Chapter 4

107K 6.3K 53
                                    

Aku membuka mataku perlahan, sudah pagi lagi ya, waktu berlalu begitu cepat, aku mengambil remot control, lalu menekan tombol hijau, gorden abu-abu terbuka memperlihatkan kaca dinding yang menampakkan pemandangan indah.

Tahun ini, musim gugur datang lebih lambat, sepertinya juga udara akan sedikit lebih dingin. Mungkin sebaiknya aku menyiapkan pakaian hangat untuk Al.

Omong-ngomong, soal masalah biodata Al yang aku bicarakan kemarin, aku sudah mengetahui semuanya, bisa saja keluarganya menganggap Al diculik? Harusnya kalau dia cerdas dapat dengan mudah menemukannya.

Jadi, dari hasil penyelidikan, namanya adalah Albert Roys Risjad, Putra dari Alex Roys Risjad. Aku tidak pernah ingat nama Alex tapi terdengar familiar. Lagi pula dia CEO Risjad Corp, hanya seorang pewaris keluarga. Dengar dengar beberapa bulan lalu perusahaan dari negara tropis itu memulai perusahaan cabang di NY.

Aku takjub dengan Al, dia anak pemberani dan sangat cerdas, apakah nama Albert itu diberikan supaya memiliki kecerdasan seperti Albert Einstein? Haha, mungkin hanya sebuah kebetulan.

Aku menatap kesamping, seorang anak laki-laki tertidur pulas dengan wajah bersinar. Aku menatapnya lama, wajahnya begitu damai dipandang, tapi kalau di lihat-lihat dia mirip seseorang.

Aku mendekat, mencium gemas wajah polos Al. Al terlihat menggeliat, lalu membuka matanya. Tangan mungilnya mengucek mata, menatap ke arahku dengan mata sipit.

Aku terkekeh kecil. Dia belum sepenuhnya membuka mata, aku tersenyum lembut kearahnya.

"Good morning baby."

"Morning, Mommy." Al mencium pipiku. Ah, anak ini benar-benar pandai mencuri perhatian.

"Mommy, Al mau ketemu Daddy," ucap Al dengan wajah sedikit murung. Padahal baru kemarin dia bilang akan bertemu Ayahnya lain kali saja.

"Eh? Tiba-tiba?"

"Heem, tadi Al mimpi Daddy, He is very miss me and Mommy."

Em, aku tidak dapat informasi tentang tempat tinggalnya, apakah dia menginap di hotel? Menyewa mansion? Atau tidur di pinggir jalan?

"Jangan sedih sayang, kita cari Daddy nanti, sekarang Al mandi dulu."

Al mengangguk.

Aku memanggil seorang pelayan untuk memandikan dan merawat Al, tak lama pun dua orang datang.

"Al dengan kakak-kakak itu okey? Nanti Mommy kembali kesini buat jemput Al."

Lagi-lagi Al hanya mengangguk, sepertinya kerinduan pada Ayahnya sudah tidak bisa ia tahan. Padahal, seandainya kau tau Al, kau memberi warna-warna dalam hidupku yang kelabu.

*****

Aku merendam diriku di bak pemandian air panas, jam sudah menunjukkan pukul tujuh tapi rasanya aku segan untuk bersiap. Ternyata, sesulit itu menjadi CEO, tiada hari libur dan setiap harinya diharuskan dengan tumpukan kertas dan berkas.

Dan apakah Ayah juga seperti ini setiap hari? Aku mulai menyesal dulu sering menganggap Ayah tidak menyayangi keluarganya dan hanya cinta pekerjaan.

Dari dulu pun, aku selalu memilih sekolah di luar negeri, Ayah dan Ibu setuju, apapun kemauan ku, mereka akan lakukan sebisa mereka. Karena mereka tau aku mudah bosan, tapi apa ini sekarang? Aku malah menjadi owner dan mengubur cita-cita kecilku menjadi agen rahasia yang penuh tantangan.

Yah, walaupun aku tidak menjadi agen rahasia dunia, setidaknya aku bos nya kan? Haha!

Aku segera bersiap dengan style ke kantor.

My Mother is CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang