Chapter 3

114K 6.9K 135
                                    

Di taman belakang yang sangat luas, seorang wanita cantik dan seorang anak laki-laki tengah bermain kejar-kejaran.

Sudah hampir satu bulan sejak kejadian kecelakaan yang membuat kaki Al lumpuh. Setelah istirahat secara total, sekarang anak laki-laki itu bisa berjalan lagi dengan lancar. Selama itu juga, Angel mencari tahu tentang biodata Al.

Angel akhirnya mengetahui kenapa Albert bisa sendirian sampai mobilnya menabrak anak itu di taman kota. Selebihnya yang ia ketahui adalah orang tua dari Al.

Angel mengejar Al yang berlari semakin cepat, dia sudah lelah sekarang dan sudah hampir tengah hari. Sang Raja Siang sudah hampir menaiki tahtanya.

"Al! Sini sayang, sudah hampir waktunya makan siang!" panggil Angel. Al berhenti berlari, dia membalikkan badannya berjalan mendekati Angel.

"Yes, Mommy."

Al dengan sigap menggandeng tangan Angel sementara Angel hanya tersenyum.

"Baiklah, ayo."

Angel menggandeng tangan Al kembali masuk ke dalam mansion. Mereka berdua duduk, kemudian para pelayan mulai menyajikan makanan.

Ada berbagai sajian makan, mulai dari sayur, daging, sup, dan buah-buahan. Setelah selesai makan siang Angel mengajak Al pergi ke kantornya, dia ada jadwal meeting penting hari ini.

Kerja sama dengan beberapa perusahaan penting tidak dapat diwakilkan, apalagi sekarang perusahaan Angel baru menempati posisi kedua. Posisi perusahaan pertama direbut darinya dan ia tidak boleh lengah lagi.

****

Sudah hampir satu jam, dan Angel baru selesai meeting dengan klien pentingnya. Angel menuju ke ruangannya, di sana Al tengah menunggu kedatangannya.

Saat Angel membuka pintu, Al langsung berlari menghampiri, tangannya ia angkat meminta untuk digendong. Angel dengan senang hati menggendong Al.

"Anak kesayangan Mommy," ujar Angel sambil mencium pipi Al. Al yang merasa geli hanya tertawa, kemudian balas mencium pipi Angel.

"Jadi ke kantor polisi hari ini?"

Angel mengembuskan napas dengan berat. Ya mau tak mau dia harus mengembalikan Al pada orang tuanya. Al sudah bercerita mengenai keluarganya, tapi tidak menceritakan bagaimana dia bisa sampai tersesat. Walaupun Angel sudah mengetahui insidennya, dia tetap ingin tahu dari Albert sendiri.

"Baiklah Al, siap ketemu Daddy?" tanya Angel sambil tersenyum, sejujurnya kehadiran Al mulai mengubah semua pandangan Angel tentang dunia.

"Daddy? Al mau!"

"Tentu, ayo pergi."

Al menggandeng tangan Angel dengan erat, wajahnya yang polos dan riang membuat Angel semakin berat hati untuk melepas dia.

****

Angel PoV

Setelah keluar dari lift, tatapan-tatapan ini, rasanya aku ingin sekali mencongkel mata mereka satu-satu.

"Mommy, bagaimana kalau setelah bertemu Daddy kita pergi ke Indonesia?"

"Indonesia?" ulang ku. Al mengangguk.

Tentu saja, negeri kelahiranku? Sudah lama tidak kesana karena masalah dengan keluarga Bert.

"Ah, iya. Kapan-kapan kita kesana."

Al kembali mengangguk, "Tentu saja, Mommy pasti suka di Indonesia, orangnya ramah-ramah, terus banyak temen Al."

Cara dia menyampaikan tentang Indonesia, sepertinya dia sangat senang di sana.

Tanpa sadar, aku dan Al sudah berada di depan kantor polisi. Apakah dia akan datang? Rasanya sih tidak mungkin dia tidak datang, kecuali dia memang sengaja membuang Al?

Tetap saja, Angel sama sekali tidak memiliki hak, Albert milik orang lain, jadi aku harus ikhlas. Tenanglah Angel, dari awal memang sudah ditakdirkan seperti ini, jadi lepaskan dengan tenang.

Setelah sampai di kantor polisi, aku melihat seseorang yang aku kenal, dia adalah Rion, teman SMA, bekerja di kepolisian. Posisinya setingkat Jendral Polisi.

"Selamat siang," sapaku. Rion tersenyum, sambil membalas sapaanku, "Selamat siang, nona?"

Ah, sangat tidak lucu. Padahal aku sudah memberitahunya tentang kedatangan ku.

"Haha, masih Rion yang sama."

Rion tertawa selama beberapa saat sebelum melihat Al. Dia berjongkok menyamai tingginya dengan Al. "Halo, siapa namamu?"

Rion, dia selalu akrab dengan siapapun. Penampilannya jauh berbeda dengan saat SMA, walau senyumnya sama saja, manis sejak dulu.

"Apakah orang itu sudah datang?"

Rion yang sejak tadi bercanda dengan Al menoleh, ah aku mengganggu ya?

"Sejak tadi aku belum melihatnya."

"Apakah salah menghubungi? Rasanya tidak mungkin."

Tidak tidak! Dia tidak sengaja membuang Al kan?

"Mommy, katanya mau bertemu Daddy, where's Daddy?" tanya Al. Aku khawatir dia akan kecewa jika Ayahnya tidak datang.

"Hari ini sepertinya Daddy sibuk, kita bertemu lain kali saja ya? Sebagai gantinya Mommy belikan apapun yang Al mau."

"Yahh, of course. Bertemu lain kali saja, ayo kita makan es krim, ayo paman juga harus ikut."

Eh?! Apa? Tapi kan Rion pasti punya banyak pekerjaan.

"Rion?"

Rion tertawa lalu mengusap rambut Al, "Ah, hari ini paman tidak bisa karena banyak urusan. Jadi, lain kali saja ya adik kecil."

"Yahh, baiklah. Kita pergi dulu paman, dadah."

Al melambaikan tangan, lalu menarik tanganku. Aku melambaikan tangan pada Rion, tidak apa jika tidak hari ini, toh dia juga yang menundanya, bukan aku.

****

Dilain sisi, seorang pria tampan tinggi dengan tampilan jas rapi yang 'charming' sedang duduk di meja kerjanya. Dia menghela nafas berkali-kali dengan berat.

"Dimana cucu kesayanganku? Kau sudah menemukannya?" tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba saja datang. Dia adalah Fara Roys Risjad, ibu dari laki-laki itu.

"...."

Tidak ada jawaban, percuma saja karena laki-laki itu juga tidak tahu dimana Al.

Sudah satu bulan lebih, dan masih tidak ada kabar walau sudah melapor ke kantor polisi. Memang sulit mencari seorang anak kecil di kota sebesar ini.

"Aku akan mencoba cari di sekitar taman kota, sebaiknya kau juga harus ikut langsung terjun mencari Al, atau mau mati saja ditanganku?"

Ah! Mengerikan. Dia sudah tahu keadaan Al sekarang baik-baik saja, tapi dia juga tidak bisa dengan hanya berdiam diri menunggu seseorang yang menjaga Al mengantarnya.

****

My Mother is CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang