Kita : Tak lagi satu frekuensi

13 0 0
                                    


hai.
kali ini aku akan bercerita tentang kita.
iya,
tentang kita yang tak lagi satu frekuensinya.
harus kumulai darimana?
dari malam itu?
ya.
malam itu aku mendengar begitu banyak kalimat penolakan secara halus.
kamu dengan segala perumpamaan mengenai dirimu.
dan aku yang bodoh saat itu masih menyukaimu.
ketika angin dingin berhembus mengenai wajahku,
aku sadar bahwa sudah berdarah cukup serius.
satu kalimat darimu yang terngiang dikepalaku adalah
"jika aku menyukai gadis yang lainnya. atau gini setiap orang akan menyukai dua sampai tiga orang. anggap saja first sight.
apakah aku terlihat jahat jika kukatakan demikian?"
aku menghela nafas.
"kamu tidak satu frekuensi lagi denganku"
batinku.
kujawab dengan sedikit tertawa "gadis yang seperti apa lagi? jika kamu suka just go.
because you like them"
kamu terkekeh dan berkata "tetapi aku tidak bisa melepaskan yang lama".
kepalaku hampir saja meledak.
bisa bisanya ia berkata tidak bisa melepaskan seseorang di masa lalu.
tetapi ia bingung harus memilih siapa.
jawabanku bertolak belakang dengan yang ingin hatiku sampaikan.
kujawab " if you can't just stay"
nyatanya "kamu egois. kamu menghancurkan hati siapa saja yang kamu dekati.
dan ya, seperti yang orang lain katakan.
aku hanyalah bagian dari akuariummu."
ketika kita tak lagi satu suku kata yang sama,
tak lagi satu pemikiran yang sama,
dan terlebih lagi tak satu frekuensi yang sama,
kunyatakan kita berakhir disini.
tak ada yang bisa diperbaiki lagi.
jawabanmu malam itu membuatku sadar,
tak ada lagi yang bisa membuatku untuk tetap stay disampingmu.
karena akan percuma.
rasanya hambar bukan?
sama sepertiku sekarang.
notification darimu bukan lagi yang kutunggu tunggu,
bukan lagi notification yang membuatku deg- degan,
dan kutarik kalimatku yang menyatakan bahwa kamu adalah mood booster saat bertemu di tempat yang sama.
lagi?
aku lupa rasanya permen yang sering kumakan saat moodku tidak baik,
sudah berbulan bulan aku tidak memakannya.
sepertinya aku bukan gula gula seperti katamu lagi.
semua yang dulunya manis karena ada kamu disana,kini tak lagi kucoba untuk dekati.
kuanggap itu selesai.
dan terimakasih,
telah membunuh rasa itu.

unknownWhere stories live. Discover now