Empat bulan kemudian...Ujian kelulusan sudah berlangsung. Murid murid tinggal menunggu hasil pengumuman. Gun berusaha keras menepis rasa sedih lantaran sepupunya berpacaran dengan sahabatnya. Ia berusaha seceria mungkin jika jalan jalan bersama Mook dan Off, tapi tetap saja terasa sulit. Perasaanya yang kecewa sekaligus memendam rindu sulit diajak berkompromi dengan sikapnya yang sok cuek.
Bahkan akhir akhir ini Gun jarang melukis. Terakhir, ketika ia mencoba melukis sosok ayahnya yang terlukis di kanvas malah wajah Off. Pria itu terheran heran sendiri. Apalagi lukisan lukisan berikutnya selalu saja menghasilkan siluet Off dalam berbagai pose.
Dalam kehidupan sehari haru perang bisu antara Gun dan Mook masih berlangsung. Akibatnya, Gun jadi terlalu sering memanfaatkan Joss. Misalnya, sebagai pembalasan pada Off yang mengecup pipi Mook di depannya, Gun sengaja mengalungkan lengan ke leher Joss dan memeluk pria itu erat erat tepat di depan rumah karena tahu Off sedang mengintip.
Rentetan kejadian selanjutnya sudah bisa ditebak. Off akan lebih memanjakan Mook dengan cara yang berlebihan yang sengaja di lakukan di depan Gun.
Sebenarnya kasih sayang yang di limpahkan Off secar berlebihan pada Mook lebih merupakan pelampiasan kekesalannya pada Gun.Mook sendiri sepertinya tidak menyadari perang yang sedang terjadi antar sahabat dan pacarnya itu. Ia sangat ceria dan gembira setiap kali Off memperlakukannya dengan hangat dan mesra.
Sikap Mook itu begitu lugu dan tulus mau tak mau membuat Off merasa bersalah. Dia sungguh tahu, gadis itu mengharapkan dirinya, bahkan mulai bergantung padanya karena memang tak bisa mengharapkan perlindungan dari orangtuanya yang kacau.
Off memang menyayangi Mook dan ingin melindunginya, namun bukan dengan cara menjadi kekasihnya, karena di hatinya hanya Gun-lah yang dicintainya.Namun, sesunyi sunyinya perang, akan ada saatnya meledak hebat.
Hari itu kedua orangtua Gun pergi ke luar kota. Sebelumnya papa dan mama Gun meminta Mook menginap di rumah untuk menemani putra mereka. Tentu saja Mook senang karena selain bisa melewatkan malam bersama Gun, ia juga punya kesempatan berduaan dengan Off.
Kalau dulu Gun senang sekali tiap sahabatnya menginap, kali ini keadaannya berubah. Jauh jauh hari sebelumnya ia sudah marah sekaligus kesal karena memikirkan Off dan Mook yang akan terus terusan berduaan di rumahnya. Agar tak perlu menyaksikan kemesraan itu, Gun memanfaatkan kepergian orangtuanya untuk keluyuran. Ia pergi dengan Joss.
Off bersikap tidak peduli waktu melihat Gun pergi dengan pakaian super pendek, mempertontonkan paha dan bahunya, namun setelah pukul sebelas malam Gun belum pulang juga, ia tidak bisa berpura pura lagi. Ia menyuruh Mook tidur, sementara ia sendiri menunggu Gun di ruang tamu.
Pukul setengah satu Off mondar mandir dari pintu depan ke ruang tamu. Hatinya resah. Berkali kali ia mencoba menelepon Gun, tapi HP pria mungil itu tidak aktif.
Jengkel, ia membanting dirinya ke sofa dan mengacak acak rambutnya sendiri. Ia tidak bisa mencari mereka karena tak tahu tempat yang mereka tuju.Hati Off penuh cemas tak karuan, takut terjadi sesuatu pada Gun. Bagaimana kalau Gun kecelakaan atau diculik? Ya ampun, bagaimana aku mempertanggungjawabkannya pada Om dan Tantenya?
Off putus asa. Ia berhenti menelepon Gun. Tak ada yang bisa dilakukannya selain duduk dan menunggu Gun pulang.
Pukul dua, pukul tiga, hingga pukul setengah empat. Keterlaluan, gerutu Off. Perasaan ngantuk hampir mengalahkan cemasnya. Pemuda itu membuka pintu depan dan duduk mematung di teras, menatap jalanan yang amat sunyi dan gelap.
Penantiannya terjawab pada pukul empat lewat dua puluh menit. Akhirnya Honda Civic yang ditunggunya berhenti di depan rumah.
Off menegakkan badannya dan menyipitkan mata karena silau oleh cahaya lampu mobil itu. Ia melihat Joss berjalan memutar ke arah kursi penumpang kemudian memapah Gun yang berjalan sempoyongan. Tubuh Gun merapat erat pada pria itu dan mereka tertawa terbahak bahak tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL BE REPLACED
Teen Fiction"Maafkan aku, Off," bisik Gun. "Gara-gara aku, kita jadi berpisah. Aku ngga mau pakai kalung itu kalau kamu nggak pakai. Aku ingin kita pakai kalung itu bersama-sama." Gun mengusap air mata. Setelah merasa puas memandang sepasang kalung itu ia menut...