RENJUN X RYUJIN
.
AUTHOR'S SIDE
.
.
Renjun tenggelam dalam sesal. Larut akan duka hati yang telah ia patahkan sendiri. Menangis tanpa suara menyesali perbuatannya. Renjun tak lagi tahu, cara apa yang harus dilakukannya untuk kembali memeluk hati Shin Ryujin.
Renjun bukanlah hamba Tuhan yang taat. Tapi Renjun yakin, jika Tuhan selalu ada untuknya. Dua minggu semenjak malam itu, Renjun selalu mengabiskan waktu kosongnya di gereja dekat rumah sakit.
Entah untuk berdoa atau hanya untuk termenung.
"Kau di sini?"
Renjun tak perlu lagi menoleh untuk melihat Jaemin yang berada di sampingnya. "Ada yang mencariku?"
"Sebentar. Aku juga ingin berdoa."
Renjun tersenyum tipis, tak ingin menatap sahabat konyolnya yang kini menangkup dua tangan memanjatkan doa. Beberapa saat, gerak tubuh Jaemin membuat Renjun mengucapkan "Amien."
Jaemin tertawa. "Giliranmu, berdoalah dan aku yakin Tuhan akan mengabulkan."
Renjun menggelengkan kepala. "Ada apa ke sini? Masih lima belas menit lagi waktu istirahat."
Jaemin berdecak. "Aku memintamu berdoa. Coba katakan, jika kau ingin bertemu dengan Shin Ryujin hari ini."
Sejenak Renjun menganggap kalimat Jaemin hanya sebuah hiburan. Namun kerutan pada dahinya mengatakan penjelasan lain yang baru dia cerna. "Apa maksudmu?"
"Apa maksudku? Aku tak bermaksud apapun."
"Ryujin di sini?"
Jaemin terkekeh. "Percaya diri sekali kau dengan kalimatmu itu?"
Renjun beranjak dari tempatnya, setengah berlari menuju pintu depan. "Tuhan, terima kasih mengabulkan doaku!"
Renjun mengabaikan tawa Jaemin di dalam sana. Anak itu tak ada sopannya tertawa di rumah Tuhan. Renjun yang terlalu bersemangat menjadi bodoh tak memiliki informasi. Kini dia bingung harus mencari Ryujin ke mana.
Mungkinkan itu hanya kalimat penyemangat ala Na Jaemin. Shin Ryujin tak mungkin mendatanginya. Helaan napas Renjun seiring dengan tubuhnya yang terduduk lemas di salah stau kursi dalam rumah sakit.
"Aku menunggumu di ruangan seperti biasa. Duduk diam menuruti perkataan Kak Jaemin seperti anak hilang."
Renjun tak berani untuk mengangkat pandangan. Ujung sepatu yang amat dikenalinya itu membuat seluruh tubuhnya bergetar.
"Kak Jaemin mengatakan jika kau berada di gereja."
Renjun semakin dalam menundukkan kepala. "Tuhan mendengar doaku."
Lama keduanya terdiam. Tangan Ryujin terkepal di sisi tubuhnya. "Kau akan tetap menjadi pengecut?"
Renjun masih tak mejawab.
"Aku membencimu!"
Ryujin bergerak untuk meninggalkan, sebelum pergelangannya di tahan oleh Renjun. "Jangan pergi." Kali ini pemuda itu berani menatap mantan kekasihnya.
Ryujin tertegun melihat raut wajah Renjun. Tak pernah terbesit dalam pikirannya membuat manusia perfectionist seperti Huang Renjun menjadi kacau.
"Jangan pergi lagi. Aku mohon. Kau boleh menghukumku, tapi jangan pernah pergi dari sisiku."
Ryujin mengigit bibir bawahnya, kembali ke hadapan Renjun. "Berdiri."
Renjun begitu saja menurut. Matanya tak lagi berani menatap Ryujin, memilih pada jarinya yang kini tertaut pada sang gadis.
"Peluk aku."
Renjun menarik senyum tipis.
Ryujin memukul pundak Renjun tak segan. "Aku menyuruhmu memelukku, bukan tersenyum seperti itu!"
Renjun dekap tubuh yang lebih kecil itu perlahan. Kedua lengannya dengan penuh melingkari punggung Ryujin. Lengan gadis itupun membalas semampunya.
"Kau itu pengecut. Setelah mengakui kesalahan kau pergi. Tak berniat menjelaskan lebih. Untung saja aku itu gadis pintar yang cerdas ingin mendengarkan penjelasan ayah. Kau itu payah."
Renjun tak peduli lagi dengan kalimat yang terkesan merendahkan itu. "Aku merindukanmu."
"Sudah lepas. Ini tempat umum!" Ryujin melepas pelukan mereka.
Renjun tak sanggup mengucap apapun lagi.
"Aku yang menjadi baik seperti ini bukan tanpa alasan. Jika kau tak sibuk, ayo makan malam. Ayah memberikan uang saku lebih untuk mentraktirmu. Ayah bilang sebagai permintaan maaf."
Ragu tangan Renjun terangkat menyentuh pipi Ryujin. Ibu jarinya mengusap perlahan pada pipi putih itu. "Kita makan malam. Aku akan menjelaskan semuanya padamu."
Ryujin menghela napas, bibir bawah kembali tergigit, matanya bergerak acak.
"Kenapa?" entah mangapa suara rendah Renjun membuat gadis itu semakin gugup.
Ryujin melihat sekitar kali ini. Sebelum memberikan satu kecupan di pipi Renjun.
Renjun membulatkan mata.
"Boleh aku menunggu di mobilmu?"
Renjun mengangguk, tangannya merogoh saku celana. "Aku hanya perlu waktu dua jam." Kunci berpindah tangan pada Ryujin.
Ryujin menganggukkan kepala. Kembali ingin meninggalkan Renjun, namun kecupan dipipi membuat dia tertahan.
"Satu sama."
"Menyebalkan."
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
A/n :
Sebenernya maksud lagu ini lebih pada mengucap syukur pada Tuhan. Kalau kata Rendy Pandugonya sih gitu. Aku implementasiin jadi begini buat kebutuhan jalan cerita.
©Meclaulin
#191216
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist - The Journey
Fanfic[COMPLETED] [RenRyu] "Ketika cerita Renjun diibaratkan daftar lagu." Cerita singkat dari Renjun, seorang yang akhirnya merasa kehilangan pengisi hati saat perempuan itu sudah ia jadikan sebagai mantan kekasih. Rendy Pandugo's Album - The Journey