Sore itu Lee Jeno terburu-buru melompat masuk ke dalam mobilnya. Manajernya yang kini duduk di belakang kemudi pun tanpa banyak membuang waktu segera melesat membelah jalanan kota Seoul yang lembab akibat hujan tadi siang.
Lee Jeno adalah seorang aktor berusia 26 tahun yang terbilang sedang naik daun di kalangan muda maupun tua. Semua merupakan berkat dari perpaduan wajah tampan dan akting yang luar biasa mumpuni, membuat tawaran bermain drama maupun film membludak.
Meski begitu, penggemarnya yang mayoritas perempuan, harus cepat patah hati karena Lee Jeno sudah berstatus sebagai suami dari Lee Yeeun.
Jeno menatap ke luar jendela dengan gusar. Ia merupakan tipe orang yang taat pada waktu. Sifatnya itu juga dibarengi dengan ramah tutur katanya, membuat para kru dan lawan main begitu memuja Jeno.
Saat ini, Jeno yang baru saja minggu lalu menerima tawaran bermain film romantis-psikologi bertemakan LGBTQ—yang mana diterimanya dengan tanpa ragu, karena sifatnya yang haus akan tantangan—harus menemui para kru serta lawan mainnya untuk pertemuan pertama sekaligus proses reading.
Sebenarnya ia tidak akan terlambat apabila Lee Yeeun, istrinya, tidak merengek minta ditemani berbelanja. Perempuan berparas ayu itu berkata bahwa ia rindu pada Jeno. Maklum jadwal Jeno sangatlah padat.
“Bisakah cepat sedikit?” Ucap Jeno tak sabar.
“Bersabarlah, jalanan lumayan padat,” balas sang manajer.
Jeno menghela nafasnya gusar. Ia sudah terlambat sekitar setengah jam. Jarak antara rumahnya dengan lokasi pertemuan memiliki waktu tempuh sekitar 45 menit. Jelas Jeno merasa panik.
Sang manajer mempercepat laju mobilnya. Roda-roda mobil berputar cepat, berpacu dengan waktu. Meski begitu, Jeno tetap bergerak tak sabaran di atas kursinya.
“Manajer Kim,” panggilnya.
“Ya, Jeno?” Sang manajer menoleh.
“Bisakah— oh ya Tuhan! Ya Tuhan, perhatikan jalanmu!” Jeno berseru lantang.
Dari arah berlawanan sebuah taksi nyaris—benar-benar nyaris—bertabrakan dengan mobil Jeno. Taksi itu berhasil menghindari mobil Jeno. Suara decitan kedua ban mobil itu terdengar keras. Kepala Jeno bahkan membentur kursi pengemudi.
Khawatir menghalangi pengguna jalan yang lain, kedua mobil itu segera menepi ke sisi trotoar. Jeno mengumpat di antara kekagetannya dan beranjak turun dari mobil.
“Hei! Keluar! Kau gila, ya?!” Maki Jeno.
Sang supir taksi dan seorang wanita segera keluar dari mobil dan membungkuk minta maaf.
“Maafkan kami,” ucap perempuan itu lirih.
Jeno masih terus meledak-ledak. Ia merupakan orang yang penyabar namun apabila ia tengah terlambat begini, ia bisa berubah menjadi emosional.
“Kau tidak tahu aku sedang terlambat? Apa kau mau membayar ganti rugi keterlambatanku?”
Tiba-tiba saja, pintu belakang taksi itu terbuka, menampakkan sesosok pemuda bertubuh mungil dengan hidung yang lucu. Ia menatap Jeno dengan sengit.
“Hei, Tuan! Kau pikir kami buta? Supirmu menyetir dengan berantakan, ia melewati jalurnya! Lihatlah sendiri!” Bentak sang pemuda mungil itu. Wajahnya memerah menahan amarah. Cara berbicaranya tidak biasa, seperti mengandung logat asing, namun ia sangat fasih.
Jeno memperhatikan jalanan. Sekarang semua pengguna jalan memperhatikan mereka meski sambil lalu. Sepertinya beberapa dari mereka menyadari sosok Jeno.
Dengan gusar, Jeno meneliti posisi bekas rodanya yang menggesek jalanan, meninggalkan noda. Dan memang, mobil Jeno keluar jalur karena melaju dengan terlalu cepat, namun perhatian sang supir teralih hingga kemudi jadi berbelok. Walau kemudi bergerak sedikit, namun apabila dijalankan dalam kecepatan tinggi, pasti akan serong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [Jeno x Renjun] 🔞
FanfictionHuang Renjun dan Lee Jeno adalah dua orang aktor yang tengah naik daun. Ketika mereka disatukan dalam sebuah film bertema gay yang mengharuskan mereka menjadi sepasang kekasih, akan kah rasa itu terbawa menjadi nyata? Atau kah hanya sekedar khayal s...