Pertemuan yang berujung pada perpisahan.
Tidak ada manusia yang ingin bertemu pada perpisahan.
Pertemuan ada untuk berakhir pada perpisahan, seperti Kurnia yang di pertemukan dengan Ardi di antara keduanya sama sama tidak ingin ataupun berfikir akan di pertemukan.
Mereka seakan ingin cepat berada pada masa yang dinamakan perpisahan.
Entah apa yang diperhatikan Kurnia di balik jendela mobil milik Ardi, saat ini Kurnia berada di dalam mobil Ardi terjebak keheningan bersama Ardi.
Ardi yang saat ini tengah focus untuk mengemudi membawa Kurnia entah kemana.
Tanpa sadar Kurnia menoleh pada Ardi saat ia merasakan bahwa mobil telah berhenti di depan taman kota.
Taman kota saat weekend pastilah ramai, banyak remaja, keluarga, hingga orang dewasa seperti Ardi.
“Ngapain kesini?” Tanya Kurnia pada Ardi
“Kamu sepertinya butuh tempat seperti ini, agar pikiranmu lebih terbuka seperti taman kota yang selalu terbuka untuk umum” papar Ardi.
Setelahnya Ardi keluar dari mobilnya di ikuti Kurnia, dan berjalan beriringan menuju tempat untuk duduk dan berteduh.
Sepanjang perjalanan Kurnia melihat banyak anak anak berlarian, bermain kejar kejaran, melihat pasangan suami istri yang mendorong troli bayi.
Senyum yang tak luntur sama sekali pada Kurnia, mengingatkan Kurnia akan mama dan papa nya di tanah kelahirannya menunggu kepulangannya membawa ilmu dan gelar sarjananya.
Ardi yang melihat Kurnia dari samping hanya geleng geleng kepala “dasar cewek kurang piknik” batinnya mengejek Kurnia.
Kurnia berjalan tanpa arah hingga hampir terjatuh ke kolam ikan di depannya jika Ardi tidak cekatan menarik lengan Kurnia untuk mundur.
“Jangan ceroboh jadi orang, sampe jalan aja enggak di lihat di depan ada kolam ikannya” cerca Ardi pada Kurnia.
Kurnia yang dasarnya memang cengengesan hanya tersenyum tanpa dosa pada Ardi
“Ya maaf namanya juga manusia bapak”
Ardi yang kaget Kurnia memanggilnya bapak, hanya melotot pada Kurnia.
Hanya senyuman mengejek yang dia dapat dari Kurnia.
“Ikuti saya, jangan liat kemana mana” perintah Ardi pada Kurnia agar Kurnia mengikutinya dan cepat menyelesaikan urusan mereka.
Tepat dibawah pohon yang rindang mereka duduk berhadapan, dengan pembatas meja kayu di tengah tengah mereka.
Tanpa ditanya oleh Ardi Kurnia langsung mengatakan sesuata yang membuat focus Ardi tertuju tepat pada wajah Kurnia yang tidak seputih dan semulus wajah Kinan.
“Saya dan Kinan walaupun bersahabat dan dekat lengket seperti di lem kayu, tapi kami berbeda saya merasa tidak sepenuhnya dapat meraih apa yang Kinan punya, sudah saya katakan Kinan itu pendiam, jika kamu Tanya tentang fisik jelas beda dengan saya, kamu bisa lihat kami sangatlah kontras” Nia menerawang bagaimana Kinan dimatanya selama mereka bersama.
“Kinan baik, jika untuk urusan finansial kami sangatlah berbeda Kinan sangatlah berkecukupan tumpah tumpah kali tuh harta yang di milikinya, saya belum menemukan jika Kinan jahat atau pernah memanfaatkan saya, atau malah saya yang pernah memanfaatkannya” ucap Nia sambil meringis mengingat kejadian yang telah berlalu.
Nia baru mengingat sesuatu “oh iya, Kinan yang sangat pendiam membuat saya kurang tau apa kelemahannya, yang saya tahu dia memiliki keluarga yang utuh tapi terlihat seperti sebatang kara, anehkan?”

KAMU SEDANG MEMBACA
With You
General FictionSuasana mencengkram diantara dua laki laki yang sedang berdiskusi, salah satunya adalah Ghani pemilik perusahaan ternama di Korea Seletan karena dia menikahi putri semata wayang Hei group. "Kamu terima tawaranku?" Tanya Ghani pada lawan bicaranya. P...