Reminisce

1.7K 163 25
                                    

Length—vignette

.

.

.

Beomgyu mengutuk dirinya, meski ia lebih ingin mengutuk dokter spesialis yang jelas posisinya lebih senior karena menunjuk dirinya sebagai asisten. Mengabaikan deretan dokter residen yang juga ikut andil dalam operasi sebelumnya.

"Kamu 'kan koass yang waktu itu ikut memantau operasi, saya menunjuk kamu sebagai asisten untuk merawat pasien, karena residen apalagi spesialis 'kan tugasnya lebih banyak daripada kalian. Sekaligus menambah ilmu dan wawasan juga 'kan? Jarang kalian menemukan pasien luka tembak."

Beomgyu mengutuk sang dokter. Bahkan diantara para koass lainnya hanya dirinyalah yang ditunjuk. Padahal ada rekannya Kang Taehyun yang memiliki nilai sempurna di setiap stase, tapi justru dirinyalah yang ditunjuk.

"Berbahagialah, jarang loh dapat pasien karena luka tembak. Apalagi pasien—"

"Diam." Beomgyu mendelik tajam, membuat rekannya itu segera menurut.

Beomgyu mempersiapkan snellinya sebelum memulai jadwal follow up pasiennya yang digadang-gadang dalam obrolannya dengan Taehyun.

Sebenarnya, tidak masalah Beomgyu ditunjuk sebagai asisten dokter spesialis untuk merawat pasiennya. Tidak masalah Beomgyu harus ikut serta dalam rangkaian operasi meski tugasnya hanya sebagai pengamat meski pun keadaan CITO. Semua tidak masalah karena toh, memang sebenarnya kemampuan Beomgyu tidak kalah buruk dari rekannya Taehyun. Malah kemampuan praktiknya digadang-gadang lebih baik dan bakal memilki bakat di bidang bedah yang sama baiknya.

Semuanya baik, tapi Beomgyu gentar sekarang.

Lelaki itu menghela napas pelan sambil meremas kuat catatan untuk follow up pasien, sebelum akhirnya mengetuk pelan pintu ruang rawat setelah menyapa ramah pada dua orang polisi yang berjaga di depan pintu.

Beomgyu tersenyum ramah pada lelaki yang ternyata telah duduk bersandar di ranjang rumah sakit. "Selamat pagi, Soobin-sshi."

Pasien bernama Soobin itu tersenyum dengan lesung pipinya membalas sapaan ramah dokternya. "Pagi juga, Beomgyu-sshi."

Beomgyu melangkah ringan mendekati ranjang. Suara sepatu pantofelnya menggema pelan di dalam ruangan.

Terasa tenang. Tidak. Justru sebaliknya lantaran sepasang mata kecil dengan bola mata yang hitam kelam itu mengikuti tiap jejaknya. Menelusuri tiap jengkal bagiannya. Tiap pergerakannya baik disengaja maupun tidak.

Namun dibanding itu semua, bagaimana bibir tipis itu tetap menyunggingkan senyum membuat Beomgyu semakin gentar. Ia takut terpeleset oleh langkahnya sendiri.

"Bagaimana perasaanmu saat ini?"

Salah. Seharusnya Beomgyu yang melayangkan pertanyaan itu. Tapi lagi ia kalah cepat dari lelaki bersurai kelam itu.

Satu tangan Beomgyu bergerak memasuki saku snellinya. "Baik, bagaimana denganmu, Soobin-sshi?"

"Jauh lebih baik ketimbang kau yang berdiri canggung. Duduklah. Rumah sakit ini memiliki fasilitas kursi di tiap ruangannya."

Serendipity ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang