Seoul - South Korea
Jeno membereskan pakaiannya pada koper dengan cepat. Ia ingin segera mengangkat kakinya dari rumah yang ia tinggali sejak tahun pertama pernikahannya dengan Yeeun.
Pernikahannya dan Yeeun sudah usai, dan dia tak ingin menghabiskan waktu barang sedetikpun untuk berada di dalam rumah ini.
Meski begitu, tiap kali ia memasukkan pakaian-pakaian itu, wanita di sebelahnya sibuk mengeluarkan lagi pakaian itu.
Awalnya Jeno mencoba mengabaikan itu namun lambat laun ia jadi sebal juga.
Sudah cukup. Jeno mulai tersulut emosi.
“Berhenti melakukan itu, Yeeun,” bentaknya kasar.
Yeeun balas menatap Jeno dengan menantang. “Kalau kau berani pergi dari rumah ini dan menceraikan aku, aku akan—”
“Apa? Apa yang akan kau lakukan?” Jeno meninggikan suaranya. “Menghancurkan karirku? Silakan. Membeberkan hubunganku dan Renjun? Lakukanlah. Nyatanya, kau butuh diriku, popularitasku untuk menaikkan namamu,” ucap Jeno panjang lebar.
Yeeun merasakan wajahnya memerah kesal. “Apakah tidak ada rasa bersalah sedikitpun dalam dirimu, bajingan? Kau sudah menodai pernikahan kita, setidaknya biarkan aku mengenggam popularitas ini.”
Jeno tertawa keras mendengar ucapan Yeeun. Suara tawanya yang kencang menggema dalam kamar mereka berdua yang luas itu.
“Kau itu menyedihkan sekali, Yeeun.” Jeno menggelengkan kepalanya pelan. “Sudah cukup omong kosongnya. Aku pergi.” Seraya berkata begitu, Jeno mengangkut kopernya keluar dari kamar.
Yeeun tergesa-gesa mengikuti langkah sang suami. “Ibumu akan mendengar tentang ini!” Bentak Yeeun kencang.
Jeno terhenti dalam langkahnya. Ia membeku. Sebenarnya yang memberatkannya selama ini hanyalah kesehatan sang ibu. Jeno tidak yakin bisa menceraikan Yeeun dan membuat ibunya bersedih. Terlalu beresiko untuk kesehatan wanita tigaperempat abad itu.
Yeeun tersenyum penuh kemenangan melihat langkah Jeno yang terhenti. Gotcha, babe, batinnya puas.
“Aku akan memberitahukan seluruh kelakuanmu pada Ibu apabila kau tidak mengikuti seluruh keinginanku,” ancam Yeeun lagi.
Jeno menarik nafasnya dalam. Ia menoleh sedikit pada Yeeun. “Kau tidak perlu memberitahu Ibu, aku akan memberitahunya sendiri.”
“Oh, aku ingin tahu apa yang akan kau katakan padanya? 'Bu aku mengenal seorang pemuda jalang, jadi aku tidur bersamanya, karena itu aku akan menceraikan Yeeun'? Begitu?” Ujar Yeeun cepat. Ucapan itu segera disusul oleh tawa kerasnya.
Jeno terpaku.
“Selain itu, apa kau yakin jalang itu akan selamat begitu saja dari diriku?” Lanjut Yeeun.
“Dia. Bukan. Jalang. Namanya Huang Renjun.” Rahang Jeno mulai mengeras karena amarah.
“Siapapun itu. Aku bisa membuat keluarganya hancur, kau tahu itu kan?” Balas Yeeun.
Jeno sontak membalik badannya. Ia menatap Yeeun nyalang. Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa setitik rasa khawatir menggoyahkan keputusannya. Ia tak ingin Renjun tersakiti seperti itu.
“Apa maumu, Yeeun?” Ucap Jeno lantang.
Yeeun tersenyum puas. “Kau hanya perlu mengikuti—”
"Tidak akan."
“Kau hanya perlu terus dalam pernikahan ini! Kau bahkan tidak perlu tidur di rumah ini, toh rumah ini akan menjadi milikku. Jangan menggugat cerai aku kecuali aku yang menggugat cerai dirimu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream [Jeno x Renjun] 🔞
FanfictionHuang Renjun dan Lee Jeno adalah dua orang aktor yang tengah naik daun. Ketika mereka disatukan dalam sebuah film bertema gay yang mengharuskan mereka menjadi sepasang kekasih, akan kah rasa itu terbawa menjadi nyata? Atau kah hanya sekedar khayal s...