Diary Mas Arya : RINDU ITU KAMU

942 33 0
                                    

Diary Mas Arya:

RINDU ITU KAMU
Oleh: Fitria LK

Rembulan manja bermain asmara
Tersenyum manis untuk cakrawala
Siapa?
Kamu...
Yang selalu bersamaku lintasi waktu
Menyembunyikan ragu
Memulas rasa terpasung senyummu

Gemercik bening muara sungai
Membawa pergi dedaunan menuju alirannya.
Aku dedaunan yang luruh, terbawa arus asmara yang membenamkan egoisku. Mengikuti deras cinta yang membawaku pergi jauh... jauh entah, ke mana kau bawa hatiku.

Ning...
Rapal apa yang kau semat dalam untaian doamu. Hingga membuat hatiku tak menentu. Raguku hanya mendesah pilu. Melemah dan lumpuh seluruh egoku. Aku pria dingin yang bersembunyi di antara senyuman mayaku untukmu. Kini, aku yang terbius akan senyummu.
Jika tubuh ini siap untukmu, tanpa harus aku pasrah di meja operasi dan menikmati suntikan bius total di seluruh tubuhku. Cukup... cukup senyummu serupa bius itu.

Senyummu mengalir di setiap nadi-nadi darahku bersama oksigen membawa sari-sari asmara ke seluruh jiwaku hingga di bilik-bilik jantungku. Namamu layaknya sidik jari di setiap jemariku yang tidak akan sama di miliki siapa pun, hanya dirimu. Tersentuh dan membekas. Jika ini adalah jejak, dirimulah jejak dalam hidupku.

Andai kau dengar desir angin ini, Ning...
Itu serupa panggilan hatimu. Entah, berapa kali desir angin ini mengusikku. Mengibas lembut uraian mayangku. Aku hanya mampu terpejam, membayangkan itu belai lembut jemari lentikmu di rumpun mayangku.

Jika kau lihat kapal-kapal itu, Ning...
Ingin aku melompat dan mengarungi lautan untuk sampai di dermaga hatimu. Entah, laut ini seakan membelah waktu dan kebersamaan kita. Perahu-perahu kertas ini terlalu kecil untuk sampai padamu, Ning. Padahal begitu banyak cerita dan rasa yang tertuang di kertas-kertas mungil yang mengambang terbawa ombak itu. Tentang rasaku, asmaraku dan tentang rinduku untukmu.

Ning...
Saat aku melihat saus merah itu. Terlintas di pikiranku itu sambal nikmat buatanmu. Dan aku benci semua menu makanan di sini. Semua tak senikmat masakanmu. Tapi terpaksa aku telan, untukmu. Agar kepulanganku, aku masih bernyawa dan jantung ini semakin berdebar menanti sambutmu. Terutama senyummu.

Teh jahe buatanmu, Ning...
Entah tidak ada yang sama dengan karyamu. Sempat aku meminta Citra merekam, bagaimana dirimu meraciknya untukku. Tebak! Sekelas barista pun tak mampu membuatkan teh jahe spesial seperti maha karyamu.

Huffttt...
Waktu makin menyiksaku, Ning...
Aku terpasung rindu...
Ya, rindu...
Rindu ini seakan kejam membelit seluruh pergerakanku. Bahkan setiap wanita berhijab ungu itu dirimu. Oh... gila. Rindu ini membuatku gila.

Tidakkah dirimu merasakan debaranku, Ning?
Saat video call setiap malam bersamamu?
Oh... itu sungguh menyiksaku. Melihat indah parasmu, tergurat bibir tipis yang membuat simpul itu. Tetes demi tetes kecubung senyummu membuatku lumpuh seketika. Membuat malam semakin mencekamku. Menelanku dari sapuan ombak rindu. Bahkan aku rela ditertawakan Faiz, mengigau dan menciumi guling menyebut namamu hampir tiap malam. Huffttt... tak tau malu memang rasa rindu ini. Ahhh...

Tunggulah diriku, Ning. Hasrat rindu ini seakan memekik di ruang hati. Rindu itu adalah kamu.

Changi...

By: Mahendra Arya Putra

CERPEN : KEMUNING, Cinta Tanpa BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang