29. Terulang Kembali

4.3K 444 80
                                    

Happy reading guys...

Tepat pukul 06.02 WIB, Putri sampai di rumah Anjar. Ia langsung dipersilahkan masuk oleh Bik Mur setelah Bik Mur membukakan pintu.

"Kok sepi, Bik?" tanya Putri sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

"Kalau jam segini, masih pada siap-siap Non."

"Biasanya jam setengah tujuh kurang sepuluh menit baru mereka keluar kamar untuk sarapan bareng." lanjut Bik Mur seraya berjalan di samping Putri.

"Ya udah Bik, saya bantu Bibik aja kalau gitu." Putri berhenti melangkah dan menatao Bik Mur. Mereka masih berada di ruang tamu rumah Anjar.

"Eh, nggak usah Non. Bibik takut kena marah kalau nanti ketahuan sama Den Anjar, Non Putri bantuin Bibik di dapur."

"Non Putri duduk aja biar Bibik buat minum sambik nunggu Den Anjar, Den Kenzi dan Non Anne keluar." imbuh Bik Mur.

"Udah, Bibik nggak usah takut. Nanti saya yang bilang sama Mas Anjar kalau saya sendiri yang mau bantuin Bik Mur di dapur. Dari pada saya bengong sendiri di ruang tamu mending saya bantuin Bik Mur nyiapin sarapan."

Bik Mur dan Putri melangkah bersama menuju dapur rumah Anjar.

"Bik Mur mau masak apa buat menu sarapan nanti?" Putri melihat bahan-bahan masakan yang sudah disiapkan oleh Bik Mur di atas meja dapur.

"Bibik mau masak nasi goreng sama telur ceplok, Non. Semalam Den Kenzi minta dibuatkan menu sarapan itu."

"Ya udah, kalau gitu Bik Mur yang buat telur ceploknya terus nasi gorengnya biar saya yang buat."

Putri langsung membuat bumbu untuk nasu gorengnya sementara Bik Mur langsung mengambil wajan untuk menggoreng telur.

Lima belas menit berselang Bik Mur sudah selesai menggoreng telur, membuat susu untuk Kenzi dan Anne, juga kopi untuk Anjar serta teh hangat untuk Putri dan sekarang beliau sedang meletakkan semua itu di atas meja makan.

"Loh, Put?" ucap Anjar heran saat masuk ke dapur dan menemukan Putri yang sedang memasak di dapurnya.

"Eh, Mas Anjar." Putri menoleh sebentar menatap Anjar lalu kembali lagi menatap nasi gorengnya yang sebentar lagi matang.

"Kamu kapan sampai?" Anjar melangkah masuk lalu duduk di kursi dapur.

"Udah lima belas menitan sih, Mas." blas Putri tanpa melihat Anjar ia sedang mengaduk nasi gorengya.

"Udah lama dong berarti?"

"Ya lumayanlah, nih nasi gorengnya aja udah mau matang."

"Seharusnya kamu nggak usah repot-repot kayak gini, Put. Pakai masakin sarapan segala lagi. Kan saya bisa mampir sebentar ke apartemen kamu nanti buat ambil buku tugasnya Kenzi."

"Kan udah saya bilang semalam, Mas. Kalau Mas Anjar ngambilnya waktu nganter Kenzi sekolah, kasihan Kenzinya dong bisa telah ke sekolahnya."

"Lagian siapa sih yang repot? Orang saya nggak merasa direpotkan kok." tambah Putri.

"Cie...cie... yang udah akrab? Kapan nih diresmikan?" goda Anne yang baru datang dan berdiri di ambang pintu dapur.

"Mas Anjar, Kak Putri."

"Panggilannya ganti dong, pakai aku kamu gitu. Nggak romantis ah kalau manggilnya masih saya kamu, kaku banget."

"Kak Putri juga, kalau ngomong sama Anne juga jangan pakai saya. Anne jadi berasa lagi ngomong sama dosen kalau Kak Putri ngomongnya formal banget gitu."

AMNESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang