Melbourne, Australia
Gun terbangun. Matanya terbuka, menatap langit langit kamar apartemennya.
Ia bangkit, menyalakan lampu, lalu duduk di kursi belajar. Hari sudah larut dan sesungguhnya ia sangat mengantuk.
Tadi ia bermimpi. Ada banyak sekali merpati di kejauhan ia begitu ingin menyentuh merpati merpati itu, namun enggan menghampirinya sendirian.Sudah dua hari ia bermimpi hal yang sama. Di mimpinya ia sepertu sedang menunggu seseorang untuk menemaninya mengejar kawanan merpati itu. Mungkinkah ia menunggu Off? Ah, tidak tidak. Gun menggeleng.
Ia memang masih mencintai Off, namun tahu bahwa pria itu tidak akan kembali padanya.Ia sudah merelakan Off bersama sahabatnya, jadi ia tak boleh mengharapkannya lagi.
Sambil mengusap dahinya yang sedikit berkeringat, Gun meraih laptop.
Mmm... ada e-mail dari Mook, kenapa tidak line chat saja?Dear Gun,
Aku masih nggak percaya bisa berada di sini. Singapura luar biasa, Gun! Kampusku luar biasa, apartemenku luar biasa, pokoknya semuanya luar biasa bagiku! Aku baik baik saja di sini, Off menjagaku dengan baik.Aku harap kamu juga baik baik di sana. Oh ya, sekali lagi terima kasih ya kalung merpatinya. Aku akan menjaganya baik baik, Gun.
Aku nggak sabar menunggu kamu datang kemari libur Natal nanti. Aku sudah kangen sekali padamu, padahal kita baru dua minggu berpisah.
Tapi tak apa, hidupku sekarang jauh lebih bahagia. Terima kasih Gun, kamu sudah membantuku menemukan kebahagiaan.Sayang kamu,
Mook NathapornGun tersenyum dan menutup laptop. Hatinya sangat lega, sudah tidak ada beban lagi sekarang.
Mook sudah bahagia. Gun tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.Dear Mook...
Aku senang kamu menyukai kehidupanmu yang baru.
Terima kasih kamu mau menjaga hadiah dariku. Aku benar benar bahagia tahu kamu bahagia. Percayalah, Mook, hidup berputar, ada kalanya kamu menderita dan ada kalanya juga kamu bahagia.
Aku harap, mulai sekarang sampai selamanya kamu menjalani kehidupan yang bahagia.
Kamu tenang saha, liburan Natal nanti aku pasti datang menemuimu :)Love,
Gun AtthaphanGun mematikan laptop. Ia berdiri, memandang sekelilingnya, menghirup udara Melbourne dalam dalam. Saat itu ia ada di tamab kampusnya, University of Melbourne, membalas e-mail dari Mook sambil duduk ditemani bunga bunga yang mulai beku karena kedinginan.
Gun memutuskan untuk mencari makanan. Ia merapatkan mantel tebalnya sampai ke leher dan memasukkan satu tangannya ke saku, sementara tangan lainnya menyampirkan tas berisi laptop ke pundaknya.
Ia bersiul siul senang, hatinya terlalu senang sehinggak tak begitu memperhatikan jalan.Tiba tiba sesosok tubuh atletis berkulit sawo matang menabraknya keras.
Gun memekik dan terjengkang, tangannya menahan berat tubuhnya di tanah. Gun meringis kesakitan dan mendongak.
Cowok di depanya terduduk jatuh di dekat tiang, lengan kemejanya robek, segaris darah membuat warna putih kemejanya menjadi merah."Uh, kenapa sih aku selalu bertemu kamu dalam keadaan terluka?" Pemuda itu menggerutu. Ia menarik kemejanya yang robek, lalu menyeka darahnya.
Gun mengerjap ngerjapkan matanya, mencoba mengenali wajah di depannya. "Tay?" tanyanya.Pria itu berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantu Gun bangun.
"Kamu Tay, kan?"
"Iya, bawel. Ayo bangun. Jangan duduk terus disitu. Seperti gembel, tahu."Gun memandang sekitarnya. Orang orang di sekelilingnya memperhatikan mereka. Cepat cepat ia menyambut tangan Tay dan berdiri.
"Kamu tidak apa apa?" tanya Tay cemas sambil menatap Gun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL BE REPLACED
Teen Fiction"Maafkan aku, Off," bisik Gun. "Gara-gara aku, kita jadi berpisah. Aku ngga mau pakai kalung itu kalau kamu nggak pakai. Aku ingin kita pakai kalung itu bersama-sama." Gun mengusap air mata. Setelah merasa puas memandang sepasang kalung itu ia menut...