Lautan penumpang kereta api telah melewati tiga sekawan itu sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi mereka belum juga menemukan objek jemoutannya. Sofi dan Popi sudah mulai resah
"Lo yakin dia pakai kereta api jam sebelas?" Tanya Popi kepada Eko yang sedang celingak-celinguk tidak berhenti.
"Gua yakin dia pakai kereta yang ini. Masalahnya, gua nggak tau mukannya kk gimana"
"HAH, APA?" Teriak Popi dan Sofi hampir bersamaan.
"Kok kamu gak bawa tulisan atau apa kek?" Cerca Sofi
Eko nyengir masam "hehehe aku lupa sof"
"Ampundeh, kalau bilang dari tadi kan aku bisa cari kertas sama pulpen". Omel Sofi
"Tenang muka sepupu aku tuh unik kok, pokonya gimana ya, hmmm..."
"Kapan terakhir kali kalian ketemu?" Tanya Popi
"Waktu SD" Eko menjawab setengah menggumam
Popi dan Sofi langsung saja berpandang-pandangan. Sofi memutuskan untuk lanjut mengomel, sedangkan Popi bergegas ke arah muka stasiun
Dari jauh, Popi membalikan badan. "OK! Siapa nama sepupu Lo?"
"Kelvin"
"KELVIN?"
Bersamaan dengan itu muncul segerombolan orang yang menghalangi pandangan keduanya. Popi berharap ia tak salah mendengar. "Kelvin...Kelvin..." Ulangnya sendirian sambil terus tetap berjalan.
Tak jauh dari sana, seseorang merasa namanya dipanggil. Kelvin merasa sumbernya adalah perempuan yang sedang bergerak kearahnya. Kelvin mengamati dengan seksama. Ia yakin belum pernah berkenalan dengan cewek satu itu seumur hidup. Tepatnya, ia belum pernah menemukan orang dengan penampilan seaneh itu.
Ragu, Kelvin mendekati, mensejajarkan langkahnya dengan kaki kecil yang melangkah besar-besar dan terburu-buru "permisi"
Popi berhenti, tertegun menatap orang yang tahu-tahu muncul di sampingnya dan kini menghadang persis dihadapannya
Kelvin mengamati sekali lagi. Perempuan mungil setinggi dagunya, keliatan seperti anak SMP, gaya berpakaian tidak ada juntrungannya. Rambut seperti orang baru kesetrum, kedua mata membelalak seperti mengancam. Mendadak Kelvin menyesal telah memanggil.
"Ada apa ya?" Tanya Popi dengan suara dibesar-besarkan. Berusaha terlihat sangar
Setengah mati Kelvin menahan senyum gelinya yang spontan ingin membersit. Ternyata ia berhadapan dengan anak kucing yang berusaha menjadi singa.
"Nggak papa. Saya sala mengenali orang. Saya pikir tadinya kamu...eemm...maaf ya." Kelvin mulai bingung untuk menjelaskan, dan akhirnya hanya tersenyum lebar lalu ambil langkah seribu. Namun, dalam hati ia tau, ia tidak akan pernah melupakan wajah itu.
Popi pun hanya mengangguk kecil, lalau melanjutkan perjalanannya lagi ke arah bilik informasi yang menjadi tujuannya. Napasnya baru lepas setelah ia yakin orang itu sudah hilang jauh di balik punggungnya. Sejujurnya. Ia tidak keberatan salah dikenL, laki-laki tadi adalah makhluk tertampan yang pernah ia temui. Namun, harus selalu waspada dengan makhluk sok akrab, tegas Popi dalam hati. Lebih baik konsentrasi mencari sepupu Eko nan malang. Ia pun memotivasi diri, berusaha melupakan apa yang baru ia lihat.
_______________________
Ig: @lokitapurnama29
Jangan lupa vote sama komen💙
KAMU SEDANG MEMBACA
POPILYA
Teen FictionNamanya popi, mungil, penghalu dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian cerita indah. Kelvin belum pernah bertemu manusia seaneh itu. Namanya kelvin, cerdas, musisi, dan penuh kejutan. Dari bibirnya mewujudkan suara-sura indah. Popi belum per...