Ikan hiu makan roti
Yang gak komen besok mati😆✌️*****
Tidak ada yang lebih dahsyat daripada gabungan gerimis hujan di luar, selimut tebal dan hangat di dalam kamar. Demikian prinsif Popi. Meringkuk di tempat tidur sepanjang hari sambil bermimpi indah adalah misinya pagi itu. Sayangnya, ia lupa mengunci pintu.
Cahaya dari luar seketika menerangi kamarnya yang gelap. Langkah kaki dan suara bernada tinggi mengacaukan suasana heningnya yang membungkus Popi seperti kepompong.
"Pop, bangun! Yuk kita pergi!"
Selimut yang tampak menggunduk itu tak bergerak sama sekali.
"Pop, Eko udah ada di depan. Si Ujang nggak bisa dimatiin, entar takutnya mogok, ayok cepetannnn!"
Popi menyahut dengan gumaman tak jelas. Sofi terpaksa mengambil tindakan lebih ekstrim. Dengan gesit dia menyibak selimut dan mengguyur air dari gelas di sebelah tempat tidur.
Popi gelagapan "penganiayaan"
"Nggak usah dramatis deh. Ayok berangkat"
Popi terduduk dengan paksa, mata terpejam sebelah dan rambut semrawut. "Sof, berhubung kamar kita bakal sebelahan setidaknya dalam empat tahun kedepan, gua bakalan buat aturan penting. Oke, tidur siang adalah momen paling sakral buat gua. Bonus hujan, lagi! Harusnya lo masuk ke sini pun jalannya paket lutut dan jangan lupa sungkem dulu ke kaki tempat tidur....."
"Kita jemput sepupunya Eko ke stasiun, yuk. Jam sebelas keretanya nyampe. Lo mau pake baju yang mana? Biar gua yang siapin". Sofi seperti tak mendengar khotbah penting dari Popi.
Kedua bola mata Popi terbuka. "Bentar-bentar, kenapa gua harus ikut? Itu kan sepupunya si Eko, Lo yang pacarnya si Eko, kenapa pula gua harus dilibatkan dalam penjemputan sepupu si Eko?" Popi berseru
"Soalnya si Ujang ngadat lagi, kalo mogok harus ada yang dorong. Untuk dorong kita butuh tenaga ekstra".
Popi menganga tak percaya, "jadi gua dibangunin dari hibernasi gua cuman untuk jadi cadangan tenaga dorong si Ujang?" .
"Ya iyalah, emang buat apa lagi?"
"Nggak sopan banget, benerr-bener gak sopan! Gua cuman dianggap kuli dorong mobil" sambil menggerutu Popi bangun
"Mau pake baju yang mana?"
"Yang ini aja" Popi menunjuk pakaian yang menempel di tubuhnya. Celana bermotif bunga selutut yang sudah menghitam, dan kaus berwarna maron kegedean bertulidkan"stay Hubble" yang sudah tipis dan lentur seperti kain pel.
"Ya, jangan gitu-gitu amat dong, pop. Lo ngambek ya?"
"Oh nggak dong. Gua kan cuma berdandan sesuai kasta gua aja. Kuli dorong mobil, ayo buruan cabut" sahut Popi seraya menyambar jaket jins di gantungannya.
Sofi memandang temannya dengan perasaan khawatir. Rambut sebahu Popi sebagian naik ke atas seperti sudah di Sasak setengah jadi. Bajunya mendekati compapng-camping. Jaket jins kegedean milik Bara yang digondol Popi detik-detik terakhir sebelum dia berangkat ke Bandung itupun tentu tidak membantu. Belum lagi, jam tangan plastik yang lebih pantas digunakan anak kecil , berkarakter Doraemon yang tak pernah lepas dari pergelangan tangannya. Tak lupa dengan sendal khusus kamar mandi dari bahan plastik berwarna pink panta seolah menyempurnakan "keajaiban" penampilan Popi pagi ini.
Namun, Popi berjalan mantap keluar menantang dunia, disambung Eko yang kontan terbahak-bahak tertawa melihat penampilan nyentrik itu.
"Pop, Lo kayak gembel baru jadi gila tau gak! Keren". Teriak Eko sembari merogoh-rogog ransel untuk mencari kamera "siap. Satu, dua, tiga, cekrek!"
Dengan cepat Popi langsung mengangkat kedua lengannya seperti atlit binaraga.
"Sip, gua cetak 6R, nanti gua pajang di Mading kampus" Eko tersenyum puas
"10R lah, ko. Biar standar majalah, dong"
"Orang gila Lo layanin, ya makin senenglah dia lihat tu, makannya happy gitu" Sofi menunjuk Popi yang sedang melihat diri di spion mobil eko mulai menyadari betapa anh penampilannya, dan mulai tertawa bahagia tanda menikmati.
Melihat itu Eko juga mulai merasa khawatir. "Lu tau betapa gua menghargai setiap liter bensin, kan,pop? Dan gua gak bisa matiin mesin mobil karena takut mogok. Tapi gua akan merelakan lima menit buat lo ganti baju. Kalu lo mau" kata Eko yang penuh dengan penekanan. Dia sebetulnya sudah bisa menduga pilihan Popi.
"Daripada bensin lima menit lo habiskan buat tunggu gua ganti baju, mending lo konversi jadi duit terus beliin gua minuman. Jadi kuli soalnya gampang haus! Yuk"
Jawaban tegas dari Popi menuntaskan kontroversi sore itu, dan meluncurlah Ujang kuning itu memecah air di atas jalanan kota Bandung yang basah karena hujan.
*****
Ig: @lokitapurnama29
Jangan lupa vote sama komen💙
KAMU SEDANG MEMBACA
POPILYA
Teen FictionNamanya popi, mungil, penghalu dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian cerita indah. Kelvin belum pernah bertemu manusia seaneh itu. Namanya kelvin, cerdas, musisi, dan penuh kejutan. Dari bibirnya mewujudkan suara-sura indah. Popi belum per...