati orang ditempatmu saja sambil ngruwat kafe kamu kalau ada yang aneh-aneh." lanjutnya.

Kemudian mereka menysudahi percakapan di telepon. Singkat cerita, esok harinya Tita bergegas ke kafenya. Kedua anaknya sedang sibuk bersekolah ditambah ada pelajaran tambahan, ia tidak ingin berdiam diri di rumah. Hari ini Tita meminta Randa membuka kafe pada sore hari saja karena kakak iparnya akan mengobati seseorang di sana.

"Randa, meja-meja dan kursi kamu pinggirin dulu ke tembok. Kosongkan bagian tengah, biar agak leluasa pergerakan kak Ikhsan nanti!" ujar Tita pada Randa yang langsung mengiyakan.

Tita pun menggelar karpet dilantai, serta membeli makanan dan minuman untuk Ikhsan dan orang yang akan diobati. Maklum, jika sedang mengobati tenaga akan terkuras banyak. Tak lama kemudian Ikhsan datang bersama dua orang sosok wanita dan satu orang anak laki-laki.

"Ini bu Nina dan adiknya, Desi. Nah yang ini anak bu Nina, Ilham namanya." kata Ikhsan memperkenalkan pada Tita.

Tita bersalaman dan menyapa Ilham untuk sekedar basa-basi, "Ilham sudah kelas berapa?" tanyanya.

"Kelas empat SD, tante." jawab Ilham.

Tita langsung mempersilakan mereka semua duduk di atas karpet. Setelah saling berbincang sebentar, Ikhsan pun memulai pengobatannya. Sebenarnya, Ikhsan bukanlah orang pintar, dukun, dan sebagainya, ia hanya bisa mengobati. Yang Tita dengar, dalam keluarga besar suaminya, pasti ada turunan yang bisa mengobati. Mungkin Ikhsan salah satunya. Sama seperti Tita yang diberikan pemberian tak biasa. Berbagai macam kasus sudah pernah Ikhsan tangani, dari terkena ilmu hitam, guna-guna dan hal-hail gaib lainnya. Saat sudah memulai, Ikhsan meminta Nina memakai mukena terlebih dahulu, agar auratnya tidak kelihatan. Selesai memakai mukena, Ikhsan mengeluarkan kayunya yang bukan sembarang kayu, sebagai media agar tidak langsung menyentuh kulit orang yang sedang ia obati.

Ikhsan mulai menindis telapak tangan Nina dengan kayu, ia mencari letak titiknya. Baru saja menindis dibagian telapak tangan, Nina sudah berteriak.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang