malam itu bukanlah malam yang spesial.
hanya sebuah malam yang sama seperti biasanya.
tapi yang bikin ceritanya sedikit beda adalah, kamu.
kupikir aku bisa mengubah pandanganmu dengan sedikit perubahan.
ya, aku datang pada waktu yang salah.
rasa itu sudah seperti makanan tanpa penyedap, hambar.
semua cerita terungkap pada malam itu.
malam yang dilengkapi dengan hujan gerimis, seolah olah menyiratkan jika perasaanku sudah menghilang dan tenggelam di dasar danau itu.
di perjalanan pulang, kepalaku tidak berhenti menanyakan berbagai pertanyaan agar tidak terasa canggung.
ya, selalu aku yang memulai.
seolah olah hanya aku yang memiliki perasaan disini.
ketika sudah sampai kerumah dan berberes kuketik sebuah pertanyaan yang kutau akan menghancurkan benteng yang sudah lama kubangun.
sebuah pertanyaan yang kutahu akan berdampak besar nantinya jika mendengar jawaban yang tak ingin kudengar.
Dan seperti dugaan.
aku hancur saat itu juga.
kupikir itu akan menjadi malam terakhir kalinya aku pergi dengan orang itu.
kini melihat atau berpapasan dengannya adalah hal yang sangat ingin kuhindari.
benar benar ingin mengabaikannya saja.
bukan karena jawaban itu.
tapi setiap kali melihatnya, aku terus terusan melihat letak dari kesalahanku.
kebodohanku yang tak ada habisnya.
kini kusadari, perahu kertas tidak selalu datang untuk menjemput rasa tetapi hanya untuk singgah dan menepi sejenak.
lea.
