MANIS ASAM CINTA

728 35 3
                                    

Cerpen Kemuning:

MANIS ASAM CINTA
Oleh: Fitria LK

Bagaimana dengan rasaku saat ini? Batinku menggelora saat bersamanya, merinduinya setiap masa. Jam rehat cuma ingin WA dan mendengar suaranya.

“Astagaaa nagaaa, Arya. Ini dalam toples besar isinya permen?” ucap spontan Faiz saat berada di ruanganku.

Jam rehat seperti ini, kami sering berbincang. Faiz yang kini lagi merasa kasmaran, setelah bertemu wanita beberapa hari yang menjadi pasiennya. Curahannya tentang tipe wanita yang beberapa hari ini menyita perhatiannya. Seorang atlet karate yang terkena cedera di kaki. Dia yang antusias menolongnya, atas saran dokter Firman, selaku dokter spesialis tulang di rumah sakit ini.

“Permen asem lagi... Duh, Arya, kenapa sih kamu? Kebiasaanmu sekarang aneh. Masa buah kersen kamu ambili setiap hari, buat siapa sih?” tanya Faiz sembari menutup tutup toples yang berisi permen asam Jawa, kini jadi favoritku.

“Ini permen, jadi kesukaan, Iz. Gak tau ya, pokoknya harus ada permen ini di rumah atau di ruangan ini, hehehee. Kalau buah kersen yang aku cari tiap pulang kerja, itu untuk istri tercinta.”

“Buseettt... aneh kali istrimu? Ahhaa haha... Harusnya, minta dibawakan bunga atau apa yang buat romantis. Lahh... ini suruh bawa buah kersen. Hadehhh,” Faiz terkekeh.

“Aneh memang, Iz. Kenapa ya?”

“Istrimu ngidam, kale?”

“Ah... masa? Biasa aja tuh. Di rumah sih sukanya buah-buahan yang manis. Masa ngidam?”

“Iya juga sih? Heemm...” gumam Faiz, termenung sesaat.

“Yang aneh jadi aku, Iz. Aku demen banget makan buah yang asem-asem. Berasa suwegeerrr gitu.”

“Jangan-jangan...” Faiz menghentikan ucapannya. Seakan berpikir lebih dalam tentang masalahku.

“Ehh... mesti to kamu, Iz. Gawe aku ndredeg,” protesku.

“Masih mikir, Brooo. Ish... ish... ish... kamu ini sekarang sensitif banget, Ar. Kamu itu sepertinya yang ngidam,” pungkas Faiz, membuatku terkesiap.

“Haaa? Mana ada pria ngidam. Hahahaa... aneh kamu, Iz... Iz... pantesan jomblo sejati, hehehe...” aku terkekeh, seakan tak percaya.

“Udah periksa belum?”

“Belum sih,” jawabku.

“Beli testpack aja, Ar. Di tes di rumah. Siapa tau itu kabar baik,” ujar Faiz.

Aku membenarkan ucapan Faiz. Memang ada hubungannya, kebiasaanku yang aneh begitu juga Kemuning, membuat keyakinanku kuat.

                                             ♡♡♡

Saat cuaca sebegitu panasnya. Sang batara surya angkuh mendedahkan cahayanya tepat sembilan puluh derajat di atas kepalaku. Terbesit di kepalaku untuk memakan sesuatu di rumah.

“Kayaknya buat rujak, enak nih. Makan sama Ningku sayang. Beli buah ahh,” gumamku.

Puas memilih buah yang asem-asem dan manis-manis, lanjutkan perjalanan pulang. Bayangkan lagi berdua, rujakan di gazebo. Duh... nikmatnya.

“Istrikuuu... sayanggg... Mas pulang nih. Coba tebak, apa yang Mas bawa?” teriakku memanggil, saat sampai di bibir pintu.

Aku letakkan bungkusan plastik yang berisi buah segar di meja dapur. Dapur sepi.

“Mbak Ning sare, Mas. Katanya capek dan ngantuk banget,” suara mbok Yem terdengar jelas di belakangku.

“Ya sudah, aku tak ke kamar juga, Mbok.”

CERPEN : KEMUNING, Cinta Tanpa BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang