Mungkin bukan cintanya yang salah, tetapi aku menjatuhkan hatiku kepada orang yang salah. Seharusnya, aku tidak mencintainya.
Selesai masa MPLS di sekolah, aku ikuti hari demi hari dengan hati yang berusaha kuat, kuat melihat dia dengan wanita yang mungkin dia cintai. Yang jelas wanita itu bukan aku.
Hari sabtu ini, kita tetap masuk sekolah, karena ada acara pameran seni, yang mungkin di adakan setiap tahunnya, dan mungkin setiap akhir MPLS untuk memperkenalkan ekskul seni kepada murid baru.
Setiap murid kelas 11 dan kelas 12 yang akan pentas menyiapkan dirinya. Dan yang paling sibuk hari ini adalah panita. Mungkin kita sebagai kelas 10 hanya menikmati acaranya saja.
Seperti biasa sebelum acara dimulai aku diam di koridor, melihat halaman sekolah dan parkiran saja. Aku diam sambil nyanyi pelan gak jelas, karena hobiku menyanyi. Beda dengan sahabatku yang sedang menghafalkan Al-qur'an di ruangan.
Tiba-tiba lelaki yang kemarin hampir menyakitiku datang menghampiriku.
"Eh, Lu kelas 10?" tanya nya ketus padaku.
"Ehh, i, iya kak, kenapa?" jawabku sangat gugup.
"Lu bisa nyanyi?" tanyanya ketus.
"Ah, engga kok kak."
"Trus, tadi apa-apaan lu nyanyi?."
"Cuma hobi aja kak, gausah ketus juga kali ngomongnya." jawabku sedikit kesal.
"Gua to the point aja deh, bisa gak lu temenin gua pentas sekarang, gw butuh vokalis cewe." ajaknya aga ketus dan memohon.
"Ahh, ntar pacar kakak marah lagih hehe, kenapa engga sama pacar kakak aja?." tanyaku menahan sakit hati yang masih membekas.
"Ha? Pacar? Lu hina gue? Atau apa?. Sudahlah jangan banyak tanya, ikut gue!" dengan bicara yang aga kesal sambil menarik tanganku.
"Eh, tunggu kak mau kemana?. Maksudnya menghina apa?" tanyaku heran, dan sangat gugup. Karena baru pertama kali tangan ku di pegang lelaki.
"Kak Riooooo... Tunggu.." terdengar teriakan dari ujung koridor.
Lelaki ini berhenti menarikku dan masih memegang tanganku.
Terlihat dari ujung koridor, siswi berlari menghampiri kita. Ya, dia wanita yang sering di antar jemput oleh lelaki yang sedang memegang tanganku ini. Dan sekarang aku tau, namanya Rio.
Tangan ku refleks melepaskan genggamannya. Aku sangat takut di marahi wanita itu.
Dan akupun mengalihkan pandangan dan berusaha pergi dari mereka. Namun, Rio kembali menarik tanganku.
"Mau pergi kemana lu?" tanya Rio kepadaku.
"Ada apa lagi lu teriak teriak gitu?" tanya Rio kepada wanita itu.
"Mana uang dari mamih tadi kak?" jawab dia meminta.
"Udah di bilangin belum di tuker, nih ambil aja dulu awas ilang." kata Rio sambil memberikan uang seratus ribu selembar kepada wanita itu.
"Awas, gue bilangin mamih lu pegang tangan cewek hahahha." canda wanita itu kepada Rio.
Pergilah wanita itu ke kantin, dan Rio kembali menarik tanganku.Jadi wanita itu adek nya. Hahaha entah kenapa aku sangat senang mengetahui itu.
Berhentilah kita di satu ruangan yang tidak terlalu luas, dan sepi. Dan di ruangan ini sudah ada 2 orang, yang satu memegang bass, satu lagi sedang menyiapkan keyboard/piano.
"Duduk lu di situ!" kata Rio dengan menyiapkan satu bangku untukku. Dengan dia juga yang sedang menyiapkan bangkunya dan mengambil gitar yang ada di pinggirnya.
Aku sangat gugup, sangat sangat tidak percaya ini, aku sangat bahagia. Bisa duduk bersampingan dengannya.
"Haha lu bawa siapa?" tanya yang memegang bass kepada Rio.
"Hahaha iya berani juga lu bawa cewek. Kesambet apa lu? hahaha."canda yang sedang menyiapkan piano.
.
.
.
.
.Jangan jadi pembaca gelap loh..
Follow yaa :)
Untuk kritik dan saran silahkan komentar:) gomawo<3
Bintang nya juga jangan lupa di klik ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI UNTUK KEMBALI
Ficção Adolescente"Entah, aku hanya sedikit percaya dia akan melamarku nanti. Tapi, yang membuatku yakin adalah hatiku. Ya, hati ini bilang aku sangat mencintainya. Memang, aku tak tau jodoh ku dia atau bukan. Namun, lagi lagi aku mengaharapkan dia jodoh ku. Dasar ak...