"WAH, pokoknya aku seneng banget, Mook!" seru Gun.
"Iya, kamu udah bilang berkali kali, kan?" sahut Mook bosan."Ih, kok komentar kamu begitu doang?" Gun cemberut.
"Habis, maumu gimana? Aduh , Gun, gilaaa... sepupu kamu baik banget ya sama kamu. Duh, pasti seneng banget ya dapet cat lukis baru. Gitu? Hehe..." Mook tertawa.
"Huh, kamu dari dulu begitu, lempeng banget jadi orang. Hahaha..." Gun ikut tertawa."Omong omong, kamu lagi kesenengan gara gara dapat cat lukis baru atau habis jajan sama Off?"
"Apaan sih kamu? Dasar!"
"Off? Sia tuh?" Suara berat yang tiba tiba terdengar dari arah belakang membuat mereka terlonjak. Gun memutar tubuh dan melotot garang ke arah cowoknya. Joss."Dari mana aja kamu?" sembur Gun. Sudah dua hari Joss nggak masuk sekolah.
"Eits, jawab dulu dong, siapa Off?" Joss balik bertanya.
"Sepupuku yang dateng dari Singapura dan sekarang tinggal dirumahku. Makanya jangan banyak bolos, jadi nggak tahu berita terbaru. Nelpon nggak, Chat juga nggak.""Ya maaf deh. Hehehe..."
"Dari mana aja sih?"
"Main," jawab Joss santai.Mook langsung mendengus. Dari awal dia memang kurang setuju Gun pacaran dengan Joss. Menurutnya, Joss nggak pantes buat Gun karena bisa menularkan pengaruh buruk.
"Gun, aku ke kelas duluan" kata Mook sambil berlalu dari situ."Iya, pergi aja gih, ganggu melulu. Hush!" sahut Joss tak peduli.
"Joss!" seru Gun tak senang.
"Apa?"
"Kenapa sih kamu selalu bersikap buruk pada Mook? Dia kan sahabatku."
"Biarin aja. Nyebelin sih." Joss merangkul Gun, lalu mengajak pria imut itu duduk di bangku kantin."Kenapa sih kamu bolos terus?" tanya Gun.
"Lagi bosen aja, Sayang. Tapi aku janji deh, ini yang terakhir."
"Halah, bulan lalu juga ngomongnya begitu, tapi mana buktinya? Dasar tukang ingkar janji!"
"Hehe... udah ah, jangan marah marah terus. Emang nggak kangen? Nanti malam nonton yuk, kayaknya ada film bagus. Mau?"Jam berapa jemputnya?"
"Setengah tujuh."
"Jangan ngaret lagi, ya."
"Siap, Bossque tersayang." Joss mengangkat tangan, memberi hormat pada Gun yang sudah kembali tertawa.
😊😊Gun dan Mook berjalan lunglai di pelataran parkir SMA dengan kemeja seragan yang sudah berjuntai keluar. Saat itu pukul tiga sore. Mereka baru bubar pelajaran tambahan. Maklum, ujian kelulusan sudah semakin dekat, jadi guru guru semakin gencar mencekoki murid murid dengan berjuta materi yang membuat kepala mumet.
Klakson mobil cempreng meneriaki mereka. Kedua orang itu kaget bukan main dan langsung berbalik, hendak memaki si pengemudi. Namun, begitu melihat orang yang ada di balik kemudi, Gun tidak jadi marah.
(eeaaakk liat yang ganteng auto luluh lantah)"Off!" seru Gun.
Sepupunya itu nyetir sambil menurunkan kaca mobil.
"Hai, ayo naik" katanya. "Pasti capek, kan?"
"Kok kamu bisa ada disini?"
"Ya bisa dong!"
"Gimana caranya?"
"Udah, naik aja dulu, tanya tanyanya di mobil aja."Gun menarik tangan sahabatnya. "Yuk, ikut aku aja. Lumayan, nggak usah jalan kaki."
"Tapi..." jawab Mook ragu. "Udah, ikut aja" Gun mendorong Mook ke kursi belakang, lalu ia sendiri duduk di kursi depan. "Nah, ayo jalan!" seru Gun sesudah menutup pintu mobil. "Oh ya, kenalin, ini Mook, sahabatku. Mook, ini Off, sepupuku."
"Hai..." sapa Off sambil melirik Mook lewat kaca spion. Mook membalasnya dengan tersenyum."Kok kamu bisa ke sekolahku sih?" tanya Gun.
"Kan mau jemput kamu."
"Ya, pastilah. Masa mau jemput yang lain? Kan sepupu kamu yang sekolah disitu cuma aku. Kamu kan belum punya SIM, belum hafal jalan pula""Tadi pagi aku bikin SIM diantar Pak Arm, sekalian aja aku hafalin jalan ke sekolah kamu. Hehehe..."
"Asyik dong, kamu jadi bisa sering ngajak aku jalan jalan."
"Enak aja. Ngapain ngajak kamu jalan jalan? Rugi banget," timpal Off ringan.
"Offfff... Jahat!" Gun cemberut, membuat Off terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL BE REPLACED
Teen Fiction"Maafkan aku, Off," bisik Gun. "Gara-gara aku, kita jadi berpisah. Aku ngga mau pakai kalung itu kalau kamu nggak pakai. Aku ingin kita pakai kalung itu bersama-sama." Gun mengusap air mata. Setelah merasa puas memandang sepasang kalung itu ia menut...