Patah

1.1K 96 29
                                    

"Mook, aku ingin mengatakan sesuatu" kata Off.

Malam itu ia sengaja mendatangi rumah Mook tanpa menelepon dulu. Tentu saja Mook kaget dengan kedatangannya, namun gadis itu mempersilakan Off masuk dengan ramah.
Mook memandangnya dari kursi sebrang.

"Off, kamu tidak perlu mengatakan apa apa. Hidupku sudah begini, tidak ada yang bisa kulakukan," kata gadis itu lemah.
"Kamu harus mendengarku, Mook."
"Kamu harus bahagia, kamu berhak bahagia dan akan selalu bahagia."
"Hahaha..." Mook tertawa hambar. "Kamu jangan naif deh, aku tidak akan pernah bahagia, Off."

"Kamu akan bahagia, Mook. Karena aku yang akan membuat kamu bahagia," Sekarang Off duduk di sebelah Mook dan menatapnya sungguh sungguh.
"Apa?"
"Aku mencintai kamu" ucap Off penuh keyakinan.
Mook langsung menarik tangannya menjauh. "Kamu nggak perlu bohong, kamu nggak perlu merasa kasihan padaku."

"Memang, aku pernah menyakitimu. Tapi perasaanku ini bukan karena kasihan, bukan juga kebohongan. Percayalah, Mook, aku akan membuat kamu bahagia."
"Tapi, kamu sudah bersama Gun, dan..."
"Aku dan Gun sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Aku sudah bicara padanya dan dia mengerti keputusanku, dia menerimanya dengan lapang dada. Dia sudah melepasku untuk kembali padamu."

"Tapi... ku dengar kalian sudah dijodohkan," kata Mook. Ada kesedihan dalam nada bicaranya.
"Perjodohan sudah dibatalkan, acara kemarin dibubarkan, dan bukan Gun yang akan ikut aku kr Singapura, tapi kamu."
"Apa?!. Aku tidak..." Mook memadang Off tak percaya.
"Jangan menolakku, Mook. Kamu mendapat beasiswa di universitas yang sama denganku. Orangtuaku sudah menyewa apartemen kecil untukmu. Letaknya bersebelahan dengan apartemenku, jadi aku bisa selalu menjagamu."

"Off..."
"Kamu tidak tahu, betapa takutnya aku saat kamu diculik." Off berdiri, meraih Mook ke dalam pelukannya. Mata mereka bertemu.
"Kamu tidak sedang bercanda denganku, kan?
"Tidak. Aku sungguh sungguh." jawab Off mantap. Ia mendekati wajah Mook dan mencium bibir Mook dengan lembut. "Aku tidak akan meninggalkan kamu lagi. Tidak akan pernah, kamu dengar itu?" kata Off.

Mook mengangguk dan menangis dalam pelukan Off.

Gun sebegitu sayangkah dirimu padaku?
Sampai kamu mengadaikan hatimu demi membuatku bahagia
Kamu sahabat terbaikku Gun, aku sangat mencintaimu
Terimakasih melepaskan Off untuk kembali padaku
Gun maafkan kali ini aku egois, tapi aku tak bisa kehilangan lagi pria yang sangat aku cintai dan satu satunya yang aku miliki sekarang
Gun maafkan aku
Maafkan aku
Maaf Gun
Maaf... Batin Mook dalam hati. Ia semakin terisak.

"Sudah, jangan menangis aku disini sekarang bersamamu, Mook, untuk kamu." ucap Off sambil menghapus airmata dipipi Mook.
"Off... berjanjilah apapun yang terjadi jangan tinggalkan aku lagi."
"Tidak akan pernah, aku berjanji." kata Off lalu membawa Mook ke pelukannya lagi.

○○○

Gun bersandar pada dinding di ruang tunggu. Sejak tadi matanya tak lepas memandang Mook. Siang itu mereka semua berkumpul di bandara untuk mengantar kepergian keluarga Adullkittiporn serta Mook ke Singapura. Pesawat mereka akan terbang sebentar lagi.

Mook memeluk Gun, air matanya bergulir. Begitu pula Gun, namun ia cepat cepat menghapusnya. Ia melepas pelukan dan menatap Mook.

"Kamu kok menangis sih? Kayak mau pergi ke luar angkasa saja" kata Gun berusaha bergurau.
"Tapi, aku nggak biasa bersekolah dan menjalani hari hariku tanpamu, Gun." kata Mook.
"Jangan begitu. Kamu pasti akan punya teman di sana. Kamu akan punya banyak teman, nggak usah takut." ujar Gun seraya mengelus elus tangan Mook.

"Tapi nggak akan ada yang sebaik kamu, Gun."
"Ya iya dong" kata Gun berpura pura sombong.
Mook tertawa. "Aku serius, Gun. Kamu satu satunya sahabat terbaikku."
"Kamu harus janji padaku. Kamu harus selalu membalas pesanku." kata Mook.
"Pasti kamu tenang saja, jaga diri baik baik, ya."

"Kamu juga. Jangan terlalu sering keluyuran sama bule bule kalau nanti sudah di Australia."
"Hahaha... Ya nggaklah. Paling aku ngeceng doang" Gun berusaha tertawa.
"Dasar!" Mook memeluk Gun lagi.

"Hei, kalian sudah selesai belum? Sebentar lagi kami berangkat." kata pria itu pada Gun.
Gun mengangguk. "Tolong jaga Mook, ya."
"Pasti." sahut Off. Ia meraih Gun kedalam pelukannya dan mendekapnya erat erat. "Jaga dirimu, hati hati di Australia."
"Cerewet! Kamu tenang aja. Aku bisa mengurus diriku sendiri kok."

Off melepas pelukannya sambil tertawa. "Bisa tidak sih kamu tidak membantah? Aku kan khawatir."
"Aku bercanda, Off" sahut Gun. Mook ikut ertawa.
"Sensitif sekali sih? Nih, aku punya sesuatu untukmu."

Gun mengeluarkan seuntai kalung dari saku kanan jaketnya. Rantainya tipis dengan bandul merpati putih yang merentangkan sayap.

"Itu kan kalungku" kata Off sambil mengamati kalung yang diterimanya dari Gun, "Ku kira hilang. Bagaimana kamu mendapatkannya? Jangan jangan kamu mencurinya, ya?"
"Enak saja! Ingat tidak, waktu kecil kamu jatuh dari atap dan kalung itu terlepas dari leher kamu. Dua hari kemudian aku menemukannya, namun tidak sempat mengembalikannya karena kamu sudah keburu dibawa ke Singapura.

"Oh... Pantas saja. Tapi kenapa baru sekarang kamu mengembalikannya?"
"Hu... masih untung aku mengembalikannya. Tadinya aku mau menyimpannya terus dilaci sampai kalung itu bertelur, namun kupikir pikir... lebih baik ku kembalikan."

"Untukku mana?" tanya Mook pada Gun bercanda. "Masa cuma dia yang diberi hadiah."
"Ada. Ini untukmu, Mook."
"Kok ada dua?" Mook terheran heran.
"Waktu kecil kami dibelikan kalung yang sama oleh Papa. Ambilah." jelas Gun.
"Tidak, ini punyamu." tolak Mook merasa tidak enak.
"Off kan sudah jadi milikmu, jadi kalung ini juga jadi milikmu sekarang." Gun menyelipkan kalungnya ke tangan Mook. "Kalian sepasang merpati, tahu."

"Merpati, ya? Bukankah merpati lambang cinta?" tanya Mook.
"Betul! Ini hadiah dariku untuk cinta kalian. Nah, sekarang, kalau kalian tidak mau ketinggalan pesawat, cepatlah berangkat."

Off dan Mook menoleh. Pintu masuk ke landasan sudah dipenuhi antrean. Mereka menyeringai ke arah Gun dan berjalan cepat untuk bergabung dengan orangtua Off yang sudah ada dalam antrean.
Gun dan orangtuanya mengikuti sampai mereka masuk ke pintu itu
Inilah saatnya aku membiarkan kalian membawa separuh hatiku bersama cinra kalian. Batin Gun dalam hati, tatapannya sendu terlihat sangat menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Gun! Aku sangat senang dengan hadiahmu!" seru Mook sambil melambaikan tangan. Gun membalas lambaiannya, senyumnya mengembang. "Jaga dirimu baik baik, Gun! Aku sayang kamu!"

"Aku juga sayang kamu, Mook! Berbahagialah!"

Pintu kaca tertutup, memisahkan kedua sahabat itu. Mereka berpisah untuk memulai hidup baru dan mencari kebahagiaan yang lebih besar.

Berbahagialah Mook sahabatku
Berbahagialah Off
Bawalah separuh hatiku
Berbahagialah kalian
Aku tak apa
Aku bisa mengatasi perasaanku
Biar aku disini menerima kekalahanku dengan senyuman puas
Puas membuat cinta kalian bersatu kembali.. Batin Gun dalam hati.

Mama Gun langsung memeluk Gun dan mengelus elus punggung putranya.

Terima kasih Tuhan
Engkau memberiku putra yang
mempunyai hati begitu lembut dan tulus.
Gun anakku, kamu akan mendapatkan seseorang
yang sangat mencintaimu
Tidak sekarang, tapi akan

Doa mama gun dalam hati, seraya menahan tangisnya mati matian demi putra tersayangnya yg sedang kehilangan separuh hatinya.

○○○

To Be Continued...

WILL BE REPLACED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang