Chapt 5

2 1 0
                                    

Aslan menaruh barang barang yang barusan ia beli di atas salah satu meja di kelas

Nada harus pergi ke ruang UKS karena tiba tiba sahabatnya sakit dan pingsan di lapangan, jadi dengan buru buru gadis itu pergi menjenguk sahabatnya

Tiba tiba pintu kelas sebelas dibuka dengan keras, dan menampilkan seorang gadis berambut gelombang dan berwajah merah

Aslan menatapnya dengan tanda tanya, tapi setelah itu cowok itu mengalihkan perhatiannya dari Sena. Aslan baru ingat kalau ia harus ikut remedial Matematika hari ini, tapi ia lupa menaruh dimana kertas ulangannya

Sena masuk dengan wajah kikuk dan duduk disamping Aslan yang sedang mengacak acak tasnya

Sena menaikan satu alisnya bingung
"Nyari apa sih?" tanya gadis itu

Aslan tidak menjawab, dan tetap mencari kertas ulangan Matematikanya

Tiba tiba mata Sena tertarik pada sebuah kertas yang keluar dari tas Aslan. Kertas itu terbalik, jadi hanya terlihat putihnya saja

Sena menarik kertas itu dan membaliknya
"Hah? Ulangan Matematika lo tujuh belas?!" tanya Sena kaget

Mata Aslan langsung melebar karena kaget, dan langsung merampas kertas ulangannya dari Sena

"Nggak pernah diajarin sopan santun tentang privasi orang ya?" tanya nya dengan wajah marah

"Dih, galak banget sih. Cuma kertas ulangan doang. Lagian nilai lo juga-" tiba tiba Sena menghentikan ucapannya, ah kesombongannya kembali kumat

"Nilai gue kenapa?" tany Aslan ddengan wajah dingin, membuat Sena mendadak takut

"Gak jadi ngomong" ucap Sena sambil memalingkan wajahnya

Aslan berdecak
"Gue paling benci sama orang orang yang karakternya sama kaya lo, menjadikan nilai sebagai acuan atas kepintaran orang lain. Kalau nilai jelek, mereka bilang kita bodoh. Seakan akan nilai adalah segalanya, sampai sampai kejujuran udah nggak dibutuhkan lagi. Pada akhirnya orang orang kaya lo bakalan sadar, nilai nggak menentukan masa depan lo itu cerah atau nggak" ucap Aslan dingin, lebih dingin dari biasanya

"Apaan sih? Kok gitu ngomongnya? Gue nggak bilang lo bodoh, lagian kan emang nilai lo jelek. Ya salah lo sendiri nggak belajar!" ucap Sena ikutan kesal

"Tau darimana gue nggak belajar? Lo kira semua kapasitas otak manusia itu sama aja? Kapasitas otak gue dalam menghargai orang lebih tinggi dari akademis gue. Brbeda sama lo, tingkat kesombongan lo terlalu tinggi sampai sampai nggak sadar kalau ucapan lo menyikiti hati orang lain" Sena terdiam tidak bisa berkata kata, ia yakin Aslan sekarang sangat marah padanya

"Gak usah ngegas kali! Cuma nilai doang, bisa diperbaiki. Dan lo juga harus ngaca, ucapan lo itu menyakiti gue tau!" ucap Sena dengan nafas naik turun

Aslan menatapnya datar
"You deserve it" ucap Aslan menohok hati Sena

"Ughhh, oke deh gue minta maaf udah hampir bilang nilai lo jelek! Sekarang lo mau apa?! Gue ajarin?! Sini, gue jenius kok! Gue buka les privat khusus buat lo! Puas?!" tanya Sena kesal, bahkan wajahnya memerah sekarang

"Deal" Ucap Aslan setelah beberapa detik mereka diam

"Hah?! Serius?! Anjir, gue bercanda tadi woy!" ucap Sena panik

"Lo bilang lo jenius kan? Kalo memang benar, lo buktikan" ucapnya, setelah itu Aslan bangkit dan pergi dari kelas sebelas, meninggalkan Sena dengan keterkejutannya

"Mati gue" ucapnya lalu memukul mulutnya sendiri
"Kebiasaan!"

***

Two Hearts In One HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang