Bagian 6

35 20 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak😋

*****

"Gila ya si eko, nggak ada orang lain apa? Masak kamu yang mereka andalkan? Di stasiun kan banyak kuli. Bayar kek buat dorong mobil, ngemodal dikit. Nanti kalau kamu sakit gara-gara kehujanan gimana? Emang si Eko atau si Ujang bisa gantiin kamu kuliah?"

"Bar, nggak papa kok, yang dorong beneran kan Eko sama sepupunya. Aku cuma nyumbang spirit sama akting ngedorobg doang"

"Tapi tetep hujan-hujanan juga kan?"

"Iya sih"

"Nah kan, itu dia!" Dan banjiran kalimat berikutnya terus mengalir tanpa adanya jeda.

Popi menunggu sambil memanyunkan mulut dan merasa ujung-ujung kausnya yang basah. Ia memang tak akan pernah bisa menang jika beradu mulut dengan bagas, pacarnya sejak tiga tahun terakhir. Bagas pun sering mati kutu jika berhadapan dengan Popi. Buktinya, dia harus merelakan namanya yang indah "dirusak" menjadi "tabung gas", dan hanya Popi satu-satunya di bumi ini yang berani mengganti namanya.

Tak ada satupun temannya yang percaya bahwa keduanya bisa pacaran, begitu juga dengan teman-teman Bagas. Keduanya sangat bertolak belakang hampir dalam segala hal. Bagas yang jago basket adalah pujaan banyak cewek di sekolahnya dulu karena ketampanannya, mobilnya yang keren, dan sikapnya yang sesuai primadona prince charming. Di sisi yang berbeda, Popi pun termasuk sosok populer di sekolahnya karena aktivitas dan pergaulannya yang luas. Tapi Popi berasal dari planet yang berbeda. Popi di kenal dengan julukan mother alien. Ia dianggap duta besar dari semua makhluk aneh di sekolah. Semuanya tak habis pikir, bagaimana mungkin prince charming dan mother alien bisa bersatu?

Tidak juga bagas atau Popi tahu jawabannya. Mungkin karena Popi begitu berbeda dengan semua cewek yang pernah dipacarinya. Bagas begitu terkesima melihat bagaimana Popi begitu santai dan berani menjadi dirinya sendiri, sementara cewek-cewek lain sibuk mencari muka hanya supaya Bagas mau mengajak mereka makan atau nonton bareng. Popi sendiri tak pernah menganggap Bagas serius mendekatinya karena menyadari betul perbedaan yang mencolok di antara keduanya. Popi tak sadar, sikapnya justru membuat Bagas semakin penasaran.

Hampir tiga tahun mereka pacaran, dan mereka tetap dua makhluk yang bertolak belakang. Di mata Popi, Bagas yang perhatian dan juga cerewet kadang-kadang berfungsi sebagai penata hidupnya dan laki-laki yang membantunya menjejak bumi saat terlalu lama berada di dunia khayalan. Di mata Bagas, Popi yang cuek dan seenaknya terkadang menjadi pengingat bagi dirinya untuk bersikap santai dan terbuka bagi segala kejutan dalam hidup.

Cukup banyak penyesuaian yang mereka pelajari selama tiga tahun ini. Salah satu trik yang dipelajari Popi kalau bagas sedang kumat cerewetnya adalah menjauhkan sedikit gagang telpon dari telinganya lalu mencari kesibukan lain daripada harus mendengarkan khotbah dari Bagas. Dan kini ia masih asyik memeras ujung-ujung bajunya.

"Pop, popi, kamu denger aku gak?"

Popi tersadar dan buru-buru mendekatkan gagang telpon pada telinganya. "Kenapa? Sory tadi krasak-krusuk"

"Tadi aku bilang, lain kali kamu naik taksi aja ke mana-mana, jangan percaya deh sama si ujang. Udah sering kamu dikerjain mobil satu itu"

"Ogah ah. Naik taksi kan mahal, kalau dorong Ujang, udahannya malah suka dijajanin minum sama Eko"

Bagas menghela nafas. Putus asa "ya udah, terserah kamu aja, ganti baju gih, nanti malah masuk angin. Oh ya kapan dong kamu beli HP baru? Masa kalu mau telpon harus ke kosan terus. Kan enakan juga ngobrol di kamar"

Ponsel Popi, produk second keluaran lima tahun yang lalu, sudah tidak berfungsi lagi. Selama ini ia menggantungkan nasib pada feeling, dari mulai urusan memencet nomer sampai menerima telpon. Alhasil, Popi kehabisan banyak pulsa karena salah sambung, dan tak berhasil menghindari telpon-telpon yang tak diinginkan karena tidak tahu siapa gerangan yang menelponnya.

"Aku nabung dulu ya, gas. Aku lagi bikin novel, nih. Kali ini aku mau coba kirim ke penerbit. Jadi ada penghasilan, malu minta sama bokap. Lagian kalo buat HP kayaknya nggak akan diaksih deh"

"Kamu lagi bikin cerita apa?"

"Aku lagi bikin cerita cinta gitu. Kalau dimuat, honornya cukup beli hp baru"

"Pasti dimut, kamu kan hebat. Pacarnya siapa dulu"

"Oh iya, aku juga lagi bikin komik tentang buah-buahan, jadi gini, tokoh utamanya manggis dari kerajaan buah, lalu tokoh antagonisnya penyirih namanya nyi duren dari negri berduri"

Bagas punya trik jika Popi sedang berceloteh tentang dunia khayalannya yang tak ia mengerti, yakni menjauhkan gagang telpon sedikit dan mencari kesibukan lain. Bagas mulai membuka-buka tumpukan majalah otomotif di hadapannya. Sementara mulutnya sesekali membuka, "oh, ya? Hmmm, ohhh, ya, ya. Hmm, oh, ya? Hmm"

"Gimana seru kan? Bagus gak ceritaku? Gas? BAGAS?"

Bagas tersadar dan buru-buru mendekatkan gagang telpon. "Wow gila, seru banget. Yaudah kamu mandi dulu gih, besok aku telpon lagi ya, sayang bye"

"Dah" balas Popi. Baru saja Popi hendak bangkit berdiri, tahu-tahu selembar handuk telah dilemparkan ke pangkuannya.

"Diomelin sama tabung gas ya?" Tanya Sofi yang sudah berdiri di depan Popi.

"Yah, biasalah, kayak nggak tahu aja. Dia kan jelmaan lo dalam bentuk laki-laki" ujar Popi sambil terkiki-kikik

"Nanti malem diajak makan sama Eko, gabung yuk?" Popi menelan ludah

"pakai Ujang lagi?" Tanya Popi

"Ujang tewas, besok masuk bengkel dulu. Rencananya Eko dan Kelvin mampir kesini pakai angkot, nanti kita jalan kaki aja cari yang deket-deket, atau delivery service"

"Terimakasih ya Tuhan, makan gratis, nggak paki dorong" Popi melonjak girang dan menghilang di balik pintu karena mandi.

______________________

Ig: @lokitapurnama29

Jangan lupa vote sama komen💙

POPILYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang