6(ENAM)

13 2 0
                                    

Bahagia seseorang tidak di ukur dari seberapa banyak harta yang mereka miliki.

Seperti Nia mendefinisikan bahagianya hari ini bebas dari wajah Ardi yang selalu melihatnya tanpa bicara sama sekali.

Hal itu membuat Nia bingung apa yang ada dalam pikiran Ardi saat melihat wajahnya dengan ekspresi seperti itu.

Nia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum memandangi Kinan yang saat ini tampil sangatlah anggun.

“Lu mau kemana Nan, rapi amat?” Tanya Nia heran.

Kinan yang sedang memandangi penampilannya dari pantulan kaca di depannya menoleh pada Nia.

“Gimana bagus enggak aku pake baju ini?” bukannya menjawab pertanyaan Nia.

Kinan malah balik menanyakan sesuatu pada Nia yang jelas jelas Kinan menggunakan outfit seperti apa saja pastilah cocok untuk dirinya.

“Apa sih yang jelek kalau di pake seorang Kinan, lu pake baju rombeng sekalipun tetep bagus dan modif dimata semua orang” ucap Nia.

Kinan hanya mengerucutkan bibirnya

“Kamu ikut aku ya nanti, jemput papa dan mama ku di bandara” ajak Kinan pada Nia.

Nia yang kaget akan ajakan Kinan hanya melotot pada Kinan “gue Nan?”

Belum Nia selesai berbicara, Kinan telah menganggukan kepalanya jika ia benar benar mengajak Nia untuk menjemput orang tuanya.

“Ngapain orang tua lu ke sini, jengung elu?” heran Nia.

Kinan hanya geleng geleng kepala pada pertanyaan yang diutarakan Nia padanya, kadar ingatannya akan sesuatu memang lemah.

“Kan aku udah pernah beritahu kamu kalau beberapa hari kedepan aku mau wisuda Nia, kamu pasti lupa?”

Nia yang di ingatkan oleh Kinan, segera ingat buru buru Nia menepuk jidatnya sendiri sambil nyengir pada Kinan.

“Sorry Nan, gue lupa”, Kinan yang tau tabiat Nia yang sering pelupa hanya maklum.

Disambar tas selempang yang telah Kinan siapkan di atas meja riasnya.

“Ayo kita berangkat Nya, sambil nunggu pesawatnya landing kita ke café dulu”

Ajak Kinan sambil berlalu meninggalkan Nia yang masih duduk santai di dalam kamar Kinan.

Nia merasa ditinggal jalan duluan dengan Kinan, langsung berlari kecil membututi Kinan dari belakang.

Sambil menunggu kedatangan kedua orang tua Kinan.

Kini Nia dan Kinan duduk di salah satu café dalam bandara.

Dimana Nia duduk berhadapan dengan Kinan.

Nia menumpu kepalanya dengan salah satu tangannya menghadap Kinan yang sedang memilih milih menu apa yang ingin dia pesen.

“Nan gue pesenin yang paling murah ya, lu tau kan akhir bulan gini gue belum dapet kiriman, gajian juga belum” ujar Nia pada Kinan.

Kinan yang tidak mau melihat daftar menu.

Karena akan menyesal nanti setelah tau jika harga di sini pastilah sangatlah mahal.

Dua kali lipat atau malah lima kali lipat harga dari café café di pinggir jalanan di luaran sana.

Kinan hanya mengguman dan memanggil mbak mbak waiter.

Menyebutkan apa saja yang di pesan Kinan, dan Nia hanya memperhatikan interaksi mereka berdua.

“Tenang aja aku bayarin Nya, kamu enggak usah keluar uang buat ini nanti” tutur Kinan pada Nia.

Nia yang tadinya hanya menampilkan tampang datar langsung sumringah saat mengatakan Kinan akan mentraktirnya.

“Aku penasaran deh sama kamu Nya, kamu ada nyembunyiin sesuatu sama aku?” selidik Kinan pada Nia.

Setelah mendengar apa yang terlontar dari mulut Kinan.

Nia langsung menegakkan badannya dan mencoba rileks “eng-enggak, sembunyiin apa coba?”

“Ituloh Nya, aku penasaran sama laki laki yang pernah jemput kamu di rumah yang katamu temen kamu itu” jelas Kinan pada Nia.

Nia berfikir laki laki mana yang pernah menjemputnya sekelebat kejadian dimana Ardi datang ke rumah Kinan dan mencarinya.

Nia yang mengingat hal tersebut hanya tersenyum pada Kinan, dan membatin pantes aja Kinan penasaran.

“ohh tuh orang, dia namanya Ardi Nan, nyebelin deh tuh orang, gue ada projek sama tuh cowok” bohong Nia pada Kinan.

Kinan yang penasaran akan projek itu langsung menanyakan projek apa yang tengah mereka garap.

“Projek apa Nya?, kok kamu tumben enggak cerita, biasanya langsung cerita ke aku”

Nia memikirkan apa jawaban yang harus diberikan pada Kinan, agar Kinan percaya dan tidak menanyainya.

Kinan yang sabar menunggu jawaban Nia sambil menorehkan senyuman pada Nia.

Nia yang inginnya berbohong menjadi tidak tega jika harus berbohong lagi.

Apa yang harus di jawab oleh Nia? jujur atau berbohong.

Jika berbohong jawaban apa yang harus Nia berikan pada Kinan?

“Projeknya ituuu---“ belum Nia selesai mengutarakan jawabannya.

Dering ponsel Kinan bordering kemudian Kinan berdiri sambil berbicara pada ponselnya.

Nia yang tau jika itu adalah papa Kinan, mengikuti Kinan dari belakang menghela napas dan mensejajarkan langkahnya dengan Kinan.

Disinilah Kinan dan Nia berada di hadapan kedua orang tua Kinan dan adik Kinan yang sangat tidak ada mirip miripnya dengan Kinan.

Nia tau akan sopan santun menyapa kedua orang tua Kinan.

Kinan yang berhambur memeluk papanya yang ditanggapi dengan kaku oleh papanya, kemudian memeluk mamanya dan disambut hangat oleh ibunya.

Kemudian mengacak ngacak rambut adiknya, Nia heran dengan keluarga Kinan ini.

Dehaman dan perkataan sang papa Kinan membuat Nia hanya bisa tersenyum tak percaya dengan kata kata yang dilontarkan oleh papa Kinan padanya.

“Ehem, kamu merasa jika kamu keluarga dari saya, jika tidak harap kamu anak muda segera meninggalkan saya dan keluarga.”

Kinan yang kaget akan perkataan papanya “Pa?, Nia temen aku selama disini”.

Papa Kinan dengan sikap angkuhnya “papa tidak ingin di bantah.”

Nia yang merasa tidak di terima oleh keluarga Kinan hanya tersenyum pada papa Kinan berserta lainnya dan pada Kinan.

Sorot mata Kinan mengambarkan tidak enak pada Nia atas perlakuan papanya pada dirinya.

Nia hanya menorehkan senyuman termanisnya dan melenggang meninggalkan mereka sambil membatin

“Emang gue punya apa?, gue enggak bisa menguntungkan mereka, hanya Kinan yang memandang gue tanpa embel embel berapa jumlah harta gue ataupun papa gue kerja apa, saham keluarga gue berapa”

Setelahnya Nia mengetik sesuatu pada ponselnya kemudian mengirimkannya pada Kinan.

Dengan langkah sok tegar milik Nia, melangkah tanpa arah berharap dia menemukan jalan untuk keluar dari bandara ini.

Bersambung...
Happy weekend

With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang