Chapt 4

2 1 0
                                    

"Jadi karena sekolah kita akan mengadakan acara open house, kami pihak sekolah mau para siswa ikut berkontribusi. Tidak hanya anak OSIS dan para guru saja. Nah, di mading sudah dibagikan kelompok house nya masing masing. Kalau ada yang bingung bisa tanya sama ketua panitia yaitu bu Rosma" ucap Bu Luky di bawah teriknya matahari

"Oh iya, satu lagi. Siswa yang memiliki saudara di sekolah ini akan disatukan. Jadi kalau ada yang beda kelompok, tinggal bilang ke ibu saja. Mengerti?" semua siswa menjawab 'siap mengerti' secara serempak

Lalu kegiatan upacara ditutup dan semua anak berbondong bondong menuju mading

Sena mencari namanya diantara barisan nama murid murid lain. Ah, ia menemukannya

Kelompok:  phoenix (love)
Tema: Romance
Pengertian: Phoenix karena berkaitan dengan 'kelahiran kembali' dan konsep memulai baru dengan seseorang yang Anda cintai. Juga, Phoenix akan terbakar seluruhnya dan menciptakan kembali dirinya dari abu, berkaitan dengan frasa "Kadang-kadang kamu harus berpisah untuk jatuh cinta"
Ketua: Sena
Anggota SMA: Denada  (X) , Vanda(XI),, Aslan(XI), dan Arran(XII)

Sena keluar dari kerumunan siswa. Dalam hati ia terus mengutuk kesialan hidupnya. Kenapa harus sama mereka bertiga?

***

Sena masuk ke ruang kelas 10 dengan wajah masam. Ia terus merutuk dan menggumam tidak jelas

"Semuanya udah ini kak?" tanya Denada, adik kelas Sena

Sena menjawab dengan gidikkan bahunya

Tiba tiba terdengar suara pintu dibanting
"Hai semuanya. Wah, kita sekelompok sama gerandong" ucap Arran yang baru datang, sedangkan Aslan hanya bersandar pada pintu sambil memutar bola matanya malas

"Temanya romantis" ucap Denada, tampak semangat, begitu juga dengan Arran. Well, Arran sih semangat jamkos. Berbeda dengan tiga kakak kelasnya yang lain. Yaitu Sena, Aslan, dan Vanda

Cewek bernama Vanda itu hanya fokus pada ponselnya, seolah olah ia berada didunianya sendiri

"Waktu kita cuma tiga minggu, Gue mau kita mikirin konsepnya dulu, dan bayangan dekorasinya" ucap Sena pada Nada seolah olah Aslan dan Arran itu tidak ada

"Katanya menghiasnya dikelas kak" ucap Nada sambil memperhatikan sketsa yang dibuat Sena

"Wah, gambar lo bagus banget" ucap Arran tiba tiba

Ah, Sena reflek. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menggambar lagi
"K-kalian bikin sketsanya sendiri aja deh" ucap Sena meletakkan pensilnya dilantai

"Kenapa?" tanya Vanda tiba tiba, gadis itu kini mengalihkan perhatiannya dari ponselnya

"Dorongan keluarga huh?" tanyanya membuat Sena meremas tangannya sendiri. Fyi, dulu Sena dan Vanda adalah sahabat baik. Mereka bersahabat sejak kecil, tapi persahabatan mereka hancur karena kejadian kelam yang pastinya tidak pernah ingin mereka ingat

"Ekhem" Aslan berdeham pelan, tau bahwa suasana mulai memanas ia akhirnya buka suara
"Kita cuma punya waktu tiga minggu, jadi kalian tolong perselisihannya di kondisikan" ucapnya datar

Sena mendengus lalu menatap Nada
"Kamu lanjutin aja sketsanya, aku mau ke toilet sebentar" ucap Sena lalu bangkit dari duduknya

"Lo nggak akan pernah bisa kabur dari masa lalu Sen!" teriak Vanda saat Sena menggapai knop pintu

Sena mengerjap pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya
"I know Van, i know"

***

Keesokan harinya

Two Hearts In One HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang