03. 7 Days

435 72 0
                                    

RENJUN X RYUJIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENJUN X RYUJIN

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

Hendery tak habis pikir, mengapa dia mau diajak sepupunya yang bernama Huang Renjun untuk menjadi penguntit.

"Ini akan masuk dalam kasus kejahatan seksual."

Renjun menolehkan kepala pada Hendery yang duduk di kursi samping kemudi. "Aku tak butuh kalimatmu."

"Ya, yang kau butuhkan hanya melihat mantan kekasihmu yang terlihat menyeramkan." Balasan Hendery memiliki banyak arti.

"Kumohon, cukup tutup mulutmu. Aku tak meminta lebih." Kali ini Renjun enggan untuk menatap sepupunya itu.

Kala matanya menangkap keberadaan Ryujin yang keluar dari gedung agensi, Renjun tak lagi menjadi si rasional yang menahan diri. Tangannya dengan cepat membuka pintu mobil. Berlari untuk membuat jarak aman pada mantan kekasihnya. Mengabaikan apakah Hendery mengikuti atau tidak.

Renjun berada di sini, di seberang jalan, berhadapan dengan sebuah mini market. Shin Ryujin tidak menyadari keberadaannya, perempuan itu terlalu sibuk menikmati mi isntan dan bergurau dengan teman.

"Renjun, kau seperti psikopat." Entah dari mana dia mendapatkan es krim yang kini dinikmatinya.

"Aku tidak membunuh siapapun."

"Tapi kau membututi kekasihmu sudah dua hari belakangan ini."

Renjun menghela napas. "Mantan kekasih." Koreksinya.

"Dan kau membuatnya semakin menyeramkan sekarang! Huang Renjun membuntuti mantan kekasihnya." Lengkap kalimat tersebut dipergakan Hendery dengan tangannya.

Renjun akhirnya ingin menatap Hendery. "Ini permintaan ayahnya."

"Dan kau masih ingin menjadi menantu idaman orang tua Shin Ryujin? Atau, jika aku ingin berkata jahat, kau hanya ingin posisimu aman saat lulus nanti untuk menjadi salah satu dokter di rumah sakit ayahnya?"

Renjun bahkan memutar hadap saat ini. "Aku beri waktu untuk kau lari menyelamatkan diri." Kedua tangannya masih bertahan di dalam kantong celanan.

"Haruskah?"

"Satu."

"Kau akan membunuhku?"

"Dua."

"BAIKLAH! SAMPAI JUMPA!" Hendery tahu, sekalipun badan sepupunya itu lebih kecil darinya, Renjun tak pernah bisa diajak main-main.

Renjun berdecak sebal melihat kepergian Hendery.

"Kak Renjun."

Renjun memejamkan mata saat mendengar suara yang paling dikenalnya itu. Renjun menghadap asal suara, membuka mata perlahan.

"Ah, benar Kak Renjun. Ada apa ke mari?" Shin Ryujin bertanya seperti tak ada masalah besar di antara keduanya beberapa hari lalu.

"Melihatmu." Renjun jujur dengan tujuannya.

"Melihatku?"

"Ayah memintaku untuk mengawasimu. Dan aku melihatmu baru saja memakan mi instan lagi." Renjun memperbaiki letak kaca matanya.

"Kak Renjun tak akan memberitahu ayah, 'kan?" Ryujin memohon, namun ada dalam diri Renjun yang tak terima dia dipanggil seperti tadi.

"Itu tugasku."

Ryujin mengerang, matanya menatap sengit pada si mantan kekasih. "Huang menyebalkan! Selamat tinggal!" Ryujin berakhir meninggalkan Renjun. Berteriak pada teman-temannya untuk menunggu.

Renjun menatap si kecil dengan senyum tipis.

"Dulu semua terasa benar saat kita bersama. Bertengkar kecil karena hal seperti ini, tapi kita saling mengalah. Bahkan saat aku mengantarmu pulang di minggu malam setelah berkencan, tak ada kata selamat tinggal yang terucap. Karena pada senin kita kembali bertemu." Renjun berujar sendiri.

Melanjutkan langkah kembali menuju mobil.

"Mengapa mudah sekali mengatakan selamat tinggal, Shin?"

Renjun berdecak.

"Kini aku merasa resah, saat hari-hari di setiap mingguku tak ada lagi dirimu yang berisik dan menyebalkan. Shin Ryujin kau benar-benar."

.

.

.

To Be Continue

©Meclaulin#191029

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Meclaulin
#191029

Playlist - The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang