34. Penolakan Kenzi 👉(BONUS)

3.8K 142 11
                                    

Selamat membaca...

Waktu terus berlalu. Hari, jam, menit, detik telah terlewati. Kini sudah genap sebulan lebih dua minggu Anjar dan Putri kembali bersatu membina rumah tangga. Seperti hari-hari biasa semenjak Putri kembali tinggal bersama suami dan anak serta adik iparnya, rutinitas setiap paginya setelah bangun tidur yaitu menyiapkan keperluan suami dan anaknya serta memasak untuk sarapan. Tak lupa ia juga membuatkan bekal untuk jagoannya.

Kembalinya Putri ke rumah Anjar membawa dampak yang luar biasa bagi kedua laki-laki beda usia itu. Anjar dan Kenzi yang terbiasa melakukan semuanya sendiri kini berubah manja dan selalu bergantung dengan Putri.

"Bunda, kaos kaki Kenzi yang kemarin baru beli di mana?" tanya Kenzi sembari berjalan menuruni anak tangga.

"Di rak sepatu, Nak."

"Udah Kak Putri, biar Anne aja yang tata di meja makan. Lebih baik Kak Putri samperin tuh bayi besar Kak Putri, sebelum teriak-teriak panggil Kak Putri buat bantuin masangin dasi."

"Anne tuh heran deh. Kenapa semenjak Kak Putri balik tinggal di sini, itu dua manusia beda umur jadi males ngerjain sendiri. Apa-apa selalu minta bantuan Kak Putri. Kan kasian Kak Putrinya kalau gitu."

"Udah jadi kewajiban Kakak sebagai istri dan ibu. Udah ya Kakak tinggal dulu." Putri melangkah meninggalkan Anne di dapur. Ia menghampiri Kenzi terlebih dahulu untuk memastikan apakah anak itu sudah mendapatkan kaos kaki yang ia tanyakan tadi atau belum.

Putri tersenyum menatap jagoannya yang sedang memakai kaos kaki barunya lalu ia melanjutkan langkahnya menuju kamar utama, kamarnya dengan Anjar.

"Baru juga Mas mau manggil kamu." ucap Anjar saat melihat Putri masuk ke alam kamar. Ia memberikan dasi yang dipegangnya ke Putri, meminta Putri untuk memasangkan dasi tersebut di kerah kemejanya.

"Sengaja emang biar Mas nggak bikin rusuh pagi-pagi."

"Memang dulu yang pasangi dasi siapa, waktu aku amnesia?"

"Pasang sendiri."

"Terus kenapa sekarang nggak pasang sendiri?"

"Kan ada kamu." balas Anjar sambil mengerling genit ke Putri.

"Modus itu namanya. Bilang aja pengen manja sama istri."

"Nah, tuh tahu."

"Mas,"

"Hem."

"Aku mau izin ke Akira. Dari kemarin Dita udah teleponin aku buat ke Akira. Banyak laporan yang mesti aku periksa dan aku tanda tangani."

"Oke, naik mobil atau taksi aja. Awas kalau kamu masih bandel naik motor sport kamu itu. Mas bakalan jual itu motor."

"Ih, ya jangan. Itu motor kesayangan aku."

"Sayangan motor atau Mas?"

"Dua-duanya."

"Dih, nggak bisa gitu dong. Masa iya, Mas harus saingan sama motor."

"Udah, sama motor aja cemburu."

"Mas Anjar hari ini ke kantor kan?" Anjar mengangguk.

"Ya udah, nanti makan siangnya mau aku kirimi bento atau makan siang langsung di Akira Kitchen sama aku dan Kenzi?"

"Hem, langsung ke Akira aja deh."

"Oke... Yuk keluar, kasihan Kenzi dan Anne udah lama nungguin kita."

"Bentar." Anjar menahan tangan Putri.

"Kenapa?"

"Kasih vitamin dulu dong, biar Mas lebih semangat hari ini."

AMNESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang