2 | Menyebalkan

370 87 245
                                    

"Ambilkan dia untukku seberapa pun harganya akan aku bayar."

- Qatar -

🇺🇸

Ayu dengan lihai merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayu dengan lihai merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan. Lagi-lagi model rambutnya masih nyaman ia biarkan tergerai untuk menetralisirkan udara dingin yang menerpa. Ia turut mempererat pelukannya pada winter coat  mocca yang membaluti tubuhnya. Sekedar informasi saja kepada pembaca bahwa sore ini salju masih asyik menutupi hampir seluruh jalan dan bangunan di negeri Pamansam ini.

Beralih dari rambut, kini Ayu ikut memperbaiki letak syal cokelat yang terlilit sempurna menutupi lehernya yang putih.

Bibir Ayu sedikit mencebik saat ia mengedarkan pandangan dan sama sekali tak menemukan sosok Lia di dalam kelas.

Ayu lantas berlari kecil menyusuri koridor kampus yang mulai sepi. Untuk beberapa detik mata dan lehernya tak tinggal diam ia gerakkan ke sana kemari. Hingga akhirnya Ayu bisa bernapas lega dan menghentikan laju larinya saat rambut blonde sahabatnya itu nampak jelas di retinanya.

"Kenapa ninggalin aku?!" protes Ayu.

Bukannya merasa bersalah, Lia malah terkekeh. "Soalnya kamu lama banget sih. Aku tadi sudah usaha lho, manggil-manggil kamu sampai urat leherku hampir putus..." Baiklah, Lia mulai mendramatisir.

"...tapi kamu terus saja sibuk menanggapi pertanyaan teman-teman dan mengabaikanku seakan aku ini anak terlantar. Padahal kan sudah waktunya pulang, Nona Ayu Adisti Amardhita. Kepintaranmu kan masih bisa dibagi besok saja saat jam istirahat."

Mendengar penjelasan Lia barusan membuat Ayu menghela napas. "Yah.. maaf. Aku hanya nggak tega saja. Tadi wajah-wajah mereka pada memelas padaku seperti wajah anak kucing saat kehilangan ibunya. Dan karena aku ini adalah seorang manusia yang baik hati dan tidak sombong, jadilah aku bantuin mereka."

Lia melebarkan bola matanya. "Eww, dasar!"

Ayu hanya bisa terbahak melihat raut kesal Lia. "Hahaha! Bercanda."

Untuk beberapa saat suasana sedikit menghangat hingga tiba di mana kaki kedua gadis itu berhenti melangkah.

"Sepi banget sih." Ujar Ayu mengamati sekeliling mereka.

Bagaimana tidak sepi, jika pasalnya saat ini hanya dirinya dan Lia yang terduduk di bangku halte.

"Ya iyalah sepi. Semua orang tengah asyik menikmati libur desember sembari bersantai menyeruput teh hangat bersama keluarga di rumah. Sedangkan kita? Ck. Boro-boro bersantai, tugas malah numpuk sana-sini. Nggak tahu apa, kalau salju ini sebentar lagi akan mematahkan tulang-tulang kita. Dasar pihak kampus nggak peka! Mereka pikir dengan tetap mengaktifkan sekolah akan bisa mengubah otakku menjadi seperti Einstein? Sayangnya itu tidak akan mungkin terjadi Roma. Sama saja seperti mereka mengharapkan New York berubah menjadi padang pasir di tengah lebatnya salju."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goodbye Salju [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang